Teori Keamanan Tradisional merupakan salahsatu dari dua teori keamanan yang ada di prespektif Realisme Hubungan Internasional. Keamanan tradisional memandang keamanan dalam hubungan internasional hanya berada dari segi keamanan Negara. Sesuai dengan menurut pandangan realisme bahwa Negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional. Dapat di pastikan bahwa setiap Negara pastinya ingin mempertahankan kedaulatan Nasionalnya. Terlebih keamanan dari ancaman yang berbau militeristik, nah keamanan tradisional memfokuskan semua masalah keamanan ini pada segi penggunaan kekuatan militer. Dimana kita tau bahwa dalam konflik Rusia Ukraina ini terdapat 2 pihak yaitu aggressor dan defensive. Selain itu dalam keaman tradisional terdapat sebuah itu yaitu isu Kedaulatan. Isu kedaulatan ini yang dapat di jadikan acuan sebuah Negara dalam menggerakan kekuatan militernya (Hadiwinata 2017).
Dalam hal ini, Rusia sebagai Negara yang memicu terjadinya konflik bersenjata di golongkan sebagai aggressor dan Ukraina sebagai Negara yang di serang dan mempertahankan diri di golongkan sebagai pihak defensive. Namun, menurut Rusia hal yang utama menjadi alasannya menyerang terlebih dahulu Ukraina karena keamanan Nasional Rusia juga terancam karena Ukraina memiliki keinginan untuk bergabung dengan NATO. Dengan bergabungnya Ukraina kedalam NATO dapat di pastikan NATO akan memiliki pos keamanan baru di Ukraina. Tentara NATO akan di tugaskan di perbatasan Ukraina sehingga dapat bersinggungan langsung dengan Rusia. Selain itu Ukraina juga dapat meningkatkan kekuatan militernya dengan bergabung ke NATO. Sesuai dengan prinsip Aliance Building maka jika Ukraina sudah bergabung dengan NATO, maka NATO akan membantu Ukraina ketika mendapat serangan dari Pihak eksternal. Dan hal tersebut menjadi ancaman nasional Rusia bahkan jika Ukraina sudah bergabung dengan NATO maka musuh Rusia akan semakin banyak. Keputusan Rusia untuk menyerang Ukraina terlebih dahulu sebelum bergabung kedalam NATO merupakan salahsatu bentuk komponen dalam Teori Keamanan Tradisional. Yang di lakukan Rusia ini merupakan bentuk Deterrence, sebelum Ukraina bergabung kedalam NATO dan bertambah kuat. Rusia memfokuskan menyerang target target militer sperti halnya yang diumumkan Presiden Putin dengan motive demiliterisasi.
KesimpulanÂ
Invasi yang di lakukan Rusia terhadap Ukraina merupakan salahsatu Bentuk Realisme Hubungan Internasional. Dimana tidak ada satupun Negara dan Peraturan internasional yang dapat melarang Rusia untuk bertindak semaunya sendiri dalam konteks invasi ini. Dunia Internasional yang Anarkis dimana Negara berkedudukan lebih tinggi dari apapun menyebabkan invasi Rusia ke Ukraina tidak berhenti hingga saat ini. Menurut pandangan kaum Realisme yang memicu terjadinya peperangan ini di karenakan pengerahan Power suatu Negara untuk menyelesaikan sebuah konflik. Hal ini Nampak ketika Ukraina dan Rusia saling berperang dan melakukan jual beli serangan. Bahkan AS dan UE yang ingin membantu Ukraina dengan menciptakan Balance of Power dan pembentukan Aliance Building nampaknya sudah dapat di patahkan terlebih dahulu oleh Rusia. Dimana Rusia memilih menyerang Ukraina terlebih dahulu sebagai langkah penyegahan (Deterrence) sebelum bertambahkuatnya Ukraina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H