Mohon tunggu...
kharisma mutiaraningrum
kharisma mutiaraningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa uinsa

surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Filsafat terhadap Kemajuan Peradaban Manusia

2 November 2021   07:19 Diperbarui: 2 November 2021   07:23 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan di negara barat sejak era renaissance atau aufklarung sebenarnya adalah hasil dari dialektika antar peradaban manusia, dan juga hasil dari sejumlah usaha kompromistis benua Eropa yang mengapresiasi ilmu pengetahuan dengan baik. Klaim barat atas keorisinilitas mata rantai ilmu pengetahuan mereka tidak bisa disepakati begitu saja, karena memang ada hasil dialektika antara peradaban eropa klasik dengan asia kuno ataupun afrika kuno. Namun yang bisa dinilai sekarang adalah capaian nyata yang terlihat sangat maju di negara-negara barat, dan timur tertinggal jauh di belakang. Negara barat semenjak berada di era renaissance sadar akan kekurangan dan terus berusaha menuju arah yang progresif, dengan tujuan mendapatkan kejayaan.

Al-Kindi, Sang Fenomena Awal

Sebagaimana telah diketahui di awal, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau sophists di tahun (500 -- 400 SM) adalah Socrates (469 -- 399 SM), kemudian diteruskan oleh Plato pada tahun  (427 -- 457 SM).  Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama Aristoteles (384 -- 322 SM).  Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. 

Sejarawan  menempatkan Al-Kindi sebagai filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat.  Ibnu Al-Nadim menempatkan Al-Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam.  Buku-buku Al-Kindi membahas tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan filsafat.  Ibnu Abi Usai'bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari Bahasa Yunani kedalam Bahasa Arab. Disamping sebagai penerjemah, Al-Kindi juga menulis berbagai makalah.  

Ibnu Al-Nadhim memperkirakan ada 200 judul makalah yang ditulis oleh Al-Kindi dan beberapa diantaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena hilang entah kemana. Nama Al-Kindi sangat masyhur di Eropa pada abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin kedalam bahasa Latin di Eropa berjudul De Aspectibus yang berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron dan Ptolemeus.  Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai macam tulisannya adalah filosof kenamaan Roger Bacon.

Al-Farabi, Guru Kedua

Al-Farabi adalah seseorang yang mengenalkan dan mengembangkan cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles seperti Categories, Hermeneutics, First dan Second Analysis telah diterjemahkan Al-Farabi kedalam Bahasa Arab.  Al-Farabi telah membahas berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif.  Selain itu beliau dianggap sebagai pencetus dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras.  Oleh karena jasanya ini, maka Al-Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar guru pertama diberikan kepada Aristoteles.

Kontribusi lain dari Al-Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya mengklasifikasikan ilmu pengetahuan.  Al-Farabi memberikan definisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya.  Al-Farabi mengklasifikasi ilmu kedalam tujuh cabang yaitu : logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik dan ilmu fiqhi (hukum).

Avicenna, Dokter yang Ahli Filsafat

Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna.  Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Bukunya yang termasyhur telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo.  Buku ini kemudian menjadi buku pegangan (text book) dalam Ilmu Kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti Universitas Louvain dan Montpelier.  Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu obat.  Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian.

Uraian diatas menunjukkan kepada kita betapa besar sumbangan peradaban Islam terhadap pengembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, yang kita kenal sekarang. Meskipun sampai saat ini masih terdapat kecenderungan untuk menafikan pengaruh peradaban Islam terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun