Keanekaragaman jenis burung pada perkebunan kopi ini tergolong rendah. Karenanya perlu dilakukan upaya konservasi dan revegatasi pada kawasan perkebunan kopi sehingga kondisi vegetasi tumbuhan pada kawasan tersebut lebih heterogen sehingga dapat memperbaiki kondisi keanekaragaman burung.
Beberapa sumber menyebutkan selain perburuan, penggunaan pestisida juga menjadi penyebab berkurangnya populasi burung di kebun kopi. Pestisida memutuskan sistem rantai makanan sehingga menjadikan ekosistem tidak seimbang. Burung terkena dampak penggunanan pestisida secara tidak langsung. Burung pemakan serangga kesulitan saat musim kawin tiba, apalagi ketika telur mereka menetas, sebab pasokan makanan mereka telah dibasmi dengan insektisida.
Selain itu, penanggulangan rumput pengganggu (gulma) dengan herbisida dapat membunuh atau mengurangi populasi burung yang bergantung pada rerumputan tertentu untuk membuat sarang. Pertumbuhan embrio telur bisa mengalami kerusakan, sehingga dapat mengurangi jumlah telur yang menetas jika mengalami kontak dengan telur burung.
[caption caption="Penjere Tama. (Foto : Khalisuddin)"]
Prihatin dengan penurunan populasi burung, Kebun Binatang Nasional Smithsonian yang terletak di kota Washington, D.C, Amerika Serikat mendirikan Pusat Migrasi Burung Smithsonian atau Smithsonian Migratory Bird Center (SMBC) dengan tujuan mendorong upaya menghargai, pemahaman yang lebih, dan perlindungan terhadap burung dan menggulirkan program sertifikasi Bird Friendly Coffee, atau kopi ramah burung.
Mengutip bincangkopi.com, sertifikasi ini diberikan kepada perkebunan kopi organik yang dilakukan oleh ilmuwan dari SMBC, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap burung dan satwa liar melalui sistem perkebunan hutan. Mereka memilih kebun kopi karena merupakan salah satu komoditas terbesar yang diperdagangkan di seluruh dunia.
Pihak perkebunan yang ingin memperoleh sertifikat tersebut harus menghubungi SMBC untuk dilakukan inspeksi. Beberapa hal yang dinilai meliputi sistem pengelolaan organik (tidak menggunakan bahan kimia), terdapat pohon naungan berbentuk kanopi, serta terdapat burung dan satwa liar yang hidup di sana.
[caption caption="sumber logo : nationalzoo.si.edu"]
Bagi orang yang meminum kopi berlogokan Bird Friendly Coffee, berarti ia turut serta menyelamatkan kelangsungan hidup burung dan satwa liar yang hidup di perkebunan kopi. Sayangnya, mengutip bincangkopi.com, kopi bersertifikasi Bird Friendly Coffee tergolong sulit ditemukan di gerai-gerai kopi ataupun supermarket.
Peluang Kopi Gayo
Lalu kebun kopi Gayo bagaimana?. Dari perbincangan dengan beberapa pengurus koperasi di bidang kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah, belum ada kebun kopi di Gayo yang luasnya mencapai 100.000 hektar yang meraih sertifikasi ini. Pasalnya, standar yang dikeluarkan SMBC sangat ketat sehingga hanya sebagian kecil perkebunan kopi di seluruh dunia yang memperoleh sertifikat Bird Friendly Coffee.
Walau syaratnya cukup berat karena luasan kebun kopinya mesti satu hamparan atau berkelompok, tentu bisa berhasil jika ada dukungan pihak terkait jajaran pemerintah dengan penerbitan Qanun dan diaktulisasikan dengan ketat.
Untuk tahap pertama, bisa ditetapkan satu atau dua desa yang dinilai berpotensi, tentu yang perkebunan kopinya berdampingan dengan hutan, semisal di seputar danau Lut Tawar, Sintep Kelitu, Kenawat dan lain-lain.