Menyikapi hal tersebut guru geografi berencana untuk melakukan bimbingan secara personal kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut, namun disisi lain, bimbingan personal ini dapat memberikan persepsi yang berbeda bagi siswa lainnya, seperti muncul anggapan adanya perlakukan khusus terhadap satu siswa dan diskriminasi terhadap siswa lainnya.Â
Persepsi yang demikian memberikan dilema tersendiri bagi guru dalam menentukan tindakan apa yang harusnya dilakukan, agar semua siswa merasa diperlakukan secara adil dalam kegiatan pembelajaran.
Kasus lain yang dapat dijadikan sebagai contoh adalah seorang guru geografi yang memiliki seorang siswa berdasarkan kalkulasi nilai pada mata pelajaran geografi seharusnya tidak memenuhi standar untuk lulus pada mata pelajaran tersebut, namun pihak sekolah tetap meminta agar siswa tersebut diberi kelulusan, dengan pertimbangan bahwa siswa tersebut merupakan anak seorang pejabat yang sering memberi donasi kepada pihak sekolah. Jika pihak sekolah tidak meluluskan siswa tersebut, maka sekolah akan kehilangan salah satu donator terbesarnya.Â
Melihat adanya perlakuan yang spesial terhadap satu siswa saja, sebagai seorang guru yang menjunung tinggi etika dalam dunia pendidikan kasus ini merupakan sesuatu yang salah, namun jika tetap berpegang teguh pada prinsipnya, resiko yang dihadapi guru tersebut juga besar, kehilangan donatur, rusaknya reputasi sekolah, hingga ancaman mutasi telah menanti guru tersebut. Hal ini menjadi dilema moral bagi guru dalam menentukan tindakan apa yang seharusnya diambil, berdasarkan kasus tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H