Mohon tunggu...
Ahmad Khanifan
Ahmad Khanifan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif UIN KHAS Jember

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Punggahan Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadan

21 April 2021   21:53 Diperbarui: 21 April 2021   22:16 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Secara umum tradisi  adalah sesuatu kegiatan yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Tradisi juga merupakan budaya yang turun temurun dilestarikan oleh setiap generasi. Generasi tersebut biasanya akan selalu menjaga dan melestasikan dengan teguh apa yang di sebut tradisi itu. Karena, itu merupakan peninggalan leluhur mereka yang telah bersusah payah merancang dan mengembangkan apa yang di namakan tradisi itu. Sebagai generasi milenial, melestarikan tradisi peninggalan nenek moyang merupakan kewajiban bagi kita, supaya akan tetap lestari, tidak punah, dan tidak hanya menjadi sebuah dongeng belaka. Tradisi memiliki banyak jenis dan berbeda-beda di setiap daerah, dan juga memiliki tujuan yang berbeda-beda pula.

Tren pengaruh gaya hidup moderen dan mengikuti arus globalisasi, menjadi provokasi yang mendobrak generasi milenial kita menjadi kaum apatis, sehingga sulit untuk mempertahankan sebuah tradisi supaya tetap lestari dan tidak terseret arus globalisasi yang deras dan panas. Namun masih belum terlambat kawan, kita masih dapat menyelamatkan tradisi peninggalan nenek moyang kita. Dan semua itu tidak lah lepas dari tanggung jawab kita sendiri, kita dapat menanamkan kepada semua orang khususnya orang terdekat kita akan pentingnya melestarikan tradisi peninggalan nenek moyang kita. Salah satu tradisi yang masih tetap dipertahankan sampai sekarang, khususnya oleh masyarakat Jawa adalah punggahan.

Punggahan merupakan salah satu tradisi yang ada di jawa untuk menyambut bulan sucu Ramadhan. Tujuan dari kegiatan itu sendiri adalah mengungkapkan rasa syukur akan kehadiran bulan suci dan meengirimkan do’a kepada leluhur, yang dipercaya akan mudah untuk didengar karena dilakukan secara berjama’ah dan di laksanakan pada bulan yang suci. Ramadhan merupakan bulan yang di tungu-tungu seluruh umat muslim, karena merupakan bulan yang sangat mulia dan kramat. Oleh karena itu berbagai persiapan pun dilakukan untuk menyambut bulan suci tersebut, salah satunya adalah punggahan yang ada di jawa.

Arti kata punggahan berasal dari Bahasa jawa yaitu “munggah” yang memiliki arti naik, mancat, atau memasuki tempat yang lebih tinggi. Den jika kita melihat dari artinya, maka punggahan memiliki makna atau maksud yaitu tradisi untuk mengungkapkan rasa syukur karena telah naik ke bulan yang mulia,  yaitu bulan suci Ramadhan, yang diungkapkan dengan doa-doa, shodaqoh dan saling maaf-maafan. Dalam kata munggah tersebut juga terkandung makna perubahan ke jalan yang lebih baik atau peningkatan iman selama menjalankan ibadah di bulan suci  Ramadhan.

Jadi dapat kita simpulkan bahwatujuan dari tradisi Punggahan yaitu untuk mengingatkan para umat muslim bahwa bulan suci Ramadhan akan segera tiba, kedua mengungkapkan rasa syukur kepada Allah karena telah diberi nikmat umur Panjang sehingga dapat bertemu bulan suci Ramadhan, ketiga mengukuhkan tali silahturahmi antar masyarakat dan juga untuk mengirim doa untuk orang-orang yang telah meninggal dunia.

Akulturasi budaya, merupakan kata yang sangat tepan untuk di sandang oleh tradisi punggahan, karena punggahan itu sendiri merupakan percampuran antara tradisi leluhur kuno dengan ajaran-ajaran islam yang di masukkan kedalamnya, jika di ungkapkan dengan perumpamaan jajanan, tradisi leluhur kuno adalah bungkusnya, dan isi nya adalah ajaran islam. Awal mula punggahan di perkenalkan oleh sunan kali jaga di daerah jawa timur. Sunan kali jaga sendiri dikenal sebagai salah satu penyebar agama islam di indonesia dengan metode akulturasi budaya, dan punggahan merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya yang dikembangkannya.

Bentuk atau prosesi punggahan berbeda-beda di setiap daerahnya, ada yang dilakukan di perempatan dengan berjajar makanan yang ditaruh dibawah yang di beri alas daun pisang lalu sesepuh desa berdoa dan di amini seluruh warga, setelah itu warga makan makanan tersebut secara bersama. Ada juga yang dilakukan di salah satu rumah warga dan warga lainnya berkumpul disana dengan membawa makanan yang biasa di sebut ambengan biasanya ada salah satu warga yang di tuakan untuk memimpin tahlil dan doa. Ada juga yang dilakukan di masjid atau di mushla-mushola. Namun yang menjadi banyak persamaan pada kegiatan tersebuat bertepat pada menu-menu makanan yang di sediakan, dan bisa dikatakan bahwa menu ini bersifat wajib.

Seperti yang di jelaskan barusan bahwa, terdapa menu-menu makanan yang bersifat wajib yaitu kue apem, pusung, pisang (gedhang), dan ketan. Dari keempat menu wajib tersebut, masing-masing memiliki makna dari tafsiran Bahasa arab. Ketan, merupakan Bahasa melayu lalu ditafsirkn ke bahasa arab yaitu “khotho’an’’ yang berarti kesalahan. Apem, di tafsirkan dengan lafadz “afwan’’ yang memiliki arti maaf. Yaitu menganjurkan bagi kita untuk saling memaafkan, dan memohon ampun atau bertaubat kepada Allah. Pisal yang memiliki arti jawa yaitu gedang yeng kemudian ditafsirkan ke Bahasa arab “ghodaan’’ yang berarti besok. Dan pasung ditafsirkan pada lafadz “fashoum’’ yang berarti puasalah, yaitu perintah bagi umat islam untunk menjalankan ibadah puasa yang dilakukan setelah bertaubat dan saling memaafkan antar sesama.

Dari artikel ini saya berharap dapat menjadi dobrakan generasi milenial untuk semangat melestarikan tradisi peniggalan leluhur, karena kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun