Mohon tunggu...
Sofia Khansa
Sofia Khansa Mohon Tunggu... Sekretaris - Secretary

Menulis apa yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menciptakan Zona Aman: Pelajaran dari Kerusuhan Persib vs Persija

27 September 2024   11:38 Diperbarui: 27 September 2024   11:45 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kerusuhan yang terjadi saat pertandingan antara Persib Bandung dan Persija Jakarta bukan sekadar insiden semata, melainkan cerminan dari masalah yang lebih dalam dalam budaya sepak bola di Indonesia. Kejadian ini mengungkapkan realitas pahit mengenai bagaimana dukungan fanatik dapat berujung pada kekerasan, serta tantangan yang dihadapi oleh manajemen klub dalam melindungi semua supporter.

Dua insiden yang melatarbelakangi kerusuhan ini, yakni dugaan pelecehan seksual verbal oleh seorang steward dan kekerasan yang dialami seorang Bobotoh di ruang ganti oleh pemain, menggambarkan betapa rapuhnya atmosfir di dalam stadion. Dugaan pelecehan seksual yang terjadi, di mana seorang steward dilaporkan melontarkan komentar tidak pantas kepada pendukung, menunjukkan kurangnya perhatian terhadap keamanan dan kenyamanan supporter. Respons manajemen yang dianggap tidak memadai justru semakin memperparah rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh Bobotoh. Mereka merasa terpinggirkan dan diabaikan, terutama dalam situasi di mana seharusnya klub memberikan perlindungan dan dukungan.

Dalam konteks ini, setiap pertandingan seharusnya menjadi zona yang aman dan nyaman bagi seluruh supporter, terlepas dari hasil di lapangan. Isu pelecehan seksual bukanlah hal yang sepele; hal ini harus menjadi perhatian utama bagi manajemen Persib. Ketidakmampuan untuk menangani insiden semacam ini menciptakan iklim ketidakpercayaan yang merusak hubungan antara klub dan pendukung. Bobotoh tidak hanya mencari kemenangan di lapangan, tetapi juga lingkungan yang aman untuk mengekspresikan dukungan mereka tanpa rasa takut atau kekhawatiran.

Lebih jauh lagi, insiden kekerasan yang melibatkan pemain terhadap Bobotoh yang mengkritik performa tim mencerminkan masalah serius dalam manajemen emosi dan komunikasi. Kritikan adalah bagian dari dinamika olahraga, dan seharusnya dapat disampaikan tanpa harus berujung pada tindakan kekerasan. Reaksi berlebihan dari pemain Persib menunjukkan bahwa ada ketidakmampuan untuk menghadapi tekanan dan ekspektasi dari pendukung. Ini juga menekankan pentingnya edukasi bagi pemain mengenai cara menangani kritik dan emosi dalam situasi tegang.

Rangkaian peristiwa ini menjadi pengingat bahwa manajemen klub harus memiliki sistem penanganan yang lebih baik untuk menangani insiden-insiden yang merugikan baik supporter maupun reputasi klub. Tindakan proaktif untuk menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan transparan sangat diperlukan. Hanya dengan cara ini, kepercayaan Bobotoh dapat dipulihkan, dan stadion bisa kembali menjadi tempat yang nyaman bagi semua pendukung, di mana mereka dapat merayakan cinta mereka terhadap tim tanpa rasa takut.

Melangkah ke depan, penting bagi manajemen Persib dan klub-klub lain untuk menyadari bahwa menciptakan zona aman bukan hanya tentang menghindari insiden kekerasan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menghargai antara klub dan pendukung. Hanya dengan memperhatikan isu-isu sensitif seperti pelecehan seksual dan kekerasan, stadion dapat kembali menjadi ruang yang dihormati dan dicintai oleh semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun