Dan juga bagaimana mungkin Pertamina dapat menjalankan programnya dengan cara terintegrasi sesuai misinya, bila program kerja yang telah disusun sedemikian rupa harus berhenti di tengah jalan karena pergantian dirut yang terjadi secara cepat?
Nampaknya Malaysia dengan Petronas-nya lebih paham tentang hal ini karena sejak didirikan pada tahun 1974 baru berganti CEO sebanyak 3 kali.
Lantas apakah penggantian dirut yang telah terjadi kemarin merupakan hal yang didasarkan karena prestasi dirut yang dinilai kurang baik? Ataukah penggantian dirut kemarin merupakan politisasi yang dilakukan karena tendensi dan kepentingan lain tanpa mempertimbangkan kemaslahatan Pertamina sebagai BUMN
Referensi:Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H