Mohon tunggu...
Khasna Mauudi
Khasna Mauudi Mohon Tunggu... Lainnya - Pribadi

Ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan Sistem Pendidikan Di Indonesia Dan Di Jepang

29 Januari 2022   19:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   19:32 5791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN

DI JEPANG

Sistem pendidikan merupakan suatu strategi atau cara yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem pendidikan. Pendidikan juga menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan dan kemajuan suatu negara.

Seperti misalnya sistem pendidikan yang ada di Indonesia dan di Jepang pasti mempunyai perbedaan dalam sistem pendidikannya. Perbedaannya sebagai berikut :

1.Jam Sekolah

Jam belajar di Jepang dimulai dari pukul 8 sampai jam 3 sore, sedangkan di Indonesia mulai dari jam 7 sampai jam 1 siang.

Di Jepang jika ada siswa yang terlambat akan disuruh membuat surat perjanjian untuk tidak mengulangi lagi, dan jika mengulangi kembali maka siswa tersebut akan di beri saksi skorsing.

Di Indonesia ketika ada siswa yang terlambat masuk ke sekolah, hanya diminta surat izin masuk ke sekolah dan diberi hukuman. Misalnya membersihkan WC, push up, dan sebagainya.

2.Etika dan Kedisiplinan

Siswa di Jepang baru bisa mengikuti ujian mata pelajaran jika sudah mas 4 SD atau berumur 10 tahun. Selama 3 tahun mereka tidak dinilai seberapa pintar ilmu pengetahuan, tapi mereka di fokuskan untuk belajar tata karma. Etika dan Kedisiplinan Siswa di Jepang baru bisa mengikuti ujian mata pelajaran jika sudah kelas 4 SD atau berumur 10 tahun. Selama 3 tahun mereka tidak dinilai seberapa pintar ilmu pengetahuan, tapi mereka di fokuskan untuk belajar tata krama.

Sedangkan di Indonesia kedisiplinan sangatlah kurang dan sangat sulit sekali untuk diterapkan. Bahkan dalam hal etika pun Indonesia sedang mengalami kemerosotan. Terbukti dengan banyaknya kasus guru yang dijebloskan ke penjara atau dipukuli oleh orang tua murid hanya karena menegur muridnya.

Bahkan yang membuat sangat miris, saat ini tidak sedikit para murid yang berani melawan dengan gurunya baik dengan perkataan maupun dengan serangan fisik. walah mau jadi apa nih generasi penerus kita nanti.

3.Kemampuan Belajar Siswa.

Dalam hal kemampuan belajar siswa, di Indonesia guru lebih memiliki kecenderungan melihat faktor individu muridnya.

Tetapi bagi siswa di Jepang mereka selalu naik ke kelas berikutnya dari nilai ulangan dan kemampuan mereka.

Bahkan Nilai ulangan mereka hanya berarti pada saat mereka mengikuti ujian masuk sekolah menengah dan Universitas.

4.Kebersihan Sekolah

Di Jepang sekolah tidak bergantung pada petugas sekolah untuk membersihkan lingkungan sekolah. Setiap harinya sekolah di jepang diberikan waktu untuk kegiatan bersih-bersih.

Biasanya sehabis pulang sekolah sekitar pukul 3 sore, seluruh siswa dikelas gotong royong membersihkan lingkungan sekolah seperti membersihkan kelas, tangga, hingga toilet.

Sedangkan di Indonesia biasanya setelah lonceng pulang sekolah berbunyi para siswa langsung keluar kelas dan buru-buru meninggalkan sekolah.

Bahkan Toiletnya pun dibiarkan kotor setelah digunakan dan hanya mengandalkan petugas kebersihan sekolah untuk membersihkannya. Ditambah lagi laci-laci meja kelas biasanya penuh dengan sampah makanan.

Sistem Pendidikan di Indonesia

Pendidikan yang berkualitas menjadi penyokong kemajuan suatu bangsa.

Negeri mana pun, termasuk Indonesia, pasti menginginkan pendidikan terbaik untuk mencetak sumber daya manusia yang andal. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendidikan sebagai pedoman pelaksanaan proses edukasi yang efektif dan efisien.

Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang terkait sistem pendidikan. Hingga saat ini, sistem pendidikan yang diterapkan dalam negeri memang memiliki keunggulan. Namun, kelemahan pun tak luput dari sistem seperti apa pun.

Indonesia saat ini menerapkan sistem pendidikan nasional. Semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan harus mengimplementasikan sistem tersebut. Salah satu program pendidikan yang terkini di dalam negeri adalah “Wajib Belajar 12 Tahun”, yakni 6 tahun Sekolah Dasar (SD), 3 tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Ada tiga instansi pemerintah yang membawahi sekolah-sekolah. Pertama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk pendidikan menengah dan dasar. Kedua, terdapat Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk jenjang pendidikan tinggi. Ketiga adalah Kementerian Agama untuk semua jenjang yang berbasis agama.

Sistem pendidikan nasional bertujuan membina karakter positif, memberikan pengetahuan akademis, dan menempa keterampilan peserta didik sejak dini.

Indonesia berhasil meraih Penghargaan UNESCO-Japan Prize 2015 bidang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Education for Sustainable Development (ESD). Prestasi tersebut menjadi bukti pengakuan dunia atas keberhasilan pendidikan Indonesia dalam mempromosikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Penghargaan diberikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PP PAUD dan Dikmas) Jawa Barat.

Pemberian penghargaan UNESCO-Japan Prize for Education for Sustainable Development diserahkan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova kepada Kepala PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat, Djajeng Baskoro, dalam suatu acara khusus di Markas UNESCO, Paris, pada tanggal 5 November 2015. Mendikbud Anies Baswedan pun turut hadir dalam acara tersebut.

Penghargaan ini merupakan langkah baru dalam Program Aksi Global Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan bertujuan menciptakan wirausahawan baru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain itu Program Aksi Global Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan juga berupaya untuk melestarikan budaya lokal dan mempertahankan konservasi lingkungan.

Kelebihan Sistem Pendidikan yang ada di Indonesia

1.Biaya pendidikan yang terjangkau

Peserta didik di negeri ini tak perlu menghabiskan banyak biaya untuk pembayaran fasilitas pendidikan. Negara sudah menanggung biaya tersebut.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dana Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN) yang dialokasikan untuk pendidikan ialah sebanyak 20 persen. Jumlah tersebut menjadi bentuk upaya pemerintah dalam mewujudkan visi negeri, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Contohnya, pada tahun 2018, Indonesia memiliki total anggaran sebanyak Rp2.200 triliun. Pemerintah Indonesia tercatat melakukan alokasi dana sekitar Rp444,131 triliun untuk edukasi rakyat pada APBN 2018.

Persentase sebanyak 20 persen memang telah dituangkan dalam Lampiran XIX Peraturan Presiden tahun anggaran 2018. Anggaran tersebut terbagi atas tiga alokasi, yakni Rp15 triliun melalui pembiayaan, Rp279,450 melalui dana desa atau transfer daerah, serta Rp159.680 triliun melalui belanja pemerintah pusat.

Adapun Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang tidak membolehkan sekolah menagih iuran dari wali peserta didik. Jika memang dana yang diberikan pemerintah untuk sekolah masih kurang, hanya komite sekolah yang berhak meminta kekurangan biaya pada wali siswa.

2.Sistem yang transparan

Dalam pendidikan Indonesia sekarang, sistem dijalankan secara transparan. Berkat hal ini, wali murid dapat mengawasi proses pembelajaran dengan mudah dan jelas. Wali peserta didik pun bisa ikut serta mengembangkan kecerdasan dan keterampilan para murid sendiri berdasarkan proses pembelajaran di sekolah.

3.Kurikulum disusun oleh orang-orang ahli dan berpengalaman

Dahulu, kurikulum hanya disusun oleh para ahli. Namun, sejak adanya Kurikulum 2013, guru sebagai praktisi juga bisa terlibat dalam penyusunan kurikulum. Terlebih, guru adalah orang yang langsung terjun ke lapangan sehingga diharapkan dapat mengetahui materi-materi yang dibutuhkan dan menggali bakat para peserta didik.

4.Pertimbangan penerimaan siswa lebih mudah

Pemerintah di masa ini sedang menggalakkan pengurangan kesenjangan antardaerah. Tidak ada lagi istilah “daerah terpencil”. Pemerintah pusat maupun daerah akan memfasilitasi tiap sekolah. Belum lagi, adanya sistem zonasi baru-baru ini membuat semua sekolah negeri mempunyai kewajiban dan hak yang sama. Tak ada lagi yang dijuluki “sekolah favorit”.

Dahulu, peserta didik beramai-ramai mendaftar ke sekolah-sekolah yang dianggap unggul di tengah masyarakat. Namun, dengan sistem zonasi yang baru beberapa tahun terakhir diterapkan, penerimaan murid hanya mempertimbangkan daerah dan umur. Peserta didik pun tidak diberi syarat minimal lulusan Taman Kanak-Kanak. Dengan sistem pendidikan ini pula, seluruh peserta didik yang mendaftar bisa menuntut ilmu dekat dengan domisili mereka.

Kekurangan Sistem Pendidikan yang ada di Indonesia :

1.Penyebaran sarana pendidikan yang tidak merata

Masih banyak area terpencil yang belum terjamah oleh sarana pendidikan. Para murid dan guru kekurangan peralatan sekolah dan tempat yang memadai. Selain itu, perpustakaan juga masih belum menyebar ke banyak daerah.

2.Tenaga pendidik yang belum merata

Bukan jumlah guru yang menjadi masalah, tetapi penyebarannya. Kebanyakan tenaga pengajar bekerja di daerah perkotaan. Sementara itu, daerah-daerah yang masih “tertinggal” kekurangan jumlah guru yang berkualitas.

3.Kurikulum masih bersifat teoretis

Sejak awal, kurikulum Indonesia masih mengandalkan teori-teori saja. Ketika pelajar menyelesaikan pendidikan, tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Masih banyak sekolah yang jarang mengadakan praktikum atau membekali peserta didik dengan soft skill dan hard skill. Sejak tahun 1947, Indonesia telah mengganti kurikulum pendidikannya sebanyak 9 kali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Namun, perubahan-perubahan kurikulum tersebut terkesan begitu berkesan dan terkesan labil. Kurikulum di Indonesia masih bersifat kompleks. Pengembangan kurikulum hanya berdasarkan pada pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat.

4.Kekerasan dalam Dunia Pendidikan Indonesia

Lingkungan sekolah di Indonesia belum ramah bagi peserta didik. Hal itu terlihat dari maraknya kasus kekerasan di sekolah, baik fisik maupun bukan fisik. Penganiayaan guru siswa, siswa terhadap guru, sesama siswa (Bullying), terhadap seksual, dan tawuran antar sekolah dunia pendidikan Indonesia.

5.Kualitas Guru Indonesia Masih Rendah

Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) beberapa tahun terakhir menunjukkan kompetensi guru di Indonesia yang rendah dan di bawah rata-rata. Pada tahun 2015, rata-rata nasional hasil UKG bidang pedagogik dan profesional adalah 53,02 dari standar yang diharapkan yaitu 70. Jika kualitas guru Indonesia masih rendah, maka peningkatan kualitas pendidikan dan kemajuan suatu bangsa akan buruk karena guru merupakan faktor kunci dalam hal tersebut .

Sistem Pendidikan di Jepang

Jepang atau yang kita kenal dengan sebutan ‘Negara Sakura’, termasuk negara dengan pendidikan terbaik di dunia hingga saat ini. Bahkan Jepang menjadi salah satu negara di Asia dengan sistem pendidikan terbaik. Berkembang pesatnya bidang pendidikan di Jepang terjadi setelah perombakan terhadap sistem pendidikan melalui Restorasi Meiji.

Kemajuan dan keberhasilan Jepang yang menonjol dalam sistem pendidikan terjadi di bidang kedokteran, ekonomi, sains, dan teknologi. Selain itu, bidang lainnya yang juga mengalami kemajuan di Jepang adalah politik, sastra, seni, dan sebagainya.

Keberhasilan sistem pendidikan Jepang mampu meminimalkan tingkat pengangguran di dalam negeri. Selain itu, kreativitas para lulusan sekolah-sekolah di Jepang juga sudah teruji sehingga membelalakkan mata dunia. Salah satu bukti yang dapat dihadirkan di sini adalah keberhasilan perusahaan otomotif seperti Honda, Yamaha, dan Suzuki dalam pengembangan teknologi.

Hal ini dibuktikan Jepang melalui banyaknya pemenang Nobel asal Jepang dari berbagai bidang, yaitu sebanyak 22 orang. Dari jumlah tersebut, 17 di antaranya mendapat penghargaan dalam bidang fisika, kimia, dan pengobatan.

Kemajuan pendidikan di Jepang tidak hanya terbatas pada sekolah, tetapi juga perguruan tinggi. Jepang mempunyai banyak perguruan tinggi unggulan yang sudah diakui dunia. Atas dasar inilah Jepang sudah sejak lama menjadi pilihan siswa-siswa dari berbagai negara di dunia sebagai tempat untuk melanjutkan studi.

Kelebihan Sistem Pendidikan di Jepang :

1.Bimbingan Belajar Sangat Diminat

Budaya belajar sudah ditanamkan sejak masih kecil. Anak-anak SD di jepang sudah mengikuti kegiatan bimbingan belajar yang biasanya dilakukan di malam hari. Oleh karena itu tak jarang banyak anak-anak yang pulang malam setelah mengikuti bimbingan belajar. Hasilnya, murid-murid di Jepang sangat jarang mengulang kelas.

2. Pelajaran Tradisional

Sebagai negara maju, Jepang terkenal dengan bagaimana mereka menjaga kebudayaan mereka. Meskipun dikategorikan sebagai negara maju, tidak banyak dari mereka yang menguasai bahasa Inggris karena mereka lebih bangga dengan bahasa sendiri. Hal ini adalah wujud dari kebanggaan budaya mereka sendiri dari pada mengikuti trend populer dari negara barat. Untuk memperoleh hal tersebut, para siswa mendapatkan pelajaran tradisional jepang termasuk kaligrafi dan kesusastraan Jepang.

3.Tingkat Kehadiran Siswa 99%

Secara statistik, siswa di Jepang memiliki tingkat kehadiran yang sangat tinggi yaitu 99%. Sangat jarang siswa di Jepang untuk bolos sekolah. Jangankan untuk bolos, siswa yang tidak memperhatikan guru saat proses belajar mengajar sangat jarang ditemukan.

4.Kuliah Adalah Masa Terindah

Beban pendidikan di Jepang yang terberat adalah saat SMA. Nilai akhir saat SMA sangat menentukan masa depan seorang siswa. Oleh karena itu bagi mereka yang berhasil masuk perguruan tinggi merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Sebelum masuk ke dunia kerja yang sangat ketat di Jepang, para mahasiswa benar-benar menikmati masa-masa selama kuliah. Karena kondisi itu masa ketika kuliah sering disebut sebagai liburan hidup.

Jepang mungkin merupakan salah satu negara di Asia yang paling popular sebagai tujuan untuk studi. Memang, sistem pendidikan dan teknologi di negeri matahari terbit ini terbilang bagus dan superior jika dibandingkan dengan negara Asia lain. Kendati demikian, sistem pendidikan di Jepang juga tak bisa disebut sempurna karena tentu memiliki beberapa sisi gelap dan permasalahan di dalamnya.

1. persaingan antar penyedia edukasi

Siswa tentu memiliki karakter yang berbeda, karena itulah, secara teori, edukasi pun harus beragam dan kompetitif. Sayangnya, tidak ada hal semacam itu di Jepang. Keragaman buku cetak dan material lainnya terbatas, belum lagi, pengembangan material dan metode edukasi baru Jepang yang jauh dari yang diharapkan.

2.Sistem pendidikan Jepang menolak adanya perbedaan

Siswa yang memiliki hasil lebih baik dalam bidang akademis biasanya dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan lebih cepat di AS, karena absennya kurikulum nasional membuatnya memungkinkan. Jepang memiliki sistem edukasi yang diatur oleh kurikulum nasional dan jika seorang siswa diizinkan untuk naik ke tingkat lebih tinggi dengan durasi lebih cepat, dapat dianggap sebagai diskriminasi.

3.Kontradiksi sistem pendidikan

Kementerian Pendidikan Jepang memutuskan konteks edukasi. Artinya, segala sistem edukasi yang tak disetujui oleh kementerian, tak berguna. Dalam sistem pendidikan Jepang kini, hanya melakukan apa yang disetujui kementerian dan menghindari sistem lain adalah cara terbaik untuk memasuki universitas terkenal. Aktivitas relawan dan komunitas, home education, dan berbagai cara ajar lain tak berguna. Inilah kontradiksi terbesar dalam sistem pendidikan Jepang. Di AS, definisi edukasi lebih luas karena pemerintah pusat tak menentukan konten edukasi. Pengalaman di dunia nyata seperti part-time dan aktivitas sosial masuk ke dalam ranah edukasi di AS. Siswa SMA di Amerika diperbolehkan mengambil pekerjaan part-time, sementara siswa SMA di Jepang banyak yang tak diizinkan mengambilnya. Hasilnya, definisi edukasi pun berbeda.

4.Diskriminasi sosial baru di bidang pendidikan

Tidak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa diplomatisme Jepang menghasilkan diskriminasi sosial baru di sekolah. Tidak ada gunanya mencoba menyelesaikan masalah bullying dan penolakan sekolah kecuali beberapa langkah diambil untuk membongkar struktur diplomatisme.

Sumber :

https://m.rri.co.id/takengon/berita-foto/5866/10-perbedaan-sistem-pendidikan-jepang-dengan-indonesia

https://mutuinstitute.com/post/sistem-pendidikan-indonesia-kelebihan-dan-kekurangan/

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/03/dunia-akui-keberhasilan-indonesia-di-bidang-pendidikan-pembangunan-berkelanjutan

https://etos-id.net/pendidikan-buruk-tanggung-jawab-siapa/

https://kumparan.com/widy-wirasugema1527591434855/menoleh-sedikit-pada-dunia-pendidikan-di-jepang-1548033266672546911

http://www.refondation-ecole.net/fakta-sistem-pendidikan-di-jepang/

https://japanesestation.com/lifestyle/japan-fact/sisi-gelap-dan-permasalahan-sistem-pendidikan-di-jepang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun