Mohon tunggu...
Khazani Darunnafis
Khazani Darunnafis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Active Communication Science Student in University of Mataram (Concentrate on Journalism)

Write everything about Communication, Philosophy, Debate and Social.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"All Eyes on Rafah" Sebuah Bukti Tingginya Rasa Kemanusiaan

4 Juni 2024   07:59 Diperbarui: 4 Juni 2024   13:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"No Need To Be Anyone To Support Palestine, Enough Only Just Be A Human"

Beberapa hari yang lalu dan masih berlangsung sampai sekarang, sebuah foto yang dibuat (generated) oleh AI dan bertuliskan "All Eyes on Rafah" menjadi viral di hampir semua media sosial populer termasuk Instagram, Facebook, Twitter (X) dan Tiktok. Bahkan, unggahan tersebut sudah dibagikan sebanyak lebih dari 47 juta kali di media sosial Instagram. Viralnya "All Eyes on Rafah" dilatarbelakangi oleh serangan militer Israel ke wilayah pengungsian warga Palestina di wilayah Rafah yang berlokasi di Gaza Selatan pada 26 Mei 2024 kemarin.  Serangan ini menewaskan lebih dari 50 orang warga Palestina termasuk bayi dan anak- anak. Serangan ini juga tentu saja memicu kemarahan warga dunia karena kebiadaban pasukan Israel yang menyerang warga sipil tak bersenjata dan secara terang- terangan telah melakukan kejahatan perang.

Viralnya tagar, postingan dan unggahan story dari semua pengguna media internet tersebut pada akhirnya menjadi sebuah bukti tingginya rasa kemanusiaan masyarakat dunia khususnya netizen. Unggahan "All Eyes on Rafah" di instagram ini bersifat snowball karena fitur instagram yang memungkinkan pengguna untuk menanggapi sekaligus memposting ulang unggahan di story instagram mereka. Media sosial telah menjadi alat yang ampuh untuk menyatukan orang-orang dari berbagai penjuru dunia dalam usaha kemanusiaan. Melalui gambar, video, dan cerita yang diunggah, publik dapat melihat langsung kesulitan yang dialami warga yang mengungsi di Rafah serta upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada yang terluka. Ini menunjukkan bahwa rasa kemanusiaan mampu melintasi batas-batas geografis dan budaya, menyatukan kita dalam misi kemanusiaan.

Rafah, Sebuah Tempat Pengungsian yang Selalu Terancam 

Di sebuah area seluas 60 kilometer persegi di wilayah Gaza Selatan, terdapat sebuah tempat yang menjadi harapan terakhir dari 1,5 juta orang Palestina tidak bersalah dan telah menderita karena perang selama berbulan- bulan atau bahkan bertahun- tahun bernama Rafah. Tempat ini menjadi satu- satunya harapan terakhir keluarga- keluarga yang rumahnya telah dihancurkan di Gaza utara. Mereka yang rumahnya dihancurkan di Gaza utara memilih untuk mengungsi ke Khan Younis, akan tetapi, Khan Younis juga dibombardir oleh tentara biadab Israel.

Tidak cukup dengan itu, tentara biadab Israel juga sekarang mengancam akan menyerang Rafah melalui jalur darat dan udara. Apabila Rafah benar- benar diserang, maka pupuslah harapan dari warga Palestina yang tersisa disana. Sayangnya, dunia tidak mampu melakukan apa- apa karena pemerintah- pemerintah kapitalis di Amerika Serikat dan negara- negara Eropa lain menutup mata akan hal ini. Akhirnya, pada 26 Mei kemarin, rudal- rudal Israel menghujani Rafah, tepatnya di tenda- tenda pengungsian warga Palestina. Hal ini semakin menambah penderitaan mereka di tengah- tengah ancaman kelaparan dan kekurangan gizi karena kurangnya persediaan makanan dan air bersih .

Dunia Internet dan Manusia- Manusia Sadar Didalamnya

Media sosial memainkan peran krusial dalam menyebarkan kesadaran dan menggalang dukungan untuk Rafah. Melalui platform seperti Instagram dan TikTok, cerita tentang penderitaan dan perjuangan warga Rafah disebarkan ke seluruh dunia. Influencer, aktivis, dan warga biasa bergandengan tangan dalam kampanye ini, menggunakan tagar- tagar seperti #AllEyesOnRafah atau #FreePalestine untuk menarik perhatian publik. Video dan foto yang diunggah tidak hanya menggugah emosi tetapi juga mendorong banyak orang untuk mengambil tindakan nyata, seperti berdonasi atau menyebarkan informasi lebih lanjut.

Unggahan "All Eyes on Rafah" menjadi sebuah bentuk aksi demonstrasi atas kekesalan dan kemarahan masyarakat internet dunia atas kekejaman yang dilakukan tentara biadab Israel di area pengungsian Rafah. Tingginya angka repost atau posting ulang cerita dan postingan di Instagram menunjukkan bahwa masyarakat dunia sebenarnya tidak menutup mata atas apa yang terjadi di Palestina. Bahkan, masyarakat dunia barat terkhusus Eropa dan Amerika Serikat kerap memfokuskan perhatian mereka terhadap apa yang terjadi di Palestina. Banyak dari mahasiswa/ mahasiswi kampus ternama seperti Oxford, Harvard dan lain- lain bahkan mengkampanyekan tagar- tagar yang menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Sayangnya, pemerintah mereka memiliki pandangan yang berbeda dan cenderung tidak peduli. Mereka hanya disibukkan untuk mempertahankan otoritas ekonomi mereka sehingga lebih memilih untuk mendukung Israel daripada Palestina.

Meskipun begitu, suara- suara dan aspirasi masyarakat dunia tidak pernah sedikitpun lelah dan tetap menyuarakan setiap kebiadaban tentara Israel di Palestina. Akun- akun instagram jurnalis Palestina seperti @byplestia dan @motaz_azaiza dan lain- lain tetap selalu dibanjiri like dan komentar dari netizen yang selalu up-to-date terhadap apa yang terjadi di Palestina sekarang. Selain like dan komen, netizen juga kerap memposting ulang setiap story ataupun unggahan dari jurnalis- jurnalis tersebut. Netizen menganggap hal itu adalah salah satu bentuk perlawanan yang bisa mereka lakukan dalam menyikapi kebiadaban tentara Israel di Palestina. Kondisi ini sebenarnya menunjukkan tingginya rasa kemanusiaan yang dimiliki oleh warga dunia khususnya netizen dan hal inipun seharusnya patut diapresiasi oleh pemerintah.

Dari penjelasan diatas, kita dapat memahami bahwa "All Eyes on Rafah" bukan hanya sekadar seruan di media sosial, tetapi juga simbol dari rasa kemanusiaan yang melintasi batas-batas geografis dan budaya. Di tengah penderitaan dan konflik, muncul solidaritas dan harapan yang menghubungkan kita semua. Kisah-kisah dari Rafah mengingatkan kita akan pentingnya untuk tidak berpaling dari mereka yang membutuhkan, dan bahwa bersama-sama, kita bisa membuat perbedaan. Mari kita teruskan semangat ini dengan terus memperhatikan dan membantu mereka yang berada dalam kesulitan, sehingga dunia kita menjadi tempat yang lebih baik dan penuh empati.

Seruan "All Eyes on Rafah" juga berhasil menggerakkan solidaritas global. Organisasi non-pemerintah, lembaga amal, serta individu dari berbagai negara merespons panggilan ini dengan memberikan bantuan dalam berbagai bentuk. Penggalangan dana, pengiriman bantuan medis, dan kampanye kesadaran menjadi bukti nyata dari tingginya rasa kemanusiaan yang ada di dunia. Kisah-kisah relawan yang berani membantu di tengah bahaya serta donatur yang mendukung dari jauh menjadi inspirasi bagi banyak orang.

 

Referensi :

Davies A., 31 Mei 2024. All Eyes on Rafah: Di balik unggahan yang dibagikan lebih dari 47 juta orang di Instagram. bbc.com. diakses pada 3 Mei 2024 https://www.bbc.com/indonesia/articles/c511kk2r1x0o

Bagja K. 31 Mei 2024. Arti All Eyes on Rafah: Sebuah Panggilan Kemanusiaan. inews.id. diakses pada 3 Mei 2024. https://www.inews.id/news/internasional/arti-all-eyes-on-rafah-sebuah-panggilan-kemanusiaan

Setya D. 29 Mei 2024. Ramai Postingan All Eyes On Rafah, Ini Arti dan Asal Usulnya. Detik.com. diakses pada 3 Mei 2024. https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7362894/ramai-postingan-all-eyes-on-rafah-ini-arti-dan-asal-usulnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun