Mohon tunggu...
Siti Thoyibah
Siti Thoyibah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Meluapkan rasa melalui jutaan frasa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Welas Asih

13 Juni 2024   23:22 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:25 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata, tapi di kemas sedikit berbeda agar tidak menjadi kesalahpahaman antar pihak dan menjaga nama baik. Namun tetap pada inti pesan moral nya.

Baiklah saya mulai...

Berawal ketika aku dan teman sedang mengikuti agenda perpisahan dalam bentuk jalan- jalan berwisata mengelilingi ibu kota sebuah provinsi. Disitu aku di ajak oleh teman sekaligus bestie untuk menemani, karena dia sendiri mudah mabuk perjalanan. It's Ok untuk aku pecinta travelling, awalnya sempat ragu karena saat itu kondisiku baru mulai pulih pasca sakit beberapa bulan lalu dan masih dalam proses pengobatan rawat jalan. Tapi aku nekad dan memutuskan untuk pergi setelah sekian purnama "dirumah aja". Apapun jawabannya aku terima, tapi aku yakin akan diizinkan. Emang boleh senekad itu?

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, entah berapa kilo pula jalan yang kami lewati. Dengan akses lewat jalan tol memudahkan bus yang kami rental lebih cepat sampai. Di sepanjang jalan, aku dan bestie lebih banyak menghabiskan waktu untuk menutup mata sebab sebelumnya kami berangkat terburu- buru dari rumah setelah shubuh namun nyatanya masih menunggu lama hingga bus berangkat. Dan aku sendiri sengaja untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan tidak kelelahan karena aku masih sering merasakan sakit ketika kepanasan dan lelah. sesekali hanya memantau sekitar dan melirik jam di Hp.

Aku tidak peduli kemana arah rute yang di tempuh, karena agendanya membawa anak sekolah dan guru. Jadi aku mengikuti saja apapun jadwalnya, yang penting waktu sholat aman dan sampai rumah tidak terlalu malam. Karena besoknya aku harus pergi berobat, jam berapapun kami sampai di tempat keberangkatan pagi tadi. Aku harus langsung pulang ke rumah, tidak akan menginap di tempat teman.

Setelah di lalui, ternyata ada 5 rute hingga jadwal makan malam. Nah kisah ini aku temukan di rute kedua, sebuah taman yang cukup alami dan asri di tepi kota.

Saat bus sudah memarkir di dalam taman yang luas, lebih terkesan seperti hutan lindung. Aku dan rombongan langsung prepare untuk makan siang dan dilanjutkan istirahat, sholat dzhuhur.

Aku membawa perlengkapan sholat dari rumah, lebih aman dan sterill. Ketika ke tempat wudhu dan toilet umum, seperti biasa ada kotak untuk biaya penggunaan oleh setiap pengunjung. Hal itu aku anggap lumrah, namun yang menariknya tempat itu di jaga ontime oleh petugas taman dan yang aku herankan petugasnya bukanlah anak- anak remaja tanggung atau pria dewasa umur 30an. 

Tapi para pria tua yang menurut aku sudah pantas menjadi lansia, giginya saja tinggal beberapa, badannya kurus, topi yang menutupi uban dan baju seragam yang sudah pudar warnanya. Seketika mengingatkan dengan kakekku sendiri yang sudah waktunya santai di rumah. Tapi tidak dengan kakek- kakek yang ada di taman ini. Aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya memperkerjakan lansia, mungkin atas keinginan mereka sendiri untuk mengisi waktu luang. Tidak ada tempat bertanya, karena sebagian besar orang disini adalah pengunjung. Ingin bertanya langsung pada petugas tapi tidak ada waktu lagi. 

Toilet dan tempat wudhu ternyata berbeda tempat, temanku yg membayar biaya dengan pecahan 2000-an. Kamipun menunaikan ibadah sholat di musholla yang ada di taman itu, musholla yang cukup luas hanya untuk perempuan tapi agak sempit karena beberapaada yang tiduran dan ada yang berdandan. Musholla laki-laki sudah di sediakan di bangunan yang berbeda, jadi tidak terganggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun