Mohon tunggu...
Kharisma Khasanah Nur Awali
Kharisma Khasanah Nur Awali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup, jalani, hadapi, perbaiki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esensi Perempuan dalam Kepemimpinan

29 Januari 2024   03:00 Diperbarui: 29 Januari 2024   06:31 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Apakah kita masih hidup dalam stereotip perempuan tidak boleh memiliki mimpi yang tinggi?, perempuan yang hanya menjadi penerima keterbelakangan perkembangan?, atau perempuan yang tugasnya hanya di rumah saja?. Perempuan bukanlah suatu objek yang hanya menjadi tujuan seorang subjek, melainkan mereka sendirilah subjek yang dapat menentukan pemilihan objek. 

Terlahir menjadi seorang perempuan adalah suatu anugerah. Pasalnya kita sebagai penyandang predikat surga bagi generasi, menitik beratkan pengupayaan pada perkembangan individualis. Perempuan memilki beban moral lebih secara tidak langsung dari segi internal maupun eksternal mereka. Beban inilah yang menjadikan kesadaran mereka dalam menyadari kemampuan pengontrolan diri untuk orang lain. Karakter yang terbentuk menjadikan perempuan sadar bahwasannya mereka mempunyai hak yang sama dalam segala sesuatu.

Sudut pandang yang berbeda dalam menilai kedudukan perempuan di kancah kehidupan menjadikan berbagai permasalahan yang seharusnya sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Beberapa dari mereka menganggap bahwa hanya laki-laki yang dapat mensukseskan kepemimpinan dalam segala hal. Laki-laki yang dinilai sebagai tokoh terbaik dalam menjalankan pengordinasian. Laki-laki yang keputusannya dianggap tidak akan pernah salah. Pernyataan inilah yang seharusnya kita telaah ulang, karena pada dasarnya jenis kelamin bukanlah permasalahan yang harus dibesar-besarkan dalam menyuarakan kedudukan.

Dalam Q.S. Al-Baqarah: 30, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dalam ayat tersebut, kata "khalifah" tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu, artinya baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi. 

Dalam pandangan islam, munculnya perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan lebih banyak disebabkan adanya pemahaman yang keliru dari keberadaan teks suci Al-Qur'an dan adanya konstruksi sosial masyarakat yang menginterpretasikan teks suci Al-Qur'an secara tekstual. Karena islam melalui Al-Qur'an tidak mengajarkan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan sebagai manusia. Sebab pembeda antara laki-laki dan perempuan menurut islam terletak pada kualitas iman dan taqwa seseorang tersebut kepada Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 97 sebagai berikut:

Artinya: "Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".

 Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya,"(HR Muslim). Dalam hadist tersebut tugas dan kewajiban semua manusia sama, yaitu menjadi seorang pemimpin. Minimal jika ia tidak bisa memimpin orang laian, ia menjadikan dirinya sebagai pemimpin bagi diri sendiri. 

Allah juga menyebutkan beberapa perempuan mulia dalam Al-Qur'an atas dasar kepemimpinannya. Beberapa diantaranya adalah Ratu Bilqis, seorang pemimpin negri saba yang bijaksana dan sukses memimpin rakyatnya sehingga mereka makmur dan sejahtera, Asiyah binti Muzahim seorang perempuaan yang dipuji karena kemandirian dan ketegasan imannya dalam melawan raja zalim yang menjadi imamnya, Siti Maryam seorang perempuan terbaik sepanjang masa karena ketegasannya menjaga kehormatan dalam dirinya yang membuat Allah memberinya anugrah berupa ptra sholeh, Siti Khadijah yang mendermakan seluruh harta, tenaga, dan pikirannya untuk mendukung dakwah Rasulullah SAW.

 Pada beberapa contoh diatas, dapat kita peroleh pemahaman bahwa landasan seorang pemimpin adalah mereka yang dapat memberikan kemashlahatan pada umat. Penciptaan perbedaan laki-laki dan perempuan terletak pada kodrat biologis dan fisiologisnya. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling hormat, mereka dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Oleh karena Al-Qur'an tidak mengenal perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena semua manusia itu sama di hadapan Allah kedudukan dan derajatnya. 

Terbukti pada era sekarang banyak seorang pemimpin yang diduduki dari perempuan dalam strata sosial, karena sejatinya manusia akan selalu memilki perkembangan pola berpikir mengikuti zaman yang ada. Tidak menutup kemungkinan bahwa kata berhasil akan selalu diupayakan pada jati diri seorang pemimpin untuk para penerima hak dan kewajiban dari apa yang mereka tujukan. Karena pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa memberikan pemenuhan bukti atas segala pernyataan sebelum mereka terpilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun