Bagong sedang ceria. Baru saja Ia ‘menggoda’ mantan kekasih semasa SMA-nya yang kebetulan akan berulang tahun bulan ini. Entah apa yang ada di pikiran Bagong, spontan Ia mengajak Butet jalan. Padahal motor ia tak punya. Jangankan motor, bisa mengendarai motor saja tidak. Uang juga tak pernah bersahabat dengan kantongnya. Lalu? Entahlah. Memang begitu kepribadian Bagong. Tak dapat ku pahami.
“Tenang. Dia pasti menolak ajakanku”.
“Oooh…”, hanya itu responku. Kling ! Benar adanya. Bunyi bbm yang baru saja datang berisi tentang penolakan Butet dan Bagong tampak tersenyum menerimanya. Sambil menyelurup kopi hitam yang aku sediakan, Bagong menepuk pundakku yang sedari tadi heran kenapa ada orang tersenyum karena ditolak, “Kamu lho, Ki. Jangan pernah percaya pada perempuan. Mengerti perempuan bukan dari ucapannya. Tangkap dari apa yang tidak keluar dari bibirnya. Jangan melihat perempuan pada pejaman matanya. Lihat dari bahasa tubuhnya”. Dengan santai dia bergerak menyalakan rokok, kemudian “Aku cuma mau membuatnya tersenyum pagi ini. Itu saja. Setidaknya dia senang ada yang mengajaknya jalan di awal harinya”.
Aku sebenarnya kurang paham apa yang diutarakan Bagong. Mau kuajukan pertanyaanku tapi agak sungkan. Tapi … “Lalu caramu tahu dia senang atau tidak dengan ajakanmu, piye? Terus tujuanmu apa ingin membuatnya tersenyum?”. Ku dobrak saja kesungkananku. Aku penasaran. Bagong yang tadinya santai melambai tiba – tiba menatap keras ke hadapanku. Seakan ada yang salah dengan pertanyaan barusan. “Dasar manusia ! Apa – apa tujuan. Apa – apa tujuan. Sudah ku bilang. Aku hanya ingin membuatnya tersenyum. Itu saja. Cobalah sesekali hidupmu murni tanpa tujuan. Berbuat karena memang seharusnya berbuat. Jangan kau buang ke’manusiaan’mu. Mau duduk di Senayan?!!”. Krontang ! Krontang ! Taaaassssss !!! … Bunyi lemparan panci dan piring tetanggaku menutup kekesalan Bagong. Katanya sih, suaminya kawin lagi. Katanya. Bagong tiba – tiba memberi isyarat agar aku mendekat kepadanya, kemudian berbisik “Ki, dengarkan. Jangan pernah sesekali hidup tanpa cinta. Dan jangan lupa, manusia tempatnya salah, apalagi kalau dia laki – laki”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H