Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Indramayu: Munggahan, Obor Keliling, dan Pesantren Kilat

18 Mei 2020   18:00 Diperbarui: 18 Mei 2020   17:56 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tradisi mejelang Ramadan bagi para nelayan di Desa Karangsong, Indramayu, dengan mengelar pengajian dan musik rebana di atas kapal, Sabtu (4/6/2016).

Dilansir dari republika.com, bahwa selain menggelar pengajian dan musik rebana di atas kapal, juga para nelayan mengisi acara munggahan dengan membersihkan perahu menggunakan air.

Kemudian, setelah tradisi ini berjalan di kalangan nelayan. Dilanjutkan oleh para keluarganya yaitu dengan membersihkan diri di dekat perahu yang sudah dibersihkan.

Sedangkan di Kramat Mulya, Kabupaten Kuningan, tradisi munggahan dilakukan dengan cara menggelar pawai obor keliling kampung. Diikuti oleh para orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak.

Selain membawa obor, para warga biasanya membawa lampu lampion sembari berkeliling kampung, ditemani kumandang shalawat Nabi Muhammad Saw, menabuh bedug dan rebana. Cukup meriah.

Tetapi, tradisi seperti ini tidak begitu poluler di beberapa desa lainnya. Bahkan, kemungkinan besar tidak menjadi tradisi khusus. Melainkan, ada tradisi lain yang mengisi sebelum Ramadan tiba.

Seperti di daerah tempat kelahiranku, Desa Babakan Jaya, Kecamatan Gabus Wetan, tradisi ini tidak cukup populer. Hanya saja ada beberapa kegiatan menjelang Ramadan lainnya. Seperti, pesantren kilat sebelum Ramadan, berlanjut di Ramadan. Biasanya, 1 minggu sebelum Ramadan, 1 minggu di awal Ramadan.

Kegiatan ini pun, lambat laun sudah meredup. Pada tahun 2007 aku pergi nyantri ke Jawa Timur, kegiatan pesantren kilat masih berjalan. Tetapi, baru-baru di tahun 2018-2020 ini, sudah tidak terlihat kegiatan lagi.

Bahkan, guru ngaji di kampung tidak diisi oleh anak muda lagi. Walaupun ada anak muda, hanya terhitung beberapa orang saja. Mereka muda-mudi di kampung ini sudah banyak merantau mengadu nasib ke luar pulau, bahkan pergi ke luar negara.

Tetapi tradisi kramat di sejumlah daerah Indramayu masih tetap kuat. Beranggapan bahwa, kramat adalah karuhun atau leluhur atau biasa disebut embah buyut atau ki buyut. Seperti di Desa Lelea, mayarakat mempercayai embah buyut pernah ada dan tinggal di Lelea, walaupun sebagian masyarakatnya belum pernah mengenal atau hidup sezaman dengan para karuhun tersebut.

Namun, kampung halaman tetap menjadi rumah terbaik tuk kembali saat Idul Fitri. Karena di sana, terdapat banyak kisah yang membuat hari ini kamu sukses. Apalagi, melihat orang tua bahagia menyaksikan kesuksesan anak-anaknya.

Bagi anak laki-laki, ketahulilah bahwa tugasmu terhadap orang tua sampai akhir hayat. Tetapi, untuk kamu anak perempuan. Tanggung jawab orang tua akan berpindah kepada suami. Anak perempuan, tetap berbakti kepada orang tuanya dengan restu suami.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun