Mohon tunggu...
kharida adibah
kharida adibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Hanya seseorng yang mau belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kiat Jitu Mengelola Konten sebagai Content Creator

23 Juni 2021   20:31 Diperbarui: 23 Juni 2021   20:38 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai, masih dengan saya, Kharida Luthfi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan angkatan 2019. Kali ini saya akan menceritakan serta mengevaluasi sedikit tentang dampak dari konten yang pernah saya buat untuk kepentingan penjualan produk saya. Dalam artikel sebelumnya saya bercerita tentang pembuatan konten saya yang menggunakan video dengan saya sendiri sebagai modelnya untuk mempromosikan produk saya. Setelah beberapa minggu saya mempromosikan produk,  saya menyadari masih banyak kekurangan dari konten-konten saya. Saya merasa konten yang saya buat belum terlihat ada nyawanya, seperti mengajak penonton berbicara, dan sebagainya. Untuk itu saya berencana untuk membuat konten saya jadi lebih menarika lagi dengan menambahkan unsur drama di dalam konten saya, supaya penonton bisa lebih tertarik untuk membeli produk saya. Mungkin unsur drama bisa saya buat ada unsur komedi. Untuk bisa mencapai target audiens yang sesuai dengan yang diinginkan, saya berencana mencoba beberapa langkah yang diusung oleh marketingcraft.com untuk menjadi acuan saya dalam membuat kontendengan tujuan content marketing, apa saja langkah-langkahnya? Berikut ini diantaranya!

1. Riset sebagai dasar strategi content marketing

Ini merupakan tahap pertama namun cukup krusial dalam rumusan strategi apa pun; termasuk juga perlu dilakukan sebelum kita benar-benar membuat strategi content marketing dan masuk ke dalam tahap perencanaan. Berikut ini empat pertanyaan yang harus dijawab pemasar terkait tahapan, yang pertama untuk audiens: Konten seperti apa yang bisa membantu konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian? Yang kedua untuk Kompetitor: Apa saja jenis konten yang sudah digunakan oleh brand sejenis lainnya? Apa yang bisa dipelajari dari strategi pemasaran mereka (termasuk seperti 'channel apa saja yang mereka gunakan untuk memasarkan produknya'), atau hal baru apa yang belum mereka tawarkan? Yang ketiga untuk Media: Di mana biasanya audiens yang disasar mencari informasi tentang suatu produk atau layanan? Siapa figur berpengaruh yang memengaruhi mereka? Di saluran online mana biasanya mereka berinteraksi? Yang keempat adalah menguasai Tren:  Apa yang sedang ramai dibicarakan konsumen ketika berinteraksi di media sosial atau media online? Apa topik yang biasanya menarik perhatian mereka? Apa yang menarik perhatian mereka? Apa saja pertanyaan yang biasanya mereka lontarkan? Apa yang ingin mereka tahu atau menjadi kegelisahan sehari-hari? Bagaimana cara mereka mencari informasi untuk menjawab kebutuhan dan persoalan yang dihadapi sehari-hari?

Untuk menjawab sederet pertanyaan inilah, pemasar harus melakukan riset pemasaran yang tepat. Ada berbagai metode riset yang bisa digunakan, mulai dari cara konvensional seperti survei konsumen, wawancara, hingga metode netnography dan social media listening. Demi mendukung kelengkapan data itu juga, pemasar bisa melakukan competitor audit, untuk memahami kegiatan yang dilakukan brand sejenis lainnya; tentang bagaimana mereka melakukannya, juga peluang yang bisa dimanfaatkan.

2. Rencana pelaksanaan program content marketing

Tahapan berikutnya dalam membuat strategi content marketing adalah perencanaan. Pada tahap ini, pemasar menentukan hasil seperti apa yang dikehendaki; mulai dari apa persepsi serta dampak yang diinginkan terhadap brand, hingga perubahan perilaku audiens yang diharapkan.

Di tahap ini pula pemasar merencanakan kapan konten yang digunakan untuk tujuan edukasi dan informasi akan dijalankan, serta kapan konten yang bertujuan menghibur dan menginspirasi "dimainkan". Terkait hal ini, pemasaran juga menentukan area fokus pada konten yang akan dibuat, juga termasuk jenis dan format konten yang akan digunakan.

3. Cerita yang akan disampaikan

Hal ini menyangkut pengembangan strategi konten saat tahap perencanaan; biasanya terkait pengembangan konsep cerita yang akan disampaikan brand dalam berbagai bentuk konten yang terencana. Kekuatan cerita atau konten merupakan salah satu faktor terpenting dalam content marketing.

Konten di sini tidak dibangun untuk sekadar menjadi alat pemasaran saja, tapi juga mesti dilihat sebagai cara untuk membangun hubungan dengan konsumen dan pelanggan, mengukuhkan citra dan kredibilitas brand, hingga menjawab perhitungan mereka saat mempertimbangkan produk atau layanan yang akan digunakan.

Cerita akan menjadi "nyawa" dari brand storytelling dalam kegiatan content marketing, serta berperan sebagai landasan untuk pengembangan konten dari waktu ke waktu. Proses pengembangan konsepnya harus memperhitungkan keselarasan dengan visi, misi, serta tujuan taktis dari aktivitas pemasaran brand; termasuk juga kesan seperti apa yang ingin ditanamkan pemasar di benak konsumen, sebagai dampak dari konsumsi konten. Konsep cerita ini juga menjadi panduan yang wajib diikuti dalam proses kreasi dan produksi konten.

4. Proses kerja dan tahapan operasional

Setelah detail perencanaan dan konsep cerita, tahapan berikutnya adalah menentukan teknis operasional strategi yang sudah dirumuskan, agar bisa dipastikan berjalan sesuai dan bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Pada tahap ini, seorang pemasar harus memusatkan perhatiannya pada uraian pengaturan situs, proses produksi, dan instalasi konten, serta teknis distribusinya.

Dalam hal ini, semisal, pemasar menentukan seperti apa tampilan dan cara kerja situs atau saluran yang akan digunakan. Contoh, pada perencanaan blog, di tahap ini pengelola brand memilih desain dan navigasi situs yang mudah ditelusuri, ideal diakses via ponsel/mobile friendly, serta memiliki fitur Call-To-Action (CTA) yang kuat.

Tahap selanjutnya adalah menyusun bagaimana konten akan dijalankan dan tahapan mengunggahnya, hingga mengaturnya agar tidak berulang dan bisa berjalan sesuai perencanaan dan konsep cerita.

Pada tahap ini pula, pemasar mesti merencanakan bagaimana konten didistribusikan; semisal menggunakan paid promotion di tahap awal/periode waktu tertentu untuk meningkatkan jumlah pengunjung, atau menyertakan strategi promosi konten lainnya untuk menjaring awareness audiens yang disasar lewat saluran yang dipakai dalam kegiatan content marketing tersebut.

5. Pengukuran efektivitas dan efisiensi

Dan tentunya, memastikan metode pengukuran juga termasuk dalam langkah penting membuat strategi content marketing. Sebuah survei dari Content Marketing Institute menunjukkan 33 persen pemasar Business-to-Business (B2B) dan 41 persen pemasar Business-to-Consumer (B2C) mengaku tidak memahami metode pengukuran yang tepat untuk kegiatan content marketing.

Yang perlu dipahami dulu adalah, bahwa content marketing merupakan kegiatan pemasaran yang membutuhkan proses panjang, untuk bekal pemasar menentukan metrik yang tepat untuk mengukur efektivitasnya.

Kemudian, darimana saya bisa memulai ide kreatif saya dalam membuat konten? Jelas sekali bahwa saya menggunakan metode ATM. Yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi. Saya memerlukan referensi video promosi milik pihak lain juga untuk membangun kualitas konten saya. Saya mencari dari konten-konten yang sedang viral misalnya, dari aplikasi tiktok. Kemudian saya menyadari bahwa teknik marketing secara soft selling dapat pula dilakukan dengan meminimalisir penggunaan kalimat-kalimat yang panjang untuk menjelaskan suatu produk. Kalimat-kalimat yang panjang cenderung membosankan bagi target pasar. Terutama target pasar yang cenderung suka dengan gaya hard selling. Penggunaan kalimat-kalimat panjang dapat digantikan dengan memperbanyak  ilustrasi-ilustrasi yang mampu menarik minat target pasar. Namun tetap menyisipkan promosi secara tersirat. Ilustrasi-ilustrasi ini dapat berupa foto, logo ataupun testimoni dari pelanggan yang mampu menggambarkan manfaat produk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun