Mohon tunggu...
Kharisa Tyas
Kharisa Tyas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Artikel

Penulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Singkat Keraton Yogyakarta Hadiningrat

30 Juni 2024   11:14 Diperbarui: 1 Juli 2024   13:32 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendirian dan Tahun-Tahun Awal (1755-1792)

Keraton Yogyakarta Hadiningrat didirikan pada tahun 1755 oleh Sultan Hamengkubuwono I, seorang pangeran Jawa yang setia kepada Perusahaan Hindia Timur Belanda. Beliau melarikan diri dari ibu kotanya di Kartosuro, Jawa Tengah, setelah terjadi konflik dengan Belanda. Ia mendirikan ibu kota baru di Yogyakarta, yang saat itu merupakan kota kecil yang dikelilingi oleh persawahan.

Awalnya, Keraton merupakan bangunan sederhana yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan halaman kecil dan beberapa bangunan. Istana Sultan dikenal karena prestasi budaya dan seninya, dengan banyak seniman dan intelektual terkemuka yang tinggal di dalam tembok istana.

Zaman Keemasan (1792-1825)

Keraton Yogyakarta mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II (1792-1825). Ia merupakan penguasa yang bijaksana dan adil yang memajukan pendidikan, seni, dan budaya. Ia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan dan Seni Yogyakarta, yang menjadi pusat pembelajaran dan kegiatan intelektual.

Pada periode ini, Keraton mengalami renovasi dan perluasan yang signifikan. Sultan menugaskan banyak bangunan baru, termasuk Istana Air (Taman Sari) yang ikonik, yang dibangun pada tahun 1800. Kompleks istana juga menjadi pusat pembelajaran Islam, dengan banyak cendekiawan dan teolog yang tinggal di dalam temboknya.

Era Kolonial (1825-1945)

Keraton menghadapi tantangan yang signifikan selama era kolonial, ketika Perusahaan Hindia Timur Belanda berusaha menguasai wilayah tersebut. Istana Sultan terpaksa beradaptasi dengan pemerintahan kolonial, dan banyak lembaga tradisionalnya ditindas.

Terlepas dari tantangan-tantangan ini, Keraton terus berkembang sebagai pusat kebudayaan dan intelektual. Banyak seniman dan intelektual Jawa yang terus menghasilkan karya seni dan sastra, seringkali dipengaruhi oleh budaya tradisional Jawa.

Kemerdekaan dan Era Modern (1945-sekarang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun