Mohon tunggu...
Siti Thoyibah
Siti Thoyibah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Meluapkan rasa melalui jutaan frasa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Welas Asih

13 Juni 2024   23:22 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:25 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai sholat, aku sendiri memilih untuk berdandan di dekat toilet wanita, disana ada cermin untuk berkaca. Walaupun ditempat terbuka tapi agak sepi, hanya ada pengunjung wanita dan kakek petugas yang berjaga. Saat sedang bercermin aku mendengar seseorang yang bertekak, namun aku tidak membalikkan badan. Malah memantau lewat cermin yang ada didepanku, ternyata kakek petugas dan seorang pria baru baya usia 50-an datang untuk menggantikan shif berjaga. Aku pura-pura tidak tahu dan tetap dengan aktivitasku tapi sebenarnya aku menguping pembicaraan mereka dengan epic. 

"Mana nasi untuk aku" ucap si kakek petugas dengan logat bahasa daerah yang kental dan  sedikit mengadah tangan.

"Iih kau ini!!, kata kau tidak mau makan tadi. Sekarang malah meminta nasi"  balas pria itu dengan bahasa daerah yang berbeda dan nada yang agak meninggi dengan tubuh yang lebih gagah berkacak pinggang. Aku kaget dan agak emosi melihatnya dari cermin tapi sepertinya tidak disadari oleh mereka, aku ingin mendengar lebih jauh.

"Apalah kamu ni, tadi bilangnya enggak makan. Biarkan saja dia, banyak tingkah" timpal seorang petugas lain yang tidak jauh posisinya namun menggunakan seragam yang sama dengan si kakek .

Mendengar ucapan teman- temannya yang tidak bersahabat itu, si kakek petugas hanya diam. Ia tidak mengucap sepatah katapun pada temannya di hadapan dan langsung berlalu pergi begitu saja. Pria paru baya itu menatap tidak suka kepergian si kakek dan kakek petugas yang di sisi lain masih saja mengomeli temannya yang lewat didepannya. 

Aku yang menyaksikan kejadian itu merasa geram sendiri, aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada kakek atau orangtuaku sendiri. Sebagai anak rasanya miris melihat orang tua yang mendapat cercaan seperti itu di usia yang tidak muda lagi. Haruskah si kakek bekerja seperti ini? Haruskah ia bertahan dengan teman seperti itu? Apakah dia benar- benar harus mencari nafkah?

Aku memikirkan dari sudut pandang  yang berbeda. Mungkin temannya kesal karena ketika di tawarkan makan siang dan si kakek menolak dan setelah itu malah minta nasi bungkus. Ataupun di kakek menolak makan  saat itu karena ingin bergantian berjaga dengan temannya, dan makan siang bagiannya di bungkus saja. Tapi temannya mungkin tidak peka dan langsung tersulut emosi saja.

Aku melihat kepergian si kakek yang semakin menjauh dari cermin, bagaimanalah perasannya saat ini. Pasti si kakek sedang lapar. Aku sengaja menunggu lama agar tidak terlihat mengamati mereka , segera aku mengeluarkan uang pecahan untuk si kakek cukup membeli nasi bungkus dan memberikan padanya saat tidak ada petugas yang melihat. Masalah uang untuk jajan nanti saja dipikirkan.

Aku kalah cepat dengan si kakek karena aku juga tidak ingin menarik perhatian orang lain, jadi aku pelan- pelan mengejarnya  dan sambil menemui temanku yang sudah selesai duluan. Aku ceritakan hal itu padanya, dan ikut membantuku menemui si kakek yang sedang berjalan membawa drum sampah dedaunan kering. Jalannya saja sudah gemetaran, tapi si kakek malah tetap bekerja. Cukup jauh aku mengikuti, hingga ke arah tepi danau buatan si kakek membuang sampah disana. Aku tidak memanggilnya, yang ada semua orang akan melihatku dan kakek itu malah kaget. Saat menghampirinya aku sendirian, sempat ragu tapi aku sudah berniat jadi maju saja. Awalnya aku ingin langsung memberi dan pergi tapi tiba-tiba terlintas untuk basa basi agar si kakek tidak curiga.

Bersambung......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun