"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina."
Pepatah itu tentu sudah sering kita dengar. Kerap kali kalimat filosofis ini digunakan untuk memotivasi para murid. Kalimat ini bermakna kalau seorang pelajar harus menuntut terus ilmu, bahkan sampai ke negeri yang jauh dari tanah kelahiran. Â Bagi sebagian besar pelajar di Indonesia, pepatah ini pula yang kemudian mendorong mereka untuk menempuh pendidikan ke luar negeri. Setiap tahunnya, ada puluhan ribu pelajar Indonesia yang memulai pendidikannya di luar negeri, baik untuk jenjang sarjana, magister, mau pun doktoral.Â
Tren mobilitas pelajar ini didasari oleh berbagai faktor. Alasan utamanya adalah kualiatas pendidikan yang lebih tinggi. Banyak universitas terkemuka di seluruh dunia yang menawarkan program akademis dengan predikat sangat baik. Beberapa universitas di luar negeri, sebut saja Massachussets Institute of Technology atau Harvard University, bahkan telah menjadi pusat riset dunia dalam berbagai disiplin ilmu. Tak hanya itu, beberapa universitas luar negeri juga menawarkan program studi yang belum tersedia di Indonesia. Kuliah di luar negeri juga menawarkan kesempatan bagi setiap pelajar untuk mempelajari budaya yang berbeda dan bergaul dengan orang-orang dari penjuru dunia.Â
Dulu kuliah di luar negeri bisa dibilang adalah hal yang mustahil. Karena walau menawarkan banyak kesempatan dan keuntungan yang besar, tentu diperlukan dana yang besar pula untuk menempuh pendidikan di sana.Â
Sebut saja negara Australia, yang merupakan salah satu negara favorit pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan. Uang kuliah untuk pelajar internasional umumnya dikenakan biaya sebesar $AUD 30.000 atau sekitar RP. 330 juta, dengan biaya yang lebih tinggi untuk pelajar yang memilih program kedokteran dan double degree. Biaya hidup di Australia untuk mahasiswa berkisar antara Rp. 11.8 juta sampai Rp. 25.7 juta per bulan. Biaya tersebut belum termasuk dengan biaya transportasi umum, makan, atau keperluan kampus lainnya. Tiket bus atau kereta sekali jalan berkasiar 2 sampai 4 dollar. Untuk makan dan minum disarankan memiliki budget sebesar $AUD 280 per minggu atau setara dengan RP.370.000. Kalau dijumlahkan, total biaya yang harus dikeluarkan sampai lulus bisa mencapai miliaran rupiah.Â
Biaya yang sangat besar kerap menjadi alasan bagi sebagian besar orang mengurungkan niat mereka untuk kuliah ke luar negeri. Namun sekarang, tantangan ekonomi tersebut sudah terjawab oleh puluhan opsi beasiswa yang dikeluarkan baik oleh pemerintah negara atau lembaga tertentu yang bersedia membantu biaya perkuliahan para pelajar di luar negeri, baik dalam bentuk fully funded atau partial funded.
Negara kita sendiri telah menawarkan program beasiswa untuk pelajar di jenjang sarjana, magister, mau pun doktoral untuk menempuh pendidikan di negara impian mereka. Beasiswa paling populer adalah beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Adanya program beasiswa ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan fondasi utama untuk memajukan Indonesia.Â
Program ini berlandas pada amandemen keempat UUD 1945 yang mewajibkan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN setiap tahun. Salah satu bentuk alokasi anggaran pendidikan adalah pembiayaan pengelolaan dana abadi di sektor pendidikan oleh LPDP. Dana abadi di bidang pendidikan sendiri adalah dana yang bersifat abadi yang bermanfaat antargenerasi dan mewujudkan pendanaan sektor pendidikan. Pemanfaatan dana abadi dilakukan dengan investasi dan melangsungkan berbagai program pendidikan, khususnya untuk pemberian beasiswa dan pendanaan riset. Dana abadi ini sendiri sudah mulai dikelola oleh LPDP sejak tahun 2012, setelah pertama kali dicetuskan oleh menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pada tahun 2010.Â
Akumulasi dana abadi yang mulanya hanya sebesar Rp. 1 triliun pada tahun 2010, kini dikembangkan oleh LPDP hingga Rp. 139,11 triliun di akhir 2023. Kelolaan dana yang semakin besar itu membuka kesempatan yang semakin lebar bagi para pelajar untuk belajar di kampus-kampus terbaik di seluruh dunia dengan bertambahnya kuota penerima beasiswa LPDP.Â
Hingga tahun 2023, LPDP berhasil menyalurkan beasiswa untuk sekitar 45 ribu orang untuk program magister, doktoral, dan spesialis. Di tahun 2021, LPDP turut bekerjasama dengan Kemendikbudristek untuk membentuk Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) yang dikelola Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik). Melalui BPI juga Puslapdik bekerja sama dengan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) untuk mengadakan Beasiswa Indonesia Maju (BIM), yang kemudian bergerak untuk memberikan beasiswa bergelar mau pun non gelar. Biaya beasiswa ini telah mencakup biaya pendidikan, tunjungan buku, biaya skripsi, biaya hidup dan lain-lain alias dibiayai full 100% sampai lulus.
Seperti yang sudah disebutkan, dana beasiswa-beasiswa ini berasal dari APBN. Dana penerimaan APBN berasal dari pajak mau pun non pajak. Pajak yang dikeluarkan oleh setiap warga negara kemudian akan dialokasikan untuk keperluan negara, salah satunya pendanaan beasiswa. Karena hakikatnya, fungsi pajak tak hanya sebatas sebagai sumber pendapatan negara, tetapi juga sebagai penopang berbegai program pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.Â