Ini adalah kisah lama, catatan perjalanan libur Lebaran bulan Juli yang lalu – namun belum sempat dituangkan dalam tulisan. Cerita tentang wisata sejarah ke Andalusia, region di bagian selatan Spanyol yang kaya dengan peninggalan sejarah Islam.
Andalusia yang identik dengan masa kejayaan Islam di tanah Spanyol membuat saya penasaran. Gambaran tentang wilayah ini dalam novel ‘The Alchemist’ karya Paulo Coelho membuat saya semakin penasaran untuk mengunjunginya. Dan harapan itu terkabul saat libur Lebaran yang lalu.
Etape pertama yang harus dilewati adalah penerbangan Vienna-Hamburg-Madrid. Sengaja transit di Hamburg karena harga tiket dengan transit lebih murah dari harga tiket direct ticket Vienna-Madrid. Karena pergi berempat, akumulasi selisih jadi lumayan signifikan. Transit di airport Hamburg juga dapat dimanfaatkan untuk berburu souvenir khas kota tersebut.
Singkat kata, penerbangan Vienna-Hamburg-Madrid berjalan lancar. Setelah mengambil bagasi, kami bergegas menuju counter penyewaan mobil. Setelah menyerahkan bukti pemesanan online dan menandatangani beberapa dokumen, petugas di counter menyerahkan kunci mobil.
“Anda beruntung hari ini. Mobil untuk Anda kami upgrade ke yang lebih besar,” katanya.
Saya pesan mobil Volkswagen Golf, tapi diberi sedan Skoda Octavia yang lebih besar tanpa biaya tambahan.
Masalah muncul saat piranti GPS hendak dipasang. Receiver dan kabel GPS saya bawa tetapi ternyata dudukan atau base untuk menempelkan GPS di kaca tertinggal di Vienna. Saat memarkir mobil di bandara Vienna, ternyata hanya GPS receiver yang saya copt dan base GPS masih menempel di kaca mobil. Olala.
Rencana pun berubah. Awalnya kami akan langsung meluncur ke kota Granada. Terpaksa kami harus mengubah haluan, mencari toko elektronik terdekat untuk membeli dudukan GPS. Karena tidak bisa ditempelkan ke kaca, GPS kami pasang di monopod untuk selfie. Dari airport Madrid, istri saya yang bertugas memegang tongsis.
Setelah dudukan didapat, segera kami meluncur ke arah Granada.
Perjalanan Madrid-Granada sejauh 428 kilometer (menurut Google Maps) kami tempuh selama kurang lima jam. Sekitar separuh perjalanan, suasana Andalusia mulai terasa. Kanan kiri jalan terhampar warna coklat tanah pertanian di musim panas dan warna hijau tetumbuhan. Bangunan dengan nuansa ‘Islam’ mulai banyak terlihat.
Kami tiba di Granada bersamaan dengan saat mentari tenggelam. Acara malam pertama di Andulusia adalah istirahat total. Besok pagi kami akan menjelajahi destinasi pertama: Alhambra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H