Mohon tunggu...
Khaylila Pamungkas
Khaylila Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya

Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self Harm: Cara yang Salah untuk Mengatasi Rasa Sakit Emosional

10 Desember 2023   12:00 Diperbarui: 10 Desember 2023   12:16 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengungkapkan rasa sakit emosional dapat menjadi hal yang sulit atau bahkan membebani bagi banyak orang. Ketika kata-kata tidak lagi cukup, melukai diri sendiri dapat berfungsi sebagai pelampiasan yang efektif. Melukai diri sendiri secara fisik atau yang biasa disebut self-harm adalah salah satu bentuk rasa putus asa seseorang untuk menunjukkan penderitaan mendalam yang tidak dapat diungkapkan kepada orang lain. Namun, apakah self-harm dapat dijadikan solusi untuk mengatasi rasa sakit emosional?

Apa Itu Self-harm?
Menyakiti diri sendiri atau yang biasa disebut self-harm dapat didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja untuk menghancurkan jaringan tubuh, terlepas dari niat untuk bunuh diri. Self-harm merupakan masalah klinis yang parah pada remaja dan orang dewasa, tindakan menyakiti diri sendiri biasanya dilakukan dalam bentuk memotong, mencakar, atau membakar jaringan tubuh, serta membenturkan atau meninju benda-benda hingga memar atau berdarah.  Self-harm sendiri ada yang bersifat Non-suicidal Self Injury (NSSI) dan bersifat Suicidal Attempt.

Tanda-Tanda Orang Yang Melakukan Self-Harm
1. Luka Yang Tidak Wajar
Luka sayatan, lebam, atau luka bakar yang tidak dapat dijelaskan secara wajar dapat menjadi indikasi seseorang mungkin melakukan self-harm. Luka ini biasanya terdapat pada lengan, paha, perut, atau bagian bagian tubuh yang mudah ditutupi oleh pakaian.

2. Menutup Diri
Penarikan diri secara tiba-tiba dari kegiatan sosial, teman, dan keluarga dapat menandakan seseorang mengalami tekanan emosional. Individu yang melakukan self-harm seringkali mengisolasi diri mereka sendiri untuk menyembunyikan perilaku mereka dan menghindari situasi di mana luka mereka dapat terlihat.

3. Perubahan Suasana Hati dan Perilaku
 Perubahan mood mendadak atau mood swing, terutama yang memperlihatkan ekspresi kemarahan, sedih, atau jengkel dapat menandakan adanya tekanan emosional yang mendasari perbuatan self-harm. Selain itu, ekspresi yang menunjukkan perasaan putus asa, tidak berharga, atau diliputi emosi secara verbal juga dapat mengindikasikan perlunya intervensi dan dukungan segera.

4. Perubahan Pola Makan Atau Tidur
Gangguan atau perubahan dalam pola makan atau tidur dapat dikaitkan dengan tekanan emosional dan dapat menjadi petunjuk tambahan bagi seseorang yang melakukan self-harm.

Mengapa Orang Melakukan Self-Harm?
Alasan paling umum mengapa orang melukai diri sendiri adalah untuk meredakan rasa sakit emosional. Dapat dikatakan, self-harm adalah cara untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan secara emosional. Kegiatan melukai diri sendiri ini seringkali dijadikan sebagai mekanisme coping bagi orang yang sedang merasakan tekanan  emosional, misalnya trauma, gangguan kecemasan, depresi atau gangguan emosional lainnya.

Rasa sakit fisik yang dialami saat melukai diri sendiri dapat memicu pelepasan endorfin, penghilang rasa sakit alami tubuh. Hal ini menciptakan situasi paradoksal di mana individu dapat merasakan kelegaan sesaat dari rasa sakit emosional mereka melalui rasa sakit fisik. Namun, penting untuk diketahui bahwa kelegaan ini bersifat sementara dan tidak mengatasi sumber tekanan emosional yang sebenarnya.

Ada beberapa alasan lain mengapa orang melukai diri sendiri, dikutip dari jurnal “Non-suicidal reasons for self-harm: A systematic review of self-reported accounts”, beberapa alasan tambahan mengapa orang melakukan self-harm antara lain:

1. Cara Untuk Menghukum Diri
Alasan lain mengapa orang melakukan self-harm adalah sebagai cara untuk menghukum diri sendiri karena merasa bersalah, malu, atau keyakinan bahwa mereka pantas mendapatkan rasa sakit fisik sebagai bentuk hukuman atas perasaan negatif.

2. Mengatasi Rasa Ingin Bunuh Diri
Beberapa orang melakukan self-harm untuk menjauhkan diri dari keinginan bunuh diri. Self-harm biasanya dilakukan sebagai bentuk pengalihan perhatian secara langsung dari pikiran untuk mengakhiri hidup.

3. Sebagai Tindakan Mengontrol Diri
Ketika seseorang menghadapi situasi yang terasa tidak dapat dikendalikan, mereka mungkin mencari jalan keluar untuk mendapatkan kembali rasa penguasaan atas hidup mereka. Self-harm biasanya dilakukan sebagai cara untuk mendapatkan rasa kendali atas kondisi emosial seseorang. tindakan menyakiti diri sendiri mungkin dianggap sebagai bentuk ekspresi atau tanggapan terhadap situasi yang sulit diatur.

Self-Harm Bukan Solusi
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa melukai diri sendiri bukan merupakan mekanisme koping yang baik dan dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang bagi kesehatan fisik maupun mental seseorang. Berikut beberapa alasan mengapa self-harm merupakan cara yang salah untuk Mengatasinya:
1.Kelegaan Sementara, Konsekuensi Jangka Panjang
Self-harm hanya menawarkan kelegaan sementara dari rasa sakit emosional, tetapi tidak memberikan solusi jangka panjang. Sebaliknya, hal ini justru menjadi siklus berbahaya yang dapat memperdalam luka emosional dan berakibat pada rasa putus asa.
2.Isolasi Diri
Seseorang yang melakukan tindakan self-harm sering kali melakukannya secara sembunyi-sembunyi karena takut dihakimi atau disalahpahami. Isolasi ini dapat memperburuk perasaan kesepian dan berakibat pada perasaan terjebak dalam masalahnya sendiri.
3.Risiko Kesehatan Fisik dan Mental
Menyakiti diri sendiri menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Infeksi dan komplikasi yang tidak diinginkan dapat muncul dari cedera yang disebabkan oleh self-harm. Selain itu, tekanan emosional yang mendasarinya dapat meningkat dan yang menyebabkan masalah kesehatan mental yang lebih parah.

Alternatif Positif dari Self-Harm
Ada banyak alternatif yang lebih positif untuk menyalurkan rasa sakit emosional disbanding melakukan self-harm. Berikut adalah beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan:

1. Memulai Hobi Baru
Memulai hobi baru merupakan cara yang positif untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit emosional. Selain itu, memulai kesenangan baru juga menambah kesibukan yang dapat menghindarkan kita dari menyakiti diri sendiri. Memulai hobi baru seperti membaca, melukis, atau bermain musik dapat dhajhha

2. Refreshing
Refreshing atau relaksasi dapat membantu meredakan ketegangan emosional. Refreshing dengan kegiatan seperti meditasi, pernapasan dalam, atau berjalan-jalan di alam mungkin dapat membantu menyegarkan pikiran.

3. Belajar Mengenali Emosi
Belajar mengenali emosi adalah langkah penting dalam pengelolaan rasa sakit emosional. Dengan lebih memahami dan mengidentifikasi emosi, seseorang dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi perasaan tersebut tanpa merugikan diri sendiri.

4. Olahraga
Olahraga adalah cara yang sangat efektif untuk melepaskan endorfin, yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres. Aktivitas fisik seperti berlari, berenang, atau yoga dapat menjadi alternatif positif untuk self-harm.
 
5. Meminta Bantuan Orang Lain
Meminta bantuan dari orang lain, seperti teman, keluarga, atau tenaga ahli, merupakan langkah akhir yang penting. Mengkomunikasikan apa yang kita rasakan serta meminta dukungan dapat memberikan perspektif baru dan bantuan yang dibutuhkan.


Referensi

Edmondson, A., Brennan, C., & House, A. (2016). Non-suicidal reasons for self-harm: A systematic review of self-reported accounts. Journal of Affective Disorders, 191, 109–117. https://doi.org/10.1016/j.jad.2015.11.043

Healthdirect Australia. (n.d.). Self-harm. Causes, Warning Signs and Symptoms and When to Seek Help | Healthdirect. https://www-healthdirect-gov-au.translate.goog/self-harm?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Kaess, M., Hooley, J. M., Klimes‐Dougan, B., Koenig, J., Plener, P. L., Reichl, C., Robinson, K., Schmahl, C., Sicorello, M., Schreiner, M. W., & Cullen, K. R. (2021). Advancing a temporal framework for understanding the biology of nonsuicidal self- injury: An expert review. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 130, 228–239. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2021.08.022

Kindler, J., Koenig, J., Lerch, S., Van Der Venne, P., Resch, F., & Kaess, M. (2022). Increased immunological markers in female adolescents with non-suicidal self-injury. Journal of Affective Disorders, 318, 191–195. https://doi.org/10.1016/j.jad.2022.08.125

Self-injury/cutting - Symptoms and causes - Mayo Clinic. (2023, April 6). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/self-injury/symptoms-causes/syc-20350950

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun