"Saya ingin sekali ditugaskan ke Sudan, bergabung dengan tim elit Makokorp Brimob yang di Pusat. Tujuannya agar memperoleh pengalaman lebih. Saya ingin tau bagaimana sistem militer di luar negeri," ungkapnya bersemangat.
Ditanya apakah ada keinginannya melanjutkan pendidikan kepolisian, Akademi Polisi (Akpol), Tiwi menjawab tentu saja ingin, namun aturan tidak memungkinkan kecuali setelah ikut Secapa. Tentang rencana berkeluarga, Sarasti malah belum kepikiran. Dia ingin selesaikan dulu kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Banda Aceh yang sudah dijalaninya hingga Semester 3.
"Siang saya bertugas sebagai Polwan, malam hari saya kuliah," ungkap Tiwi.
Lalu apa pesan Tiwi kepada adik-adik dibawahnya, terkhusus perempuan. "Cobalah untuk memulai, memperbaiki dan membuat segala hal yang membuat diri sendiri dan orang lain menjadi lebih berkualitas, dinamislah, jangan jalan di tempat dalam segala hal positif," kata Sarasti.
Diakhir perbincangan, Tiwi mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendidik dan mendukungnya hingga menggapai cita-cita. Demikian juga kepada individu-individu yang telah memperjuangkan dan menggiring generasi muda dalam menggapai prestasi nasional dan internasional dalam segala bidang, baik itu olahraga ataupun pendidikan.
Tomboy alias Ipak Rawan
Panggilan ini sempat disandang Tiwi semasa kecil hingga tamat SMP. Ipak Rawan merupakan sebutan untuk anak gadis Gayo yang tomboy (ipak: anak perempuan, rawan: laki-laki). Sang ibu tentu orang yang paling khawatir dengan keadaan ini. Tiwi pembawaannya beda dengan anak-anak perempuan lain.Â
"Saya hanya orang biasa, berprofesi guru bersuamikan petani, bingung dan kehilangan akal menghadapi tingkah Tiwi, sering tersebut dari mulut saya ipak rawan untuk anak saya tersebut," ungkap Ainaini, ibu Tiwi.
Selaku ibu, wajar Ainani pangling, Tiwi kecil kalau bermain-main tidak seperti anak perempuan kebanyakan. Tiwi malah melakoni permainan anak laki-laki umumnya yang berlatar anak petani kopi Gayo. Tiwi kecil bisa memanjat pohon, menangkap burung, bahkan menangkap ikan di sungai.
"Hampir setiap hari Tiwi saya omeli, tapi dia tidak pernah melawan. Pun begitu, syukurlah prestasi sekolahnya saat di SD dan SMP sangat memuaskan," tutur Ainaini.
Dan memilih SUPM Ladong untuk Tiwi, menurutnya adalah karena penerapan disiplin serta pendidikan semi meliter di sekolah tersebut. "Alhamdulillah Tiwi merasa senang dan selesai tanpa masalah," kenang Ainaini. Saat Tiwi minta ikut seleksi jadi Polwan, Ainaini mengaku sangat keberatan karena seleksinya sangat ketat. Namun ternyata Tiwi berhasil lolos satu demi satu tahapan seleksi, hingga akhirnya ikut dilantik sebagai Polwan.