Mohon tunggu...
Khalis Yafi yusticio
Khalis Yafi yusticio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa dengan jurusan psikologi di universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Saya mempunyai ketertarikan dalam sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Tahap Hukum Metamorfosis Menurut Wilhelm Dilthey

12 November 2023   22:04 Diperbarui: 12 November 2023   22:45 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wilhelm Dilthey adalah seorang filsuf Jerman yang hidup pada tahun 1853 dan wafat pada tahun 1911. Beliau dikenal dengan cara membedakan ilmu alam dan ilmu manusia, Beliau mendefinisikan ilmu-ilmu kemanusiaan secara luas yang mencakup ilmu-ilmu humaniora serta ilmu sosial. Tugas utama dalam ilmu alam yang dikemukakan oleh Dilthey adalah sampai pada penjelasan kausal berdasarkan hukum,sedangkan  beliau memproyesikan tugas ilmu kemanusiaan dengan memberikan pemahaman tentang struktur organisasi dan kekuatan dinamis pada kehidupan manusia dan sejarah. Pada perbedaan ini tidak terlalu tajam sehingga bisa mengesampingkan penjelasan kausal dalam ilmu kemanusiaan tertentu seperti Psikologi, Teori politik, dan Ekonomi yang sebagian besar ruang lingkup penjelasannya di batasi. Tujuan dilthey sebenarnya adalah untuk memperluas kritik nalar murni Kant yang berorientasi pada alam dan menjadi kritik terhadap nalar historis yang juga dapat memberikan keadilan terhadap dimensi sosial dan budaya dari pengalaman manusia.

Dilthey memahami tujuan awalnya hanya sebagai perluasan proyek kritis yang akan mendasari ilmu-ilmu manusia sebagai mana Kant mendasarkan pada ilmu-ilmu alam. Dilthey berharap bahwa ilmu-ilmu kemanusiaan akan mampu memberikan penjelasan yang sangat jelas seperti halnya ilmu-ilmu alam. setidaknya, ketika ia menerbitkan Poetics-nya pada tahun 1887 Dilthey yakin bahwa penjelasan mendalam tentang kreatifitas manusia dapat dipahami dengan baik. Beliau sendiri merumuskan tiga hukum metamorofosis yang sangat imajinatif untuk menjelaskan pengaruh semangat yang dapat ditimbulkan oleh kita. Dilthey merangkumnya sebagai hukum eksklusi, intensifikasi, dan peyelesaian. Melalui upayanya untuk mengembangkan psikologi gestaltist yang dapat membingkai hukum penyelesaian imajinatif ketiga ini, Dilthey memodifikasi beberapa asumsi dasarnya. 

Beliau menyadari bahwa kesuluruhan hubungan psikis seseorang bukanlah kerangka konstektual yang cukup untuk menjelaskan pengalaman manusia. Pengalaman kami hanya didapat dengan menggambarkannya sebagai sebuah kontinum yang diperoleh secara bertahap seiring berjalannya waktu. Artinya akses kita terhadap sejarah jauh lebih langsung dibandingkan akses kita terhadap alam. Meskipun dilthey masih bersedia menerima bahwa objek pengalaman lahir itu fenomenal namun ia tidak lagi menerima tesis Kant yang menyatakan bahwa penglama juga termasuk fenomena. Pengalaman hanya dipahami sebagai pengalaman hidup yang nyata serta waktu yag dapat menghubungkan kita dengan sejarah bukan hanya sekedar tentang alam. 

Jika tahap pertama ditandai dengan penjelasan pengalaman batin, maka tahap kedua pemikiran dilthey ini ditandai dengan penekanan pada suatu realitas pengalaman hidup dan pemahaman langsung tentang kehidupan manusia. Dilthey menguraika perbedaan pemahaman penjelasannya pada tahun 1894 yang berbunyi "kami menjelaskan melalui proses intelektual murni, namun kami memahami melalui kerja sama seluruh kekuatan pikiran yang diaktifkan oleh pemahaman." Pada tahap ini diketahui bahwa akses awal kita pada dunia luar tidak bersifat inferensial, akan tetapi akan dirasakan sebagai perlawanan terhadap dunia luar yang berarti dunia pengalaman yang dijalani bukan hanya sekedar representasi teoristis namun juga langsung hadir dihadapan kita sebagai perwujudan nilai-nilai yang relevan dengan tujuan kita. Penekanan pada perasaan dan kesegaraan pada fase kedua ini merupakan sebuah penolakan terhadap pendekatan dialektis Hegel.

Tahap ketiga dapat ditandai dengan perlunya penafsiran. Pada fase terakhir ini merupakan fase yang mencakup dekade terakhir kehidupan Dilthey hingga kematiannya pada tahun 1911. Fase ini dimulai dengan realisasi dalam esai "The Rise of hermenutics" tahun 1900 bahwa kejelasan batin pada pengalaman hidup belum merupakan pemahaman penuh. Pemahaman diri harus dimediasi dari luar dengan cara bagaimana kita bisa mengekspresikan diri baik dalam komunikasi atau tindakan. Hal tersebut merupakan perantara penting agar kita dapat mendefinisikan diri  kita sendiri. Pemahaman hanya dapat diandalkan melalui penafsiran objektifikasi manusia, dengan demikian kita harus memahami diri kita sendiri dengan baik bukan melalui intropeksi namun melalui kontektualisasi sejarah. 

Pada fase terakhir inilah Dilthey bisa menghidupkan kembali teori pendahulunya tentang semangat objektif sebagai medium yang menghubungkan kita dengan masa lalu. Selain itu pada tahun 1986 Dilthey menerbitkan sebuah karya penting tentang Hegel muda yang memanfaatkan fragmen Teologis dan politik yang baru ditemukan. Fragmen-fragmen awal yang tidak diketahui ini menyingkapkan sebuah kemurahan hati historis Hegel sebelum dibatasi oleh sistematisasi dialektis yang selalu di tentang oleh Dilthey. Murid Dilthey yang bernama Herman nohl mengedit sejumlah tulisan Dilthey tentang sejarah idealisme Jerman sejak Kant, Beck dan Fichte dan mengarah ke orang-orang sezaman dengan Hegel. Sehingga hal tersebut sangat membantu dalam menguraikan beberapa fragmen dan kemudian menerbitkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun