Mohon tunggu...
Otomotif Pilihan

Selalu Ada Nilai "Plus" di Datsun Risers Expedition

20 Januari 2016   01:54 Diperbarui: 20 Januari 2016   18:11 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aston Hotel Kota Tanjung, Kalimantan Selatan. Hari Pertama Datsun Risers Expedition Etape 2 Kalimantan.

Rasa lelah menghinggapi seluruh anggota tim Risers. Perjalanan beberapa belas jam hari ini dari Kota Balikpapan menuju break point pertama di Kota Tanjung sungguh menguji fisik hingga batasnya. Betapa tidak, setiap anggota tim yang terdiri dari 3 orang diharuskan untuk tetap siaga selama perjalanan. Setiap dari kami berganti tugas, mulai dari menyetir mobil, memegang radio untuk berkoordinasi dengan 13 mobil lainnya dalam rombongan ini, serta mengabadikan momen di sepanjang perjalanan. Belum lagi tim kami berusaha untuk tetap terkoneksi dengan media sosial agar keindahan yang kami dapat selama perjalanan dapat dinikmati pula oleh kawan-kawan lainnya. Tentu anda dapat membayangkan betapa lelah dan letihnya seluruh anggota tim yang menjalani itu semua.

Namun ada yang seperti tak mengenal lelah, yaitu mobil yang rombongan kami gunakan, Datsun Go+ Panca. Mobil berkapasitas 7 orang ini kami pacu melewati medan Kalimantan yang jauh dari kata bagus. Hampir sepanjang perjalanan setelah Kota Penajam, kami dihadapkan pada jalanan rusak berbatu dengan lubang-lubang menganga cukup lebar. Dengan mengikuti instruksi dari Road Captain untuk pasrah saja ketika dihadapkan pada lubang, maka kami mematuhinya. Tak disangka, ternyata respon dari mobil ini sungguh di luar dugaan.

Datsun Go+ Panca dengan asyiknya memainkan suspensinya melewati lubang-lubang tersebut dengan tetap mempertahankan traksi layaknya sebuah SUV. Ini benar-benar di luar perkiraan kami sebagai pengendara sebuah LCGC (Low Cost Green Car). Di tengah perjalanan, kami dihadapkan pada hujan yang semakin deras. Ditambah dengan angin yang cukup kencang, sepertinya layak jika kondisi saat itu kami sebut sebagai badai.

Pandangan yang terbatas dan jalanan licin menjadi akrab dengan kami saat itu. Rombongan memutuskan untuk tetap mempertahankan kecepatan pada rentang 60-80 km/jam. Saya sebagai driver pada saat itu sempat khawatir. Namun seketika kekhawatiran saya terbantahkan. Semakin dipacu, mobil ini semakin menunjukkan 'kebandelannya'. Datsun Go+ Panca tak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda akan selip. Pun begitu juga dengan kualitas pengereman yang patut diapresiasi ketika dipaksa bekerja pada kondisi ekstrem saat itu.

Setelah cukup lama berada di jalan, Road Captain memberikan instruksi untuk menepi di sebuah rumah makan. Kami asyik memesan makanan kami masing-masing. Ada yang memesan udang, ayam dan ikan. Namun yang menjadi primadona saat itu adalah payau, sebutan masyarakat setempat untuk daging rusa. Terang saja ia sekejap menjadi primadona karena sebagian besar anggota rombongan saat itu belum pernah memakan daging hewan ini, termasuk saya. Dan ternyata rasanya... awesome! Mirip daging sapi namun dengan tekstur yang lebih lembut.

Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Medan yang kami temui kurang lebih sama dengan sebelumnya. Masih dengan jalanan berbatu dan lubang-lubang menganga. Sepanjang perjalanan kami terus berkoordinasi agar keselamatan rombongan selalu terjaga. Sampai tiba saatnya ketika Road Captain menanyakan jumlah sisa bahan bakar yang tersedia di masing-masing mobil kami.

Seketika saya melirik ke arah speedometer di mana indikator bahan bakar terletak di sebelahnya. Lagi-lagi, saya terkejut! Betapa tidak, setelah beratus-ratus kilometer perjalanan dari Kota Balikpapan, sampai pada saat ditanyakan hal tersebut posisi kami sedang di daerah Muara Komam, ternyata bahan bakar kami masih menunjukkan 6 dari 10 bar jumlah bahan bakar yang tersedia. Wow, dengan kondisi jalan rusak yang membutuhkan perpindahan transmisi berkali-kali dan juga penggunaan AC sepanjang jalan, saya rasa hal tersebut benar-benar menunjukkan bahwa Datsun Go+ Panca memang layak disebut hemat.

Kondisi semakin pekat ketika malam benar-benar telah sempurna menunjukkan dirinya. Namun kami masih belum memasuki gerbang perbatasan Kaltim-Kalsel sedang jalanan yang kami tempuh semakin tidak bersahabat. Setelah hujan, kami dihadapkan pada tanjakan-tanjakan curam dengan batu-batu yang dilapisi tanah tebal yang sudah menjadi licin. Pada salah satu tanjakan dengan tingkat kecuraman yang cukup besar, Road Captain memerintahkan untuk melewati tanjakan satu per satu sedang mobil lainnya menunggu di bawah.

Satu per satu dari kami mencoba memacu mobil dengan gigi rendah menaiki tanjakan tersebut. Dari arah berlawanan, ada truk besar yang menutupi hingga hampir separuh jalan. Praktis dengan kondisi jalan seperti itu, kami harus lebih berhati-berhati. Perlahan kami pacu, melewati satu dua lubang dengan beberapa slip karena licin. Dengan kondisi menanjak curam seperti itu, mesin 1.2 liter di jantung Datsun Go+ Panca benar-benar dapat diandalkan. Tenaga yang dihasilkan melebihi ekspektasi sebuah LCGC. Memang luar biasa, selalu ada nilai "plus" yang dapat kita andalkan dari mobil ini. Seperti namanya, Datsun Go+ (Plus) Panca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun