Mohon tunggu...
Chalive R.
Chalive R. Mohon Tunggu... Guru - Guru

Didasari ajaran "Ballighuu 'annii walaw aayat", kecintaan pada anak, dan keinginan yang kuat untuk melihat generasi mendatang lebih baik, maka memberanikan diri untuk mencoba berbagi ilmu--sesedikit apapun--dengan menjadi pendidik di sebuah sekolah dasar di bilangan Bogor dan penerjemah lepas di beberapa penerbit di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humor

[Cerita Kurban] Untung Tak Beruntung

9 November 2011   07:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:53 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Matahari sudah melebihi sepenggalah. Halaman masjid Darussalam semakin ramai dipenuh-sesaki masyarakat yang ingin menyaksikan penyembelihan hewan kurban. Dua kepala sapi sudah digelindingkan, delapan tubuh kambing digantung di ranting-besar pepohonan. Aku bergeming. Tetapi, Untung yang datang bersamaku seperti sudah mules menyaksikan “pertumpahan darah”. Ia pun pamit pulang duluan.

Dalam perjalanan pulang, Untung bertemu Endang. Sebagai sahabat karib, plus tetangga dekat, Endang tentu tak mau hidup enak sendiri. Meskipun ia sendiri belum mencicipi sate kambing yang mengepulkan asap di depannya, ia mengajak Untung untuk ikut menikmati.

“Dari mana, Tung?” tanya Endang.

“Masjid,” jawabnya.

“Kok buru-buru, sini saja dulu, nyate nich.”

“Nggak ah, aku mau pulang saja. Aku juga mau nyate di rumah, ni sudah kubawa tusukannya,” jawab Untung sambil menunjukkan seikat tusukan sate yang telah dipersiapkan sembari menyaksikan penyembelihan.

Tidak seberapa lama, Untung sudah tiba di ambang pintu rumahnya.

“Hai, Tung,” sapa Mak Inah mengalihkan perhatian Untung dari membuka pintu.

“Ada apa, Mak?” tanya Untung.

“Tadi ada panitia kurban dari masjid At-Taqwa. Cuma, karena anakku merengek minta sate, sudah kubakar tuh di belakang,” jawab Mak Inah.

“Maap ya, Tung,” lanjutnya.

Untung pun memasuki rumah dengan langkah gontai. Harapannya bisa langsung membakar sate ngebul bersama permintaan maaf Mak Inah, tetangganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun