Mohon tunggu...
Khanif Fahima
Khanif Fahima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Fisipol UGM

Seorang mahasiswi semester 2 Fisipol UGM, memiliki minat terhadap lingkungan dan sedang mengusahakan net zero emission

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

LSM Jiwa Laut, Perjalanan Menuju Lingkungan Berkelanjutan Bersama Masyarakat Desa Kemadang

1 Juli 2024   15:05 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:27 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: koleksi pribadi

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di DI Yogyakarta yang secara geografis terdiri dari Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK). Kawasan karst di Gunungkidul tersebut merupakan bagian dari KBAK Gunung Sewu yang telah ditetapkan sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO. Selain kawasan karst, Gunungkidul juga memiliki pantai pasir putih yang membentang di sepanjang pesisir selatan. Bentang alam yang unik dan keindahan pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul menjadikannya salah satu destinasi wisata dengan potensi yang besar.

Potensi pariwisata yang besar ini merupakan suatu anugerah bagi masyarakat Gunungkidul, khususnya bagi masyarakat pesisir. Sebagian besar dari mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata. Seakan menyadari potensi tersebut, para investor juga ikut masuk ke kawasan pesisir Gunungkidul. Mereka mendirikan villa-villa megah di atas perbukitan karst dengan pemandangan laut di bawahnya. Pembangunan yang kian masif di daerah pesisir ini ternyata menjelma bagaikan pedang bermata dua. 

Selain pembangunan tempat penginapan, pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)  yang dilakukan oleh pemerintah telah menimbulkan berbagai permasalahan baru. Kawasan karst yang dialihfungsikan menjadi JJLS telah  memaksa kawanan kera yang berhabitat di kawasan tersebut harus berebut ruang hidup. Selain itu, pengelolaan sampah wisata yang belum menjangkau kawasan pesisir menjadi permasalahan lain yang tak kunjung mendapat solusi. Akibatnya, banyak sampah anorganik seperti plastik yang berujung menumpuk atau bahkan dibakar oleh warga. Hal ini menimbulkan permasalahan lingkungan baru di kawasan karst Gunungkidul.

Dalam menanggapi isu tersebut, Jiwa Laut hadir untuk mengadvokasi masyarakat terkait dengan isu lingkungan ini. Jiwa Laut merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat nonpemerintah yang berlokasi di Pantai Watu Kodok, Desa Kemadang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Jiwa Laut berfokus pada konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Jiwa Laut memiliki anggota aktif yang berasal dari dari masyarakat sekitar Pantai Watu Kodok dan masyarakat luar yang memiliki kekhawatiran yang sama terhadap isu ini. 

Sejak awal berdirinya, Jiwa Laut tidak memiliki sponsor atau bantuan dana khusus dari pihak manapun. Jiwa Laut bergerak mengedukasi masyarakat dengan bekerja sama menggandeng pihak lain untuk mengerjakan proyek terkait isu lingkungan dan sosial. Selain itu, Jiwa Laut juga menerima tamu-tamu asing yang ingin menikmati alam sekitar desa. 

Isu Sampah

sumber: koleksi pribadi
sumber: koleksi pribadi

Salah satu isu yang menjadi fokus Jiwa Laut adalah masalah sampah. Pengelolaan sampah yang belum menjangkau kawasan pesisir menjadi penyebab menumpuknya sampah di sekitaran Pantai Watu Kodok dan Desa Kemadang. Untuk mengatasi permasalahan sampah ini, Jiwa Laut berinisiatif mengadakan proyek bank sampah. Proyek ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan memilah sampah dari masyarakat. Hasil dari sampah yang terkumpul tersebut kemudian akan dijual ke kota untuk daur ulang. Namun, ternyata program ini tidak berjalan dengan baik karena kurangnya kesadaran dari warga tidak konsisten dalam melakukan pemilahan sampah.

Menanggapi permasalahan tersebut, Jiwa Laut mengubah strategi pengumpulan sampah plastik dengan proyek baru bernama Ecobrick. Proyek ini dilakukan dengan membuat bata yang terbuat dari botol plastik yang diisi dengan sampah plastik hingga menjadi padat. Dalam menarik warga agar berkenan mengumpulkan Ecobrick ini, Jiwa Laut memberikan insentif bagi warga berupa uang Rp1.000 untuk setiap Ecobrick yang berhasil dibuat. 

Salah satu tantangan yang dialami Jiwa Laut tak jauh berbeda dengan masalah yang mereka temui pada proyek Bank Sampah. Warga enggan untuk kooperatif dalam mengumpulkan sampah. "Dulu awalnya kami tawarkan Rp500 per Ecobrick, tetapi ternyata respon dari warga masih sangat kurang. Jadi, kami naikkan tawarannya menjadi Rp1.000 per Ecobrick, barulah warga bersemangat untuk mengumpulkan sampah plastik menjadi Ecobrick," ucap Ira, selaku ketua sekaligus pendiri Jiwa Laut. Hal ini menunjukkan bahwa konsen masyarakat di Desa Kemadang masih sebatas pada insentif, bukan pada isu lingkungan yang tengah mereka hadapi.

Isu Monyet

Isu lain yang menjadi fokus Jiwa Laut adalah permasalahan monyet yang menyerang perkebunan warga di Desa Kemadang. Jiwa Laut kemudian menginisiasi proyek Save Monkey yang merupakan proyek jangka panjang untuk mengatasi permasalahan ini. Alasan proyek ini diberi nama Save Monkey dikarenakan monyet-monyet yang menyerang perkebunan warga justru diburu oleh para warga Desa Kemadang. Perburuan monyet yang terjadi tersebut disebabkan oleh sentimen warga yang menganggap kawanan monyet sebagai hama dan musuh yang harus dibasmi. Proyek Save Monkey ini bertujuan untuk mencegah kawanan monyet agar tidak menyerang perkebunan warga Desa Kemadang. Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk melindungi eksistensi monyet itu sendiri sebagai satwa yang hidup di kawasan karst Gunungkidul. 

sumber: koleksi pribadi
sumber: koleksi pribadi

Proyek Save Monkey yang diasosiasikan oleh Jiwa Laut mempunyai beberapa program dalam penerapannya. Beberapa program yang terdapat dalam proyek Save Monkey, yaitu penanaman tanaman buah-buahan di kawasan yang sering dilewati oleh kawanan monyet. Penanaman tanaman buah-buahan tersebut dilakukan di tengah hutan yang jauh dari sumber air. Sumber air yang jauh ini menjadi tantangan dalam penanaman tanaman buah ini. Oleh karena itu, Jiwa Laut menginisiasi hadirnya program infused water. Program infused water ini merupakan program yang bermaksud untuk memberikan asupan air kepada pohon-pohon yang telah ditanam sebelumnya. 

Aksi - aksi yang dilakukan oleh Jiwa Laut mendapat tanggapan positif dari warga sekitar. Melalui wawancara dengan Guntoyo dan Suryono, diketahui bahwa keberadaan Jiwa Laut telah memberikan harapan baru bagi masyarakat Desa Kemadang. Kedepannya, mereka berharap agar masyarakat dapat tetap bekerjasama dengan Jiwa Laut untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan. Kemudian, mereka juga berharap agar pemerintah dapat berkontribusi untuk menangani kasus monyet di Desa Kemadang ini. "Jika boleh berandai-andai, besar harapan kami kepada pemerintah untuk turut andil dalam penyelesaian masalah monyet ini. Mungkin, dengan membangun sebuah kawasan konservasi untuk para monyet," ujar Guntoyo. 

Pada akhirnya, kawasan KBAK Gunung Kidul sebagai lingkungan tempat tinggal masyarakat merupakan wilayah yang perlu dijaga demi keberlangsungan hidup masyarakat dan ekosistem. Tanggung jawab ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat. Sinergi antara masyarakat dan Jiwa Laut telah membuktikan bahwa upaya nyata dapat dicapai dengan komunikasi dan langkah yang tepat. Namun, jangan sampai upaya ini terhenti hanya pada langkah masyarakat Desa Kemadang dan Jiwa Laut semata. Perlu sinergi bersama dari seluruh masyarakat yang hidup di ekosistem rentan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya nyata secara bersama-sama untuk menjaga ekosistem lingkungan melampaui batas geografis dan sosial yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun