Sesingkat itu tapi sesakit itu bacanya.
“Oh pacar kamu”
“Belum, karena dia belum kasih jawaban”
Deg..!!
Seketika aku lemah, Tapi aku tidak menitikkan air mata yang berharga. Ketidakpastian yang aku jalani terbayar sudah, lelah dan bodohnya aku yang terlalu menganggap hubungan ini serius. Karena aku tidak pernah main- main dengan perasaan.
“Jadi kamu anggap apa komitmen kita? Cuma cadangan sembari menunggu jawaban cewe itu?”
“Aku kan enggak pernah melarang untuk suka dengan orang lain. Hubungan kita juga belum ke jenjang yang serius”
“Oh begitu ya definisi komitmen versi kami. Ok lah cukup tau aja.”
“Lalu bagaimana versi kamu?”
“Enggak penting, ok lah kalo memang begini. Enggak perlu kita lanjutkan lagi. Toh kamu juga sudah punya seseorang yang sangat istimewa untuk kamu. Lalu buat apa lagi hubungan ini, maaf untuk semua kesalahpahaman yang terjadi. Jaga dia baik- baik, jangan menyakiti hati yang lain lagi. Aku pamit”
Aku sudah enggak sanggup berkata- kata lagi dengan orang yang enggak peka seperti itu, hanya semakin menyesakkan dadaku. Biarlah jika dia masih bisa berfikir dengan isi kepalanya, setelah itu balasan singkat darinya tanpa ada kata ‘maaf’.