Istilah pembangunan sudah sejak lama menjadi terminologi sehari-hari yang banyak dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Terminologi yang erat kaitannya dengan pembangunan dikenal sebagai konsep Delapan Jalur Pemerataan yang merupakan penjabaran dari Trilogi Pembangunan. Delapan jalur pemerataan yang dimaksud adalah pemerataan dalam hal: (1) pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, berupa pangan, sandang dan perumahan; (2)kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan; (3)pembagian pendapatan; (4) kesempatan kerja; (5)kesempatan berusaha; (6)kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita; (7)penyebaran pembangunan; dan (8) kesempatan memperoleh keadilan.
Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan pembangunan yang lebih kokoh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) di bidang ekonomi secara terpadu dikelompokkan menjadi tujuh kelompok program percepatan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Prioritas program dalam jangka pendek untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Sedangkan prioritas program jangka menengah untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Perekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami pasang surut, hal ini dikarenakan sering terjadinya ketidakseimbangan ekonomi dunia yang berimbas terhdap ekonomi Indonesia sendiri. Selain itu, banyaknya permasalahan-permasalahan klasik yang menimpa indoensia, yang seolah telah menjadi momok untuk wajah perekonomian Indonesia. Diantara permasalahan tersebut adalah seperti:
- Kemiskinan,
- banyaknya pengangguran,
- ketidaktersediaannya lapangan pekerjaan,
- kurangnya investasi yang dilakukan oleh para investor,
- kurangnya pemasukan di kas negara dan banyaknya pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah,
- kurangnnya kegiatan ekspor dan banyaknya kegiatan impor yang tak harus dilakukan, serta masalah-masalah lainnya.
Jumlah penduduk Indonesia yang juga terbilang banyak, menjadi salah satu modal utama untuk peningkatan perekonomian Indonesia, namun hal tersebut harus dibarengi dengan banyaknya pembukaan lapangan pekerjaan di Indonesia, karena apabila jumlah penduduk tidak berbanding lurus denan pekerjaan yang dimiliki, maka akan meningkatkan angka pengangguran.
Menurut data BPS tahun 2016, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan. Ekonomi Indonesia triwulan II-2016 terhadap triwulan II-2015 (y-on-y) tumbuh 5,18 persen, meningkat dibanding triwulan II-2015 sebesar 4,66 persen dan triwulan I-2016 sebesar 4,91 persen.Â
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh 13,51 persen.Â
Dari sisi pengeluaran didukung oleh hampir semua komponen dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga yang tumbuh 6,72 persen. Hal ini diakibatkan oleh berkembangnya investasi dan kegiatan ekspor yang dilakukan oleh Indonesia.
Meskipun mengalami pertumbuhan, namun struktur ekonomi Indonesia masih terbilang belum merata. Hal itu di tandai dengan data dari BPS tahun 2015-2016 yang menyatakan banhwa Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2016 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,81 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,02 persen, dan Pulau Kalimantan 7,61 persen.Â
Menurut data ini, struktur ekonomi di Indonesia masih saja terpusat di pulau jawa dengan menempati rating tertinggi. Namun terdapat upaya pemerataan ekonomi yang sedang di usakan oleh pemerintah, yaitu Indonesia sentries, yang lebih memperluas perekonomian hingga ke pelosok.
Dari segi ekspor impor pun Indonesia mengalami penurunan. Hal ini diperkuat oleh data BPS yahun 2015-2016 yang menyatakan bahwa Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Juli 2016 mencapai US$79,08 miliar atau menurun 12,02 persen dibanding periode yang sama tahun 2015, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$71,59 miliar atau menurun 8,78 persen. Sedangkan untuk impor Secara kumulatif nilai impor Januari--Juli 2016 mencapai US$74,91 miliar atau turun 10,85 persen dibanding periode yang sama tahun 2015. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$10,17 miliar (turun 33,90 persen) dan nonmigas US$64,74 miliar (turun 5,69 persen).
Dalam pemanfaatan SDA, Indonesia masih bergerak cukup signifikan di bidang pertanian, perikanan dan migas, namun sudah mulai mengembangkan produksi di bidang industri, seperti pesawat, kapal, maupun alat elektonik. Pemanfaatan SDA di bidang pertanian adalah seperti perkebunan, budidaya tanaman hias, maupun hutan produksi, dan terdapat pula di bidang perikanan, seperti tambak, budidaya, dan perikanan darat maupun laut. Sedangkan dari sektor migas, terdapat gas alam, minyak bumi, dan minyak yang berasal dari hayati, seperti minyak kelapa sawit. Hal itu baik untuk memperkuat perekonomian Indonesia kedepannya, jika digunakan sebaik-baiknya dengan konsep pembangunan berkelanjutan, agar generasi yang akan dating dapat menikmati hasil dari kekayaan Indonesia itu sendiri.