Mohon tunggu...
Khanif Irsyad
Khanif Irsyad Mohon Tunggu... Freelancer - "Peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi tulisan bisa menembus ratusan, ribuan, bahkan hingga jutaan kepala." (Sayd Qutb)

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nikmatilah Proses, Bukan Hasil

29 Mei 2019   00:28 Diperbarui: 29 Mei 2019   00:44 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses, bukan hasil. Masalah hasil itu bukan kita yang menentukan melainkan Allah yang sudah menetapkan. Menurut Aa' Gym, kita punya kewajiban menikmati dua perkara yang dalam keberjalanan pada rutinitas sehari-hari harus dijaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dan menyempurnakan ikhtiar semaksimal mungkin, selebihnya terserah Allah. 

Seperti para mujahid yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka. Karena menang atau kalah itu akan dipergilirkan kepada siapa pun, tetapi yang paling penting adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena Allah dan selama berjihad akhlaknya juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang seperti itu, sebab ketika berhasil mengalahkan musuh berarti pahala untuknya, kalaupun terbunuh surga bisa jadi tempat terindah untuk beristirahat.

Ketika berjualan dalam rangka mencari nafkah untuk keuarga, maka tujuan yang terpenting bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada yang mengatur, dan semua pasti mendapat bagiannya masing-masing. Karena hanya memikirkan uang, perampok uang rakyat (red: koruptor) juga hanya uang. Alhasil yang terpenting dari jual beli adalah prosesnya. 

Misalnya, bagaimana selama berjualan itu selalu menjaga niat agar tidak setitik pun berbuat curang, bagaimana ketika berjualan itu dibawakan dengan penuh keramahan dan kebudian akhlak, bagaimana ketika berjualan menjunjung tinggi aspek kejujuran, tepat waktu, dan lain sebagainya. Perkara uang sebenarnya tidak usah terlalu dipikirkan, karena Allah Maha Tahu hamba mana saja yang siap menerima rezeki baik sedikit ataupun banyak sekalipun. Kita tidak akan terangkat sedikit pun oleh keuntungan yang kita dapatkan, tetapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.

Termasuk dalam kuliah sekalipun, kalau kuliah hanya akan menikmati hasil atau gelar, bagaimana jika sebelum wisuda itu nyawamu terputus oleh Sang Penghancur Segalanya, yaitu kematian? Pun ditambah kita tidak ada yang tahu kapan maut akan datang. Bagi kita seorang mahasiswa, kuliah adalah ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita bisa meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas pemgetahuan hingga akhirnya bisa mendisemenasikan untuk khalayak lebih banyak. 

Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya supaya dapat meningkatkan kemampuan orang lain juga. Dalam mencari rezeki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya (Aa' Gym). Kalau mau sekolah, kuliah, kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih bebas menghirup oksigen ketika sebelum diwisuda. 

Kalau kita selama kegiatan sehari-hari menjaga kuat-kuat mutu kehormatan, kejujuran, etika, lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak masalah, karena apa yang kita lakukan sudah menjadi amal kebaikan.

Juga saat melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan apapun nanti hasilnya, sekalipun yang dilamar belum tentu jodoh kita. Pun malah sudah menentukan tanggal, namun tiba-tiba menjelang pernikahan ia malah membatalkannya atau akan menikah dengan mempelai lain. Sakit hati wajar, karena memang itu manusiawi, tetapi ingat bahwa kita tidak akan pernah sepenuhnya rugi kalau niatnya sudah baik, karena cara yang dilakukan sudah benar. 

Pahit-pahitnya kalau tidak jadi menikah, husnudzan saja siapa tau Allah sudah menyiapkan calon lain yang lebih cocok dan siap. Atau ketika mau mengikuti sebuah acara penting dan bergengsi, sudah booking tiket, dan sudah siap untuk berangkat. Namun, tiba-tiba saja kita menderita sakit sehingga harus berbesar hati batal untuk tidak berangkat. 

Apakah suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini adalah bentuk kasih sayang dari Allah, karena kalau berangkat nanti terjadi apa-apa, pastinya Allah lebih tau dari apa yang kita pikirkan.

Pramilo, jangan terlalu terpukau dengan sebuah hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut kalkulasi Allah. Kalau misalnya, kapasitas dan kapabilitas kita hanya uang 50 juta yang mampu dikelola. Suatu saat Allah memberikan untung kita satu miliar, nah bisa jadi laba ini bisa menjadi musibah buat kita. Bisa saja, kita malah lupa akan fanya dunia atau akan kikir karena sibuk memikirkan jumlah harta. Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun