Mohon tunggu...
kheisa alea
kheisa alea Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya, Kheisa Alea Avicenna, adalah seorang pecinta seni, terutama dalam musik dan film. Tapi lebih dari itu, saya juga memiliki obsesi dalam dunia fashion, di mana saya mengekspresikan diri dengan gaya sesuai selera saya. Saya ingin menginspirasi orang lain untuk mengejar kebebasan ekspresi mereka dengan semangat dan keyakinan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Perjalanan Keunikan Model di Victoria's Secret

2 Juni 2024   23:55 Diperbarui: 3 Juni 2024   05:43 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Victoria's Secret merupakan brand ternama yang terkenal dengan produk pakaian, kecantikan, dan fashionnya yang eksklusif. Didirikan pada tahun 1977 oleh Roy Raymond, (Mzezawa, 2018) merek ini telah berkembang menjadi salah satu merek paling ikonik di industri fesyen global. Pakaian dalam Victoria's Secret terkenal dengan desainnya yang mewah, menggunakan bahan berkualitas tinggi, dan sering kali dihiasi dengan detail yang menarik perhatian. Salah satu ciri khas Victoria's Secret adalah peragaan busana tahunan mereka yang merupakan puncak dunia mode." Peragaan Busana Victoria's Secret dengan desain terkenal sering
disebut dengan "Angels", menghadirkan koleksi pakaian dalam yang menakjubkan dan mewah di panggung megah. Acara ini tidak  hanya sekedar peragaan busana, namun juga merupakan pertunjukan hiburan yang memadukan musik, seni pertunjukan, dan kehadiran selebriti. Meskipun Victoria's Secret telah menjadi kekuatan dominan dalam industri ini, merek tersebut juga dikritik
karena representasi tubuh dan kecantikannya yang sempit. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat tekanan untuk meningkatkan inklusivitas dan mewakili keberagaman dalam rangkaian model mereka. Selain pakaian dalam, Victoria's Secret juga memasarkan berbagai produk kecantikan seperti baju olahraga, parfum, tas, dan juga baju tidur (Aprilita & Listyani, 2016). Produk-produk
ini sering kali menampilkan keanggunan dan keindahan khas merek tersebut. Secara keseluruhan, Victoria's Secret terus menjadi pemain utama dalam industri pakaian dalam dan kecantikan meskipun dinamika pasar dan permintaan konsumen selalu berubah.


        Sejarah Victoria's Secret diawali dari ketidaknyamanan pendirinya, Roy Raymond, saat membelikan pakaian dalam untuk istrinya (Majid, 2017). Ketidaknyamanan ini begitu berkepanjangan sehingga dia memutuskan untuk mendirikan perusahaan pakaian dalam di San Francisco pada awal tahun 1970-an. Toko-toko Victoria's Secret memiliki ciri khas nuansa dan suasana Victoria yang selalu didambakan konsumen. Raymond membuka tiga toko dengan tumpukan katalog. Peristiwa kontroversial terjadi ketika Raymond menjual properti Victoria's Secret yang dikembangkan oleh manufaktur kepada Limited Brands. Setelah menyerahkan Victoria's Secret, Raymond mencoba membuat jaringan bisnis baru, namun berakhir dengan depresi karena selalu gagal (Dunbar dan Sheridan, 2012). Akibat depresi tersebut, Raymond memutuskan untuk bunuh diri saat berencana membuka toko Victoria's Secret pertama di Inggris. Di bawah pemilik baru, Victoria's Secret semakin berkembang. Selain pakaian berkualitas tinggi, perusahaan juga memproduksi parfum, kosmetik, pakaian tidur, dan sweater. Artikel tentang Victoria's Secret ditulis oleh Durbin, seorang mahasiswa pascasarjana di Tuck School of Business Dartmouth, saat diskusi proyek penelitian di Glassmeyer McNamee Center for Digital Strategies pada tahun 2002 (Durbin, 2012). Artikel ini berfokus pada perspektif mengelola perusahaan pakaian dalam. Durbin menyoroti keberhasilan Victoria's Secret dengan mengkaji struktur organisasi (Nurfaidah, 2013, p. 47).


        Victoria's Secret dalam perjalanan bisnis yang panjang dan terkadang penuh perubahan selang berjalanya waktu, dimulai dari Victoria's Secret didirikan oleh Roy Raymond pada tahun 1977 di San Francisco, California. Raymond mendirikan toko ini dengan tujuan menyediakan pakaian dalam yang lebih bergaya dan menyenangkan bagi wanita. Pada awal tahun 1980-an, Victoria's Secret mulai berkembang pesat. Pada tahun 1982, L Brands (saat itu dikenal sebagai The Limited, Inc.) (Odell, 2018) mengakuisisi perusahaan tersebut. Setelah perusahaan Victoria Secret, Roy memulai perusahaan lain yang masih bergerak di industri fashion. Perusahaan tersebut merupakan bisnis pakaian anak bernama My Child's Destiny. Namun tak sesuai ekspektasi, My Child's Destiny justru terpaksa ditutup di tahun keduanya. Selain kegagalan bisnis, Roy juga harus terlilit hutang hingga $77.000 akibat kegagalan perusahaan. Oleh karena itu, Roy Raymond kemudian mengambil langkah nekat dan bunuh diri karena tidak sanggup lagi menanggung beban hidup. Tepatnya pada 2 September 1993, Roy Raymond memutuskan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Jembatan Golden Gate di San Francisco pada usia 47 tahun (Majid, 2017). Di bawah kepemimpinan L Brands, merek ini terus berkembang, membuka toko baru di seluruh Pada tahun 1995, Victoria's Secret mengadakan peragaan busana pertamanya yang dikenal dengan nama Victoria's Secret Fashion Show. Acara tersebut menjadi fenomena dan sangat mempengaruhi popularitas merek serta membantu membangun citra glamor dan mewah. Pada tahun 2000-an, Victoria's Secret menjadi pemimpin pasar industri pakaian dalam dengan berbagai koleksi dan inovasi produk. Model top dunia, yang dikenal sebagai "Victoria's Secret Angel", membantu mempromosikan merek melalui kampanye iklan dan acara khusus. Seiring dengan perubahan tren kecantikan dan meningkatnya permintaan akan pakaian dalam yang lebih nyaman dan serbaguna, Victoria's Secret mendapat serangan. Merek tersebut juga terlibat dalam beberapa kontroversi terkait dugaan pernyataan yang menghina tubuh perempuan. Pada tahun 2020 seperti banyak perusahaan ritel lainnya, Victoria's Secret juga terkena dampak pandemi COVID-19. Akibat perubahan perilaku konsumen dan peningkatan penjualan online, beberapa toko fisik ditutup atau dibangun kembali. Pada pertengahan tahun 2020-an, strategi dan manajemen Victoria's Secret berubah. Merek tersebut mulai fokus pada pengembangan produk yang lebih inklusif dan meningkatkan pengalaman pelanggan sekaligus beradaptasi dengan perubahan nilai dan harapan konsumen. Peragaan Busana Victoria's Secret mencerminkan revolusi industri pakaian dalam, perubahan tren kecantikan, dan permintaan konsumen. Terlepas dari tantangan yang ada, merek ini tetap menjadi salah satu industri fesyen paling ikonik di dunia.

        Perjalanan keunikan model Victoria's Secret membawa kita melintasi lintasan waktu yang penuh dengan perubahan dan tantangan dalam dunia fashion. Sebagai salah satu merek lingerie paling ikonik, Victoria's Secret tidak hanya menjadi arsitek citra tubuh ideal, tetapi juga menjadi saksi pergeseran budaya yang signifikan. Dalam perjalanan ini, kita akan menjelajahi bagaimana
definisi kecantikan dan standar tubuh yang dihormati oleh masyarakat telah bermetamorfosis, memperlihatkan dinamika yang mencerminkan perubahan selera dan tuntutan konsumen. 

       Seiring berjalannya waktu, model-model Victoria's Secret, yang awalnya mewakili standar kecantikan yang sangat spesifik, kini mengalami transformasi untuk mencerminkan keragaman yang lebih luas dalam dunia fashion. Pada awalnya, tubuh langsing, tinggi, dan proporsional dianggap sebagai norma keindahan, tetapi semakin banyak suara yang menyerukan inklusivitas dan representasi yang lebih realistis. Ini menciptakan perjalanan yang menarik, di mana citra tubuh ideal mengalami perubahan yang mencolok, memantulkan dinamika sosial dan budaya yang terusberkembang.


       Tantangan yang dihadapi model-model Victoria's Secret juga menjadi bagian integral dari perjalanan ini. Dari tekanan untuk menjaga citra hingga kritik terkait manipulasi gambar, mereka telah menjadi bagian dari perbincangan yang lebih besar tentang norma tubuh, kesehatan mental, dan transparansi dalam industri fashion. Perjalanan ini juga mencakup respons perusahaan
terhadap kritik tersebut, yang menandai langkah-langkah menuju representasi yang lebih inklusif.


       Dengan memasuki perjalanan keunikan model Victoria's Secret, kita akan melihat bagaimana merek ini beradaptasi dan merespons tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kecantikan yang lebih bervariasi dan realistis. Ini adalah perjalanan yang mencerminkan dinamika budaya, nilai-nilai yang berkembang, dan perubahan pandangan tentang keindahan, menyoroti
peran penting Victoria's Secret dalam mengarahkan arus perkembangan fashion modern.

       Model Victoria's Secret dikenal sebagai ikon dunia fashion dan kecantikan. Keunikan para model tersebut tidak hanya terletak pada tampilan fisiknya saja, namun juga pada image dan brand image yang dibangun oleh Victoria's Secret sebagai sebuah brand. Saat menganalisis perjalanan unik para model Victoria's Secret, beberapa faktor kunci dapat diidentifikasi. Pertama, Victoria's
Secret dikenal memilih model yang bentuk tubuhnya sangat sesuai dengan standar kecantikan saat itu yang memiliki badan langsing atletis, tinggi semampai, rambut panjang, wajah berkarakter, centil, dan enerjik (Aprilita & Listyani, 2016). Hal ini menciptakan citra kecantikan yang seringkali dianggap sebagai standar yang tidak dapat dicapai oleh banyak wanita, namun sekaligus menarik bagi konsumen. Kedua, keunikan model Victoria's Secret juga terletak pada kemampuannya menampilkan pakaian dalam di atas panggung dengan percaya diri dan elegan. Victoria's Secret Fashion Show merupakan ajang dimana para model dapat berkreasi dan menunjukkan kemampuannya dalam mengenakan linen dengan penuh karisma. Mereka tak hanya menjadi model tapi juga entertainer yang mampu menyedot perhatian masyarakat. Selain itu, model Victoria's Secret sering diidentikkan dengan kepribadian yang kuat dan daya tarik seks yang tinggi. Merek tersebut berhasil membangun citra seksi dan glamor melalui kampanye pemasarannya yang terkenal. Model tidak hanya menampilkan wajah cantik, tetapi juga simbol kebebasan dan kepercayaan diri perempuan. Meski demikian, perjalanan unik model Victoria's Secret ini bukannya tanpa kontroversi. Kritik terhadap representasi tubuh yang sempit dan kurangnya keragaman dalam rentang model menjadi sorotan. Hal ini mendorong pergeseran dalam industri fesyen menuju inklusi dan keterwakilan yang lebih besar. Oleh karena itu, keunikan para model Victoria's Secret tidak hanya terletak pada kecantikan fisiknya, tetapi juga perannya dalam menggambarkan kecantikan dan kepercayaan diri di industri fashion. Meski merek tersebut terus menjadi pemimpin di pasar pakaian dalam, semakin sulit beradaptasi dengan tuntutan zaman
yang menghargai keberagaman.


       Sebelumnya, Victoria's Secret selalu merekrut model-model dengan bentuk tubuh yang dianggap sempurna. Slogan propaganda yang digunakan dalam iklan juga menekankan tentang keindahan tubuh yang sempurna. Para wanita berusaha mencapai standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat melalui loyalitas mereka terhadap merek ini. Meskipun dalam prosesnya, para wanita mengalami tekanan yang signifikan karena idealisasi tersebut. Dalam artikel Jeon, disebutkan bahwa tekanan perfeksionisme (Jeon, 2015) menyebabkan anak perempuan mengalami somatisasi. Semakin banyak orang menyadari bahwa tuntutan masyarakat terhadap penampilan wanita sangat ketat, dan ini memicu perlawanan baik dari wanita maupun pria. Kondisi ini juga berdampak besar pada Victoria's Secret, yang selalu menekankan kesempurnaan dalam pemilihan model untuk Pertunjukan Pakaian Dalam tahunan mereka (Liang, 2021).


        Perusahaan tersebut seringkali mendapat kritik terkait representasi tubuh, dan ini bukanlah insiden pertama kali. Dalam suatu wawancara dengan Motto, mantan model Victoria's Secret, Erin Heatherton, berbicara tentang tekanan untuk mempertahankan citra dan berat badannya. Dia mengungkapkan bahwa dia mengalami depresi karena usaha kerasnya dan merasa bahwa tubuhnya
mengecewakan. Pada suatu waktu, setelah kembali dari berolahraga, dia bahkan mempertimbangkan untuk tidak makan saat menatap makanannya (Staff, 2021). Selain itu, Victoria's Secret pernah menghadapi kontroversi terkait penggunaan Photoshop. Pada bulan Oktober 2015, sebuah iklan untuk celana dalam dengan tagline "Sesungguhnya. Sangat. Cheeky," menampilkan seorang model yang tampaknya kehilangan bagian pipinya. Respons cepat muncul di Twitter, di mana orang-orang mengomentari iklan yang dianggap "nakal" itu dengan pertanyaan seperti, "Mengapa bokong kirinya menghilang?" (Staff, 2021).

       Salah satu bentuk kritik dan kontroversi yang menyebabkan perubahan pada Victoria's secret juga dilakukan oleh Heidi Zakhe, CEO ThirdLove yang merupakan perusahaan bra terkemuka, pernah mengkritik secara kritis bahwa sebagian besar desain dalam industri bra tradisional didasarkan pada model standar. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, mayoritas perempuan tidak memiliki bentuk tubuh seperti para Victoria's Secret Angels, sehingga banyak wanita mengalami kesulitan dalam menemukan pakaian dalam yang sesuai dengan bentuk tubuh mereka. Victoria's Secret menerapkan persyaratan yang ketat untuk tubuh modelnya, seperti tinggi
badan antara 5 kaki, 8 inci, dan 6 kaki. Sosok jam pasir menjadi pilihan utama, dan model dengan ukuran dada 34 inci, pinggang 24 inci, dan pinggul 34 inci menjadi yang paling populer (Andrews, 2018). Edward Razek, kepala pemasaran Victoria's Secret, menyatakan bahwa mungkin kurang dari 100 perempuan di seluruh dunia yang dapat memenuhi standar landasan pacu mereka, dan
hanya 33 yang dipilih pada tahun tersebut (Marie, 2021). Kriteria seleksi tubuh model Victoria's Secret selalu menjadi kontroversial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun