Mohon tunggu...
32 Kharisma Ine
32 Kharisma Ine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Hobi menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Artikel Pernikahan Dini di Lereng Gunung Merapi dan Sumbing

26 Oktober 2023   13:00 Diperbarui: 26 Oktober 2023   13:03 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reviewer : Kharisma Ine Febrianti
Nim : 212111224
Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah
UIN Raden Mas Said Surakarta

Identitas Artikel
Pengarang  : Muhammad Julijanto.S.Ag.,M.Ag
Volume : 13
Nomor : 01
Tahun : 2020


Fenomena pernikahan dini masih banyak dikalangan masyarakat. Dalam artikel ini membahas pernikahan dini yang terjadi di Kecamatan Kaliangkrik Magelang Jawa Tengah tepatnya di lereng Gunung Sumbing dan di kecamatan Selo Boyolali Jawa Tengah yang tepatnya di lereng Gunung Merapi disebabkan oleh beberapa faktor yakni yang pertama  dari faktor keluarga, faktor keluarga sangat mempengaruhi anak usia dini,dengan dorongan dari orang tuanya sehingga anak mau menikah diusia yang masih belia. Kedua dari faktor lingkungan, bahwa pemahaman masyarakat yang masih tradisional menganggap bahwa dengan menikah akan menghasilkan penerus sehingga pendidikan tidak terlalu digubris. Sehingga  disimpulkan bahwa tradisi, kemiskinan, dan pendidikan rendah menjadi penyebab praktik pernikahan dini dalam masyarakat. Dalam hal ini peranan pemerintah sangat penting untuk  menekan angka pernikahan dini, organisasi seikandi bentukan pemerintah Kabupaten telah digalakkan dengan memberikan sosialisasi pemahaman bahayanya pernikahan dini serta Undang-Undang mengenai pernikahan dini sehingga hal ini berpengaruh positif dan mengurangi angka  terhadap masalah pernikahan dini  yang terjadi  di Lereng Gunung Merapi dan Lereng Gunung Sumbing.

Pendapat penulis dalam masalah pernikahan dini sangat menyayangkan. Masih banyak masyarakat yang memegang prinsip bahwa tujuan hidup adalah menikah, padahal kehidupan setelah menikah itu berat dan juga banyak lika-likunya ditambah lagi pernikahan dini dalam kondisi yang masih labil, mental,fisik dan finansial yang masih belum stabil. Seharusnya, masyarakat lebih dididik untuk berkarya daripada menikah secepatnya. Dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman agar masyarakat yang masih berpemikiran tradisional dapat berkurang serta sosialisasi  pranikah juga seharusnya menjadi kewajiban bagi setiap pasangan yang akan melangsungkan pernikahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun