Aku awali tulisan ini dengan sebuah hadist yang artinya, "Dari Anas bin Malik ra berkata: bahwa Rasulullah Saw bersabda, bagi siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan diperpanjang umurnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan silaturrahim." (HR. Muttafaqun Alaih)
Ada dua jalinan hubungan kita sebagai manusia; pertama, hubungan kita kepada Allah Sang Pencipta. Kedua, hubungan kita sesama manusia. Jalinan hubungan sosial sebagai manusia harus tetap berjalan, tidak terhalang oleh situasi apa pun. Termasuk dalam situasi pandemi seperti ini.
Dalam hubungan kerja atau pun pertemanan. Ada kalanya membutuhkan komunikasi yang tetap tergaja, selain untuk mempererat hubungan sesama tim kerja, juga menjalin ukhwah Islamiyah (Islam) dan ukhwah wathaniyah (non-Muslim).
Banyak cara yang dapat dilakukan di zaman sekarang, semua perangkat sudah menjamin dan membantu. Bisa menggunakan; vcall, zoom, skype, google meet, atau lainnya. Tidak ada alasan untuk tidak saling berkomunikasi sesama, terkecuali ada hal lain yang mengganggu, seperti karena sakit hati.
Alkisah, dari aku duduk di bangku pesantren sampai sekarang. Saat itu, almarhum ayah masih ada. Sebagai anak laki-laki tentunya dididik dengan pendidikan yang berbeda dengan anak perempuan. Karena pada dasarnya, laki-laki akan menjadi seorang pemimpin.
Ingat sekali dahulu, ketika ayah selalu mengajakku keliling-keliling; ke client kerja, tetangga, saudara jauh, saudara dekat, bahkan pergi ke orang yang tidak begitu dikenal. Ketika itu aku sebatas berfikir, untuk apa jauh-jauh dari rumah hanya untuk mengobrol.
Bagiku anak berumur belasan tahun, tidak begitu mementingkan obrolan tersebut. Karena yang diobrolkan sangatlah beragama. Tidak dapat aku cerna dalam otak. Sesekali pernah kesal, karena menghabiskan waktu sampai 1 jam lebih. Itu dulu.
Berjalannya waktu, aku mulai beranjak di umur 20, lalu sekarang di umur 24 tahun. Setelah kepergian almarhum ayah, barulah aku mengingat-ingat kembali didikannya kala itu. Salah satunya, selalu diajak berkeliling.
Aku menyadari ternyata, yang dilakukan oleh ayah saat itu adalah relasi, membangun jejaringan. Bukan hanya sebatas jaringan sosial, bisa jadi akan menjadi jaringan kerja. Dalam dunia kerja, relasi atau pun jaringan, bisa juga diartikan sebagai orang dalam, itu sangat dibutuhkan untuk hidup bersosial dan berbisnis.
Sederhanya seperti ini, saat kamu berkunjung atau bersilaturrahim ke salah satu kawan, pada dasarnya kamu berteman dekat - bercengkrama satu sama lain. Ketika datang ke rumah, tidak ada niatan untuk meminta bantuan, karena sudah menjadi rutinitas sering berkunjung ke rumah.
Kondisi kamu ketika berkunjug, terkena PHK di salah satu perusahaan, ini terjadi lantaran faktor pandemi. Setelah asyik berbincang, tanpa disadari kawan kamu spontan bertanya, "Gimana pekerjaanmu, lancar kan?" Kemudian kamu menjawab apa adanya, "Aku di PHK."
Kawanmu merupakan pemilik salah satu perusahaan juga, dan dia tidak pernah berfikir untuk mem-PHK kariyawannya walaupun dalam kondisi ketidakpastian, karena pandemi. Akhrinya, kawanmu menawarkan lowongan kerja di perusahaannya untuk mengurusi dilevery system yang dibutuhkan perusahaan saat ini.
Sederhana bukan hanya berawal dari berkunjung ke rumah, mengobrol satu sama lain. Ternyata, ada sebuah peluang rezeki yang Allah buka melalui jalur kawan tadi. Banyak kejadian real lainnya, seperti mendapatkan pekerjaan lantaran obrolan singkat saat di perjalanan.
Ini salah satu rahasia bersilaturrahim sesama dan telah dibuktikan dampaknya oleh banyak orang. Seperti biasanya, aku kutip pendapat ini dari video Mardigu WP, Bossman Sontoyolo, yaitu tidak ada rumusan pecat kariyawan, dirumahkan tanpa gaji, atau pun Golden Shakehand sekalipun.
Para kariyawan yang sudah bekerja sangat keras, dan mereka orang pilihan. Jangan pernah berfikir apa yang telah kita dapat selama ini adalah karena kepintaran kita. Semua itu terjadi bukan kerena kita.
Itu merupakan jawaban dari doa para pegawai kita dan keluarganya. Jangan mentang-mentang ekonomi lagi turun, kita lagi susah, pegawai kita pecat. Karena konsep turunnya rezeki itu melalui para pegawai yang Allah turunkan melalui jarur perusahaan kita.
Ingat, bahwa usaha kita dan pegawai kita hanya infrastruktur rezeki keluarga dan pegawai kita. Jangan sombong.Â
Selengkapnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H