Ketika mereview kembali pertandingan Final Bulutangkis, Gideon/Sukamuljo (Ina) vs Endo/Watanabe (Jpn), sekiranya cukup membangkitkan gairah untuk tetap selalu olahraga meskipun dalam keadaan berpuasa.
Dalam ajang bergengsi All England 2020 pasangan ganda putra Indonesia dikalahkan oleh pasangan Jepang. Paling tidak, Indonesia sudah mempertahankan bendera merah putihnya di kancah International.
Tontong selengkapnya:Â
Bagi penikmat olahraga Bulutangkis, pasti berdampak sangat besar. Di satu sisi merasa sangat disayangkan atas kekalahan Indonesia. Di lain sisi, pertandingan ini menjadi penggugah untuk membuat ajang turnamen lokal sendiri.
Skill yang pasangan Indo vs Jpn sajikan, cukup menjadi skill tambahan bagi para pecinta Bulutangkis Indonesia. Walaupun hanya sebatas lokal, tetapi ajang turnamen ini cukup bergengsi.
Jadi, belum lama ini tepatnya di pertengahan bulan suci Ramadan dan di tengah derasnya pemberitaan tentang covid-19. Kita perlu sekali sejanak merefresh kembali jiwa dan raga.
Jiwa kita segarkan dengan banyak membaca al-Qur'an. Sedangkan raga, kita jaga dengan berolahraga yang cukup dan mengonsumsi makanan-makanan sehat. Itulah yang setidaknya kita lakukan dalam situasi pandemi sekarang.
Ketika raga ini harus dijaga kesehatannya, aku dan beberapa kawan lainnya berinisiatif untuk membuat turnamen Bulutangkis kecil-kecilan. Paling tidak dapat menggerakkan seluruh badan di ajang cukup bergengsi menurut kami.
Dalam turnamen ini, kami membagi menjadi dua zona. Pertama, "Bro Pekerja." Kedua, "Bro Guru." Kita ambil pertandingan ganda putra, dengan jumlah sebanyak 10 tim.
Pertandingan yang sementara ini kami lakukan yaitu dengan sistem sekali pertandingan gugur. Cukup bergengsi kan, karena masing-masing pasangan berusaha mempertahankan harga dirinya untuk bisa bertahan sampai final.
Walaupun terlihat tegang dan serius, tetapi kita tahu bahwa ini sekedar olahraga semata untuk mengisi kegiatan di bulan Ramadan. Ramai, sorak-sorak pendukung, dan tingkah lucu pemain. Itulah sekiranya yang kami rasakan saat turnamen berlangsung.
Tidak hanya sebatas itu, kami pun menyadari bahwa ukhuwwah antara guru dan pekerja harus tetap dijaga. Dan turnamen ini sebagai upaya menjaga solidaritas-kebersamaan tim.
Melatih diri hidup bersama dalam posisi yang berbeda itu penting. Tidak melihat siapa dirimu dan dirinya. Karena dalam sebuah tim yang dikenal hanyalah bagaiman kita mampu bekerja sama. Bukan bekerja sama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H