Mohon tunggu...
kharis pradana
kharis pradana Mohon Tunggu... -

pegiat di Gerakan KAMMI Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Money

“Wanita Merapi Berkarya dengan Olahan lele”

6 September 2011   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:12 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

(ide Aksi Semangat Gerakan KAMMI Mengajar untuk Indonesia Produktif)

[caption id="" align="alignleft" width="322" caption="kammi mengajar"][/caption] Merapi dan warga Gungan di Shelter Dongkelsari

Bencana erupsi Merapi pada 5 November 2010 dini hari silam, mengirimkan lahar dan awan panas ke Sleman hingga radius 18 km. Padahal kala itu pemerintah menginformasikan jarak aman bahaya Merapi hingga 15 km. Letusan kala itupun disinyalir sebagai letusan terbesar sejak tahun 1990. Akibat erupsitersebut, pemukiman warga menjadi luluh lantak, ratusan ribu warga dari kabupaten Magelang, Boyolali, Sleman, dan, Klatenpun harus mengungsi.

Hingga kini ribuan warga yang kehilangan rumah, harus tinggal di hunian sementara (huntara)/ shelter yang disediakan pemerintah. Sheltermerupakan rumah semi permanen dengan dinding bambu, beratap seng, dengan ukuran 5 m x 7 m. Di rumah sederhana inilah warga padukuhan gungan harus tinggal hingga rumah permanen yang dijanjikan pemerintah bisa ditempati pada tahun 2013 mendatang.

Padukuhan Gungan, wukirsari, Cangkringan, Sleman yang terdiri dari dusun Gungan dan dusun srudukan dengan jumlah 225 KK, merupakan salah satu padukuhan yang terkena dampak langsung erupsi tersebut, kini warganya harus tinggal di shelter dongkelsari di watuadeg.

Shelter dongkelsari sendiri boleh dikatakan merupakan shelter di kecamatan Cangkringan yang paling akhir berdiri,sementara warga korban erupsi merapi dari dusun lain ada yang sudah menempati hunian sementaranya sejak februari, warga dusun gungan masih harus menunggu hingga bulan april untuk menempati hunian sementaranya.

Sementara itu, usaha produktif sebagian besar warga Gungan saat ini masih terpaku pada pekerjaan yang boleh dikatakan tidak pasti, ketika di awal program padat karya dari pemerintah bisa menjadi solusi atas kehilangan lahan mata pencaharian warga. Namun ketika memasuki bulan ke tiga hingga sekarang di shelter, warga yang sebelumnya bermata pencaharian sebagaipetanidan peternak kini hanya bisa mengandalkan usaha sampingan yang diberikan donatur, diantaranya adalah budidaya lele. 1,8 ton bibit lele diberikan kepada warga padukuhan Gungan hasilnya untuk kebutuhan gizi warga dan untuk menambah penghasilan warga. (www.harianjogja.com – 9 mei 2011)

Saat ini di Cangkringan sendiri sudah banyak warga maupun kelompok warga yang menjalankan usaha budidaya lele. Selain itupula, ternyata tidak hanya di shelter dongkelsari, namun hampir semua shelter merapi di Cangkringan juga diberikan peluang yang sama untuk menjalankan usaha budidaya lele ini. karena budidaya lele merupakan pekerjaan sampingan yang paling mudah dan murah. Namun dampaknya adalah berlimpahya hasil lele mentah, namun memiliki nilai ekonomis yangagak rendah ditambah dengan bertambah sulitnya pemasaran hasil panen lele tersebut.

Jadi, “kemana hasil panen usaha budidaya lele ini akan dijual?” sementara usaha budidaya lele ini kian menjamur di DIY...

Aksi Semangat Gerakan KAMMI Mengajar untuk Indonesia Produktif

Gerakan KAMMI Mengajar (GKM) merupakan divisi dari departemen sosial kemasyarakatan KAMMI Komisariat UGM yang diinisisasi pada tanggal 27 maret 2011. GKM sendiri telah mendampingi adik-adik yang menjadi korban Merapi, sejak awal shelter dongkelsari ini ditempati (april-sekarang).

Setelah rutin melakukan kegiatan yang fokus kepada pendidikan, dan menjalankan fungsi trauma healing untuk adik-adik, kami bermaksud pula untuk berpartisipasi aktif melakukan upaya peningkatan kesejahteraan warga padukuhan gungan ini melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini bersama program aksi semangat #IndonesiaProduktif Fatigon, kami bermaksud mengajak warga yang menjadi korban erupsi merapi ini untuk menjalankan usaha produktif yang akan menjadi lahan pekerjaan baru untuk warga.

Seperti yang dijelaskan di atas, yang menjadi masalah saat ini adalah nilai jual lele semakin menurun serta pemasaran hasil budidaya lele ini semakin sulit. karena itu kami mencoba mencari alternatif usaha penjualan hasil lele tersebut, bagaimana agar hasil budidaya lele warga tersebut mampu menjangkau pasar yang luas, dan memiliki nilai jual yang lebih besar.

Karena itu kami mengajak para wanita (terutama ibu rumah tangga) dalam usia produktif (20-45 tahun) untuk mengolah hasil budidaya lele tersebut menjadi produk yang memiliki nilai jual yang lebih besar di pasar. Jadi bahan utamanya yakni lele sudah tersedia dari usaha budidaya warga di shelter, dan yang menjadi tantangan sekarang adalah bagaimana membuatnya bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Olahan makanan yang bisa dibuat dari hasil budidaya lele tersebut diantaranya adalah kerupuk lele, pepes lele, abon lele, lele biscuit, burger lele, bakpao lele, lele kremes, fillet lele, nugget lele dsb. Kami akan mengajak para wanita di shelter dongkelsari ini untuk belajar mengolah hasil lele, membersamai pembuatan produk, serta mendampingi pemasaran, hingga usaha warga ini berjalan dengan baik.

Saat ini usaha beraneka ragam olahan lele tersebut sudah dikembangkan oleh kelompok Artha Mina di dusun Pulowatu Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta. Karena itu kami akan menggandeng kelompok Artha Mina ini sebagai mitra kami dalam melakukan dan mengembangkan usaha produktif warga dalam mengolah lele. (bisnisukm.com – 14 januari 2011)

Diawal, setelah mensosialisasikan ide kami ke masyarakat padukuhan gungan yang tinggal di shelter, kami akan mengajak warga untuk fokus menjalankan usaha kerupuk lele dan nugget lele. dengan menekankan kepada baik dan terjaminnya bahan dan hasil olahannya, kehigienisan hasil olahan lele, dan baiknya tampilan kemasan olahan. Selain itu pula kami akan mencoba untuk mempraktikkan pengolahan lele yang ramah lingkungan diantaranya adalah dengan cara memanfaatkan bahan dasar yang berupa lele tanpa meninggalkan limbah yang dapat mencemari lingkungan sekitar.

Demikianlah, harapan dan rencana kami terhadap usaha pengolahan lele untuk wanita masyarakat padukuhan Gungan ini. banyak hal yang ingin kami berikan untuk masyarakat, walau kami sebagai mahasiswa masih terkendala memberikan modal langsung kepada masyarakat, tapi semangat, ilmu, dan cinta ini ingin kami sampaikan kepada masyarakat. Besar harapan kami, apa yang kami ikhtiarkan, untuk menjadikan masyarakat lereng Merapi yang produktif dan berdikari dapat terwujud.

Selama kita mau bergerak, selama kita mau melakukan sesuatu untuk bangsa ini, selama kita masih punya harapan untuk bangsa ini, terwujudnya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat bukan hanya mimpi.

Hidup Mahasiswa...

Hidup Rakyat Indonesia...

www.gerakankammimengajar.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun