Akhirnya Zul beranjak pergi ke pasar untuk membeli sekantong kresek paku. Walaupun di hatinya berat sebelah, ia dengan terpaksa menjalankan perintah bapaknya.
Sesampainya di pasar ia segera membeli paku seperti yang diminta bapaknya itu. Langsung dia bawa paku itu ke rumah untuk segera diserahkan pada bapaknya. Sesampainya di rumah ia menyerahkan paku itu dan berkata "Pak ini pakunya..., mau memperbaiki apa pak?"
Bapaknya menjawab "Zul, sekarang kamu ikut bapak ke depan rumah".
Di depan rumah, mereka duduk bersebelahan. Tak lama setelah itu, bapaknya memulai pembicaraan seraya menunjuk ke arah pagar rumahnya yang baru dicat "Zul coba perhatikan pagar yang ada di depan itu... masih terlihat bagus dan menawan kan?".
Spontan Zul menjawab "Iyalah pak, pagar  itu kan baru kemarin di cat, makanya masih kelihatan bagus."
Sambil menghela nafas bapaknya mulai berkata "Zul, di samping kamu ada paku. Perhatikan ke arah pagar itu! lemparkan paku itu sekeras mungkin ke arah pagar!", kata beliau tegas.
Zul terdiam keheranan, lalu berkata "Pak, ngapain melempar paku ke pagar?!". Bapaknya tidak menjawab, dia justru memberinya perintah tegas. Si Zul pun mulai penasaran. Zul terdiam keheranan.
Seraya meninggalkan tempat bapaknya berkata "Zul, sekarang lemparlah paku itu ke pagar sampai habis. Jangan sisakan satu pun paku di plastik" dengan nada sedikit membentak. "Baik pak!", dengan keberatan Zul mulai melaksanakan perintah bapaknya.
Setengah jam berlalu. Paku di kantong plastik telah habis. Pagar yang menjadi objek lemparan pun terlihat banyak berlubang.
Bapaknya keluar dari rumah dan menjelaskan maksud dari perintah yang tidak masuk akal itu. "Zul, apa kamu menyadari bahwa apa yang kamu perbuat kepada teman-temanmu itu menyakiti hati mereka?" nada bicaranya merendah dari sebelumnya.
Pertanyaan itu membuat Zul terdiam dan merenung sambil menundukan kepala. Bapaknya melanjutkan penjelasannya "Coba kamu lihat ke pagar itu setelah kamu lempari paku!. Pagar itulah kerabatmu, pagar itulah teman-temanmu di sekolah, pagar itulah orang-orang yang sering kamu caci-maki. Pagar yang sebelumnya bagus, tidak tergores suatu apapun akhirnya berubah setelah terkena lemparan paku yang keras dan bertubi-tubi. Ibaratkan hal itu dengan hati mereka yang sakit karena caci-makimu, apa kamu menyadari itu?".