Keberadaan media sosial pada zaman sekarang sudah harus disikapi dengan positif oleh siapapun. Media sosial harus bisa kita manfaatkan untuk hal-hal yang menunjang peningkatan kualitas hidup kita saat ini. Daripada hanya memanfaatkan keberadaan media sosial untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, ada baiknya kita mulai mencoba saling berbagi hal positif melalui media sosial.
Agak disayangkan, media sosial hari ini justru seakan dijadikan sebagai "gelanggang perang" oleh banyak pihak, pribadi maupun yang mewakili golongan dan kelompok tertentu. Ini tentu saja merugikan bukan hanya bagi mereka yang "berperang" saja tetapi juga bagi masyarakat secara umum pengguna media sosial. Masyarakat kita, seakan terus disuguhkan pada persoalan-persoalan yang diunggah ke media sosial, yang barangkali sejatinya persoalan tersebut tak perlu untuk disebarluaskan.
Kita bisa menyaksikan dengan mudah orang-orang saling hujat, saling menghina dan merendahkan, pamer kekayaan (intelektual maupun material) demi mengejar suatu hal yang disebut popularitas. Atau kalau tidak, pertengkaran di media sosial adalah ekspresi orang-orang yang merasa bahwa diri atau golongannya adalah yang terbaik, paling benar di antara yang lain. Ini, semestinya kita sadari sebagai suatu perkara yang harus segera kita hentikan.
Kita harus menyudahi aktivitas tak menguntungkan ini. Sudah waktunya bagi kita, sebagai penduduk bangsa yang sudah merdeka 72 tahun, untuk mulai menggalang pemikiran positif demi membangun bangsa, serta berusaha untuk bersatu dalam sebuah rasa cinta: cinta tanah air, cinta Indonesia. Media sosial harus kita pergunakan untuk saling berbagi hal-hal yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang dalam bingkai cinta tanah air.
Untuk mencapainya, saya mengira ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan yaitu di antaranya, dengan melakukan penguatan mental dalam diri pribadi yang kemudian kita ejawantahkan dalam urusan berkeluarga. Kita jaga keutuhan keluarga kita dengan pemanfaatan media sosial. Media sosial, kita pergunakan sebagai ajang saling dukung terhadap harmonisasi keluarga. Dari sini, dari pembelajaran menjaga keutuhan keluarga, kita berharap mampu menerapkan dalam hidup berkeluarga kita sebagai keluarga yang penuh kasih sayang (rahmah), keutuhan cinta (mawaddah), dan langgeng (sakinah).
Memanfaatkan Media Sosial untuk Keutuhan Keluarga
Dalam berbagai kasus, kita seringkali melihat ekspresi depresi remaja yang jika ditelusuri, dilatarbelakangi oleh hancurnya rumah tangga keluarganya. Banyak remaja dan pemuda-pemudi bangsa yang akhirnya menghancurkan masa depannya sendiri lantaran tak memiliki keluarga yang sakinah. Artinya, ada korelasi yang nyata bahwa pecahnya sebuah keluarga (biasanya antara suami/ayah dengan istri/ibu), dengan hancurnya masa depan dan kacaunya pola pikir anak-anaknya.
Keluarga yang mengalami perpecahan (broken home), memiliki pengaruh atas perilaku anak-anak. Orang tua yang bercerai, akan memberikan dampak negatif terhadap anak-anaknya. Hal ini tentu harus kita lihat sebagai permasalahan serius karena dalam diri anak-anak kitalah kita menaruh harapan besar, harapan agar anak-anak kita mampu menjadi pemangku bangsa kita, penerus perjuangan kita. Jika kita justru memecahkan harapan tersebut, sama saja kita menghancurkan masa depan kita.
Saya pelan-pelan pernah melakukan riset kecil-kecilan yang bermula dari kekagetan saya membaca status facebook teman virtual saya yang kebetulan seorang perempuan, seorang ibu muda. Dalam statusnya, ia menyebut sering "diganggu" oleh beberapa lelaki. Gangguan tersebut berupa, mulai dari mengirim pesan basa-basi mengajak berkenalan, memuji kecantikan, dan yang saya kaget, ada pula yang nekat mengirimi gambar porno. Lebih kaget lagi, ada juga yang mengajaknya untuk berselingkuh.
Dalam riset kecil-kecilan saya tersebut, saya kemudian mengamati dan bertanya, mengapa ada lelaki semacam itu? Apa dasarnya ia melakukan tindakan dengan mengirim pesan hal berbau negatif tersebut? Serta, apa yang membuat perempuan "dihina" sedemikian oleh para lelaki semacam itu?