Mohon tunggu...
Sofia Khansa
Sofia Khansa Mohon Tunggu... Sekretaris - Secretary

Menulis apa yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyalahgunaan Istilah "Realistis" dan Pengakuan "Independen" sebagai Tameng Materialisme

25 September 2024   13:19 Diperbarui: 25 September 2024   13:23 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah perubahan nilai-nilai sosial yang berkembang pesat, banyak orang mulai melabeli diri mereka sebagai "realistis" atau "independen" dalam konteks hubungan. Namun, yang mengejutkan, tidak jarang istilah-istilah ini digunakan sebagai tameng untuk menyamarkan kecenderungan materialistis. Orang-orang yang sebenarnya sangat berorientasi pada keuntungan material sering kali menggambarkan diri sebagai pihak yang "independen", seolah-olah hal itu memberi legitimasi atas tuntutan berlebihan yang mereka ajukan dalam relasi.

Fenomena ini semakin berkembang, terutama dalam hubungan di mana salah satu pihak, yang secara material sangat bergantung pada pasangan, justru mengklaim independensi. Padahal, di balik citra tersebut, tuntutan materi menjadi fokus utama hubungan. Sikap ini membuat istilah independen kehilangan makna aslinya, karena independensi sejati seharusnya diukur dari kemampuan untuk berdiri sendiri tanpa memanfaatkan relasi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan material.

Label "independen" ini sering digunakan untuk melindungi diri dari kritik, seolah-olah tuntutan mereka untuk gaya hidup mewah atau fasilitas tertentu sepenuhnya sah karena mereka adalah pribadi yang "mandiri". Namun, dalam banyak kasus, keinginan akan validasi sosial melalui materi seringkali mendominasi sikap ini. Istilah "realistis" juga digunakan dengan cara serupa, di mana ekspektasi finansial yang tinggi terhadap pasangan dianggap sebagai standar wajar untuk membangun relasi yang stabil.

Pengaruh media sosial dan tren gaya hidup glamor turut memperburuk fenomena ini. Banyak orang merasa bahwa pencapaian pribadi atau identitas mereka didasarkan pada barang yang mereka miliki atau gaya hidup yang mereka pamerkan. Akibatnya, tekanan untuk memenuhi tuntutan material semakin kuat, sehingga merusak keseimbangan emosional dan intim dalam hubungan.

Penting untuk lebih kritis terhadap penggunaan istilah "realistis" dan "independen" dalam konteks ini. Kemandirian sejati dalam sebuah hubungan berarti mampu berdiri sendiri secara emosional dan finansial, tanpa menggantungkan diri pada keuntungan materi dari pasangan. Dengan pemahaman ini, kita dapat membedakan antara relasi yang sehat dan yang terjebak dalam pola materialisme terselubung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun