Benar katamu waktu itu. Suatu hari, entah kapan secara pasti aku akan mengerti dan bisa memahami. Ternyata, hari itu adalah sekarang. Tidak lagi aku akan marah, merasa kecewa, maupun menyesalkan atas kondisi yang menjadikan kita seperti sekarang. Jauh dan asing. Tidak lagi, akan aku sesali jarak kita yang ternyata semakin renggang. Seperti katamu, semua dan apa pun kemungkinan yang terjadi atas kita adalah bagian dari proses. Proses kita untuk sama-sama bertemu dengan sesuatu yang lebih baik bahkan yang terbaik.Â
Aku pun berharap, kamu tidak pernah menyesali maupun membenci dengan apa-apa yang membuatmu enggan denganku. Aku rasa, kamu harus mau memaklumi aku yang belum dewasa kala itu. Maka dari itu, aku hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan maaf. Terima kasih atas dialog yang tak singkat. Kadang aku masih ingin mendengar kembali dialog itu. Terima kasih atsas pelajaran berharganya. Maaf, sekarang kita benar-benar berjalan di arah dan jalur yang berbeda.Â
Barangkali harus begini. Barangkali ini adalah bentuk jawaban atas sekian pertanyaan yang dulu pernah aku ajukan, dan belum mendapat jawaban. Mari, akhiri dengan baik-baik saja. Padahal, sebelumnya pun dimulai dengan tanpa sengaja dan tiba-tiba. Meskipun itu dengan cara, tidak lagi saling mengingat satu sama lainnya. Bukannya apa, tapi kita akan lelah jika terus berpura-pura atas apa yang tidak ingin kita lakukan. Sampai jumpa di lain waktu dan kesempatan dengan lembaran cerita baru yang kita miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H