Mohon tunggu...
KHALIDA ZIA RAHMAH
KHALIDA ZIA RAHMAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Departemen Studi Kejepangan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

In a world of worriers, be the warrior

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Drama 1 Litre of Tears: Drama Sedih yang Diangkat dari Kisah Nyata

7 Juni 2022   21:55 Diperbarui: 7 Juni 2022   22:46 10942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Wikipedia (https://images.app.goo.gl/2ZejQQezwcona7pE8)

Tak berbeda jauh dari sebuah film yang seringkali digunakan sebagai media penyampaian pesan, drama pun memiliki makna yang sama. Perbedaannya hanya pada durasi waktu yang ditayangkan. Drama memiliki episode-episode yang membedakan setiap waktunya. Namun, walaupun memiliki beberapa babak atau episode, menonton drama bukan suatu hal yang membosankan.

Drama sebagai salah satu media penyampaian pesan juga dapat menjadi media penyampaian pesan kini semakin banyak diminati terutama dikalangan remaja. Banyak dari mereka tertarik dengan drama yang diangkat dari kisah nyata. Melalui dialog, penokohan, dan lain sebagainya, tak jarang drama dapat membuat penontonnya terbawa emosi.

Drama “1 Litre of Tears” yang disutradarai oleh Masanori Murakami merupakan satu diantara banyak drama bergenre romance dan tragedi. Drama ini cukup populer di kalangan masyarakat karena cerita dalam drama ini diadopsi berdasarkan kisah nyata yang mengharukan. Dalam prosesnya, drama ini diproduksi dengan bantuan dokter dan semua nama telah diubah dari nama asli Aya Kitou.

Cerita dalam drama ini dimulai ketika Aya Ikeuchi (Erika Sawariji) mengikuti seleksi masuk SMA Hagashi yang terkenal sebagai SMA favorit di daerah tersebut. Aya mengalami beberapa kendala ketika berangkat sebelum akhirnya ia bertemu Asou yang sama-sama hendak mengikuti seleksi tersebut. Hingga pada akhirnya ia dapat mengikuti tes tersebut walaupun sebelumnya ia terjatuh di tengah jalan.

 Hari berikutnya adalah pengumuman hasil seleksi. Ternyata Aya lolos seleksi masuk sebuah SMA favorit tersebut. Semua bukan tanpa sebab mengapa ia bisa masuk SMA tersebut. Tak lain karena Aya adalah orang yang rajin dan ceria. Aya Ikeuchi adalah seorang gadis yang berusia 15 tahun. 

Aya hidup bersama ayahnya Mizuo Ikeuchi (Takanori Jinnai) dan ibunya Shioka Ikeuchi (Hiroko Yakushimaru). Aya Ikeuchi juga memiliki dua adik perempua yakni Ako Ikeuchi (Riko Narumi) dan Rika Ikeuchi (Ai Miyoshi), selain itu Aya juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Hiroki Ikeuchi (Yuma Sanada). Mereka hidup di rumah sederhana dimana ayahnya memiliki sebuah toko tahu dan ibunya bekerja di bidang perawatan kesehatan.

Pada episode pertama, pesan yang ingun disampaikan yakni untuk terus berusaha menggapai harapan dan cita-cita. Keluarga Aya merupakan keliarga yang sederhana dimana ayahnya hanya berjualan tahu di rumahnya, namun berkat kegigihan Aya dalam belajar dan menggapai cita-cita, ia dapat membanggakan keluarganya dengan masuk SMA favorit yang di cita-citakannya.

Disekolahnya, Aya merupakan siswi yang aktif dalam olahraga basket. Dia mencetak  gol pada menit-menit terakhir yang pada akhirnya mengubah hasil akhir bahwa klub basketnya menang karena itu. Aya juga belajar dengan rajin setiap harinya karena ia tahu sekolahnya merupakan sekolah yang favorit. Hari-hari selanjutnya ia mulai merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya dimana ia sering terjatuh dan gagal mengambil benda dengan tepat.

Aya hidup dengan bahagia bersama keluarga yang harmonis walau kehidupan mereka sederhana. Namun, melihat keanehan yang terjadi dimana Aya sering terjatuh dan kesulitan memakai sumpit membuat ibunya khawatir. Suatu hari, ibunya Shioka memeriksakan Aya ke dokter karena keanehan yang terjadi pada putrinya tersebut. Dokter mengatakan bahwa Aya akan kesulitan berjalan, menulis, dan mengukur jarak. Penyakit tersebut membuat otak kecil Aya me yusut sehingga menyebabkan saraf motoriknya terganggu.

Shioka, ibunya yang mengetahui bahwa Aya didiagnosis mengidap Spinocerebellar Degeneration memncoba untuk mencari pendapat dokter lain tanpa sepengetahuan Aya. Spinocerebellar Degeneration atau biasa dikenal dengan istilah Ataxia merupakan penyakit yang menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan

Konflik dalam drama ini mulai terbentuk ketika tokoh utama yakni Aya Ikeuchi didiagnosis mengidap penyakit langka yang sulit untuk disembuhkan. Walaupun kenyataannya pahit, sebagai seorang ibu, Shioka sangat memperjuangkan nasib anaknya. Dalam kehidupan nyata, seorang ibu tidak akan pernah membiarkan masa depan anaknya tumbang.

Pada babak kedua, Shioka mendatangi beberapa dokter untuk menanyaka  perihal diagnosa anaknya itu. Akan tetapi, Shioka ibu Aya memahami bahwa hasil diagnosis anaknya tidak ada kesalahan. Namun sebagai seorang ibu, Shioka tetap berusaha menutupi kebenarannya dari Aya dan anggota keluarganya. Dalam adegan tersebut terlihat bahwa Shioka tidak ingin membuat Aya bersedih dan terus mendukung Aya yang aktif dalam kegiatan olahraga basket.

Penggambaran sosok ibu dalam drama ini mewakili pandangan masyarakat terhadap kasih sayang seorang ibu yang tiada habisnya. Terutama untuk sang anak, ibu akan rela melakukan banyak hal. Adegan Shioka yang mendatangi beberapa dokter untuk menemukan pengobatan bagi Aya memberikan gambaran bahwa Shioka adalah seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya.

Shioka mulai memberitahu Mizuo suaminya mengenai penyakit langka yang diderita Aya. Sebagai seorang ayah, Mizuo tampak sangat khawatir dan terkejut mengetahui beberapa fakta yang akan terjadi pada anaknya nanti. Mizuo mengatakan akan berusaha berapapun biayanya asalkan anaknya dapat disembuhkan.

Sosok ayah yang digambarkan dalam drama tersebut memberikan pandangan kepada khalayak bahwa seorang ayah walau dengan keterbatasan ekonomi, ia akan terus mengusahakan yang terbaik bagi keluarganya. Mizuo digambarkan sebagai sosok yang humoris dan pekerja keras demi menghidupi dan membahagiakan keluarganya. Sebagai pembuat tahu dan memiliki toko tahu yang sederhana, Mizuo selalu mengusahakan kebutuhan anak-anak serta istrinya.

Dalam realita kehidupan, sosok ayah sebagai kepala keluarga tidak terlepas dari tanggung jawab yang sangat besar. Ayah sebagai tulang punggung keluarga akan mengusahakan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan. Namun, seiring berjalannya waktu tidak sedikit wanita yang turut membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tidak jarang pula dalam keluarga, karir sang istri lebih baik daripada karir suaminya. Hal ini juga terlihat dalam drama “1 Litre of Tears” dimana Shioka bekerja di pelayanan kesehatan sedangkan suaminya, Mizuo bekerja sebagai pembuat tahu dirumahnya.

Mengetahui penyakit Aya, Shioka dan Mizuo bersikap seperti biasanya untuk menutupi kebenarannya. Dibalik sikapnya tersebut, kedua orangtua Aya terus berusaha mencarikan pengibatan yang terbaik untuk Aya. Shioka mulai mengajak Aya untuk kontrol ke rumah sakit dengan alasan cek kesehatan secara rutin agar kegiatannya tidak terganggu.

Pesan yang disampaikan dalam adegan tersebut yakni orangtua adalah sosok yang memperjuangkan anak-anaknya. Tanpa sepengetahuan anak-anaknya, setiap orang tua pasti akan selalu membantu anak-anaknya dengan baik serta mengusahakan bagi anak-anaknya yang terbaik. Kasih sayang orang tua tidak ada tandingannya dibandingkan kasih sayang anak terhadap orang tuanya. Dalam drama tersebut, orang tua Aya berjuang untuk memenuhi pengobatan anaknya yang sakit.

Berdasarkan faktanya, kisah dalam drama ini diangkat dari buku harian yang Aya tulis setiap harinya. Buku harian itu mulai ditulis ketika pertama kali Aya didiagnosis mengdap penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Dokter menyarankan Aya untuk menulis semua yang terjadi pada buku harian untuk melihat kemajuan dan sesuatu yang mungkin akan terjadi seperti perkiraan Aya akan mulai kesulitan berjalan dan menulis.

Aya mulai mengetahui penyakitnya ketika ia bertemu keluarga seseorang yang mengidap penyakit Spinocerebellar Degeneration. Aya juga mulai menyadari beberapa hal yang ia rasakan akhir-akhir ini tampak sama dengan gejala yang terjadi ketika seseorang didiagnosis penyakit tersebut. Gejala yang tampak sama yakni mudah tersandung dan kesulitan mengontrol gerak. Adegan ini mulai menyentuh hati penonton karena tokoh Aya mulai tampak murung setelah menyadari kenyataan yang pahit.

Dalam kisah nyatanya, Aya Kitou didiagnosis mengidap penyakit tersebut pada usia 15 tahun. Pada usia tersebut adalah masa dimana anak-anak sangat aktif dalam kegiatannya dan memikirkan masa depan. Orang tua Aya merasa khawatir atas diagnosis tersebut karena Aya yang masih terlalu muda untuk menerima kenyataan yang pahit mengenai masa depannya nanti.

Peran orang tua terhadap perkembangan anak sangat besar. Dalam beberapa adegan pada drama “1 Litre of Tears” menunjukkan bahwa orang tua selalu peduli terhadap anaknya. Shioka dan Mizuo bahkan melihat kegiatan-kegiatan Aya disekolah seperti paduan suara ketika Aya menjadi seorang bhirama dan ketika Aya bertanding dalam pertandingan persahabatan bola basket, tampak orang tua Aya selalu memberikan dukungan kepada Aya.

Dalam kehidupan sehari-hari, semangat dan dukungan dari orang tua sangat penting bagi mental anak ketiga hendak melakukan suatu hal yang besar. Jika seorang anak mendapatkan dukungan yang cukup dari orang tua, maka seorang anak akan berani melakukan sesuatu yang besar. Adegan ketika orang tua Aya menyempatkan waktu untuk meberikan dukungan pada anaknya ketika bertanding memberikan pesan kepada orang tua yang lain bahwa anak-anak mereka sangat membutuhkan dukunga yang penuh dari orang tua agar anak dapat melakukan yang terbaik. Menyempatkan waktu untuk melihat anak mencapai prestasi akan baik untuk perkembangan anak nantinya.

Setelah mengetahui kenyataannya, Aya bertanya-tanya mengapa ia yang dipilih untuk mengidap penyakit berbahaya itu. Dalam kisah nyata, Aya Kitou menuliskan dalam buku hariannya “Mengapa saya dipilih untuk menerima penyakit ini? Saya tidak dapat mengesampingkan dengan kata-kata seperti nasib”. Aya menangis mengetahui kenyataan itu. Dalam adegan tersebut, penonton dibuat tersentuh hatinya ketika gadis yang baru berusia 15 tahun menderita penyakit yang tidak ada obatnya.

Aya Ikeuchi mulai menerima penyakit tersebut dalam kehidupannya. Dalam waktu yang tersisa, ia tetap tegar setiap harinya dan berusaha sekuat mungkin untuk melakukan hal-hal yang masih dapat ia lakukan. Dukungan dari keluarga pun tidak berhenti mengalir untuk Aya. Disisi lain, Asou Haruto yang merupakan teman sekelas Aya seringkali memberikan semangat kepada Aya agar tidak berhenti untuk berjuang melawan penyakitnya.

Di hari-hari berikutnya, Aya mulai kehilangan keseimbangan dalam bermain basket. Ia juga menjadi lebih sering terjatuh ketika sedang berjalan. Aya tetap tersenyum setiap harinya, bahkan ia disukai oleh seorang kakak kelas bernama Kawamoto yang ia sukai dahulu. Hal itu membuat Aya tetap bahagia meskipun dalam buku hariannya ia mengatakan bahwa ia sangat takut akan hari esok.

Dalam adegan tersebut, pesan yang dapat dibaca dalam drama tersebut yakni jangan mudah untuk putus asa atas kenyataan yang terjadi. Meskipun Aya mengetahui bahwa ia mengidap suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun ia tidak menyerah pada takdir. Aya tetap melakukan yang terbaik yang ia bisa dan menjalani pengobatan dengan baik. Disamping itu, dukungan dari orang tua Aya yang membuat Aya akan terus maju demi kehidupannya.

Semakin hari, gaya berjalan Aya semakin buruk dan aneh. Orang-orang yang melihatnya juga merasa aneh dengan gaya berjalan Aya. Kawamoto mulai meninggalkan Aya ketika mengetahui Aya memiliki penyakit yang aneh. Akan tetapi, dalam drama ini memperlihatkan bahwa cinta akan menerima apapun keadaan orang yang tengah dicintainya. Hal tersebut terlihat ketika Asou Haruto yang diam-diam menyukai Aya tetap berada didekat Aya walau kondisi Aya semakin memburuk setiap harinya.

Konflik mulai terjadi ketika Aya pada akhirnya membutuhkan kursi roda untuk keseharianya. Aya mulai kesulitan berjalan dan lebih sering terjatuh. Mari dan Saki sebagai sahabat Aya rela terlambat untuk masuk kelas demi membantu Aya berjalan menaiki tangga dan membawa kursi roda Aya. Dalam adegan ini, audio yang diberikan menambah suasana yang menyedihkan. 

Pesan yang dapat dibaca dalam adegan tersebut bahwa Aya yang tidak menyerah untuk melanjutkan mimpinya walaupun ia harus berada di kursi roda. Aya yang mulai kesulitan menulis tetap menuliskan banyak puisi pada buku hariannya yang pada akhirnya isi dari buku harian tersebut memberikan inspirasi terhadap banyak orang yang membacanya.

Keadaan Aya yang semakin memburuk membuat Aya harus pindah ke sekolah cacat karena ia tak mau merepotkan sahabatnya. Aya sempat merasa kehilangan harapannya dalam menggapai impiannya untuk dapat membantu orang lain. Dengan keadaannya yang terbatas, ia merasa tak mampu mewujudkan impiannya tersebut. Adegan dalam drama ini memberkan pesan bahwa Aya yang mendapatkan takdir yang pahit namun ia tidak pernah larut dalam kesedihannya.

Dukungan keluarga Aya memberikan gambaran bahwa anak dapat menjadi kuat apabila orang tuanya mendukungnya dalam berbagai keadaan. Drama drama ini penggambaran Aya sebagai sosok yang tidak menyerah pada takdir memberikan motivasi pada penontonnya. Aya yang pada akhirnya tidak dapat berjalan dan berbicara dengan baik tetap mewujudkan impiannya yakni membantu orang lain. Dalam hari-harinya setelah ia kesulitan menulis, ia tetap menuliskan banyak puisi dan kata-kata dalam buku hariannya. Dengan keterbatasannya tersebut, ia bisa mewujudkan impian untuk membantu orang lain dengan tulisannya tersebut. Buku hariannya telah dibaca banyak orang dan menjadikan orang dengan.

Sumber : https://images.app.goo.gl/BPrzvLuV3qMnrAXt9
Sumber : https://images.app.goo.gl/BPrzvLuV3qMnrAXt9

Dalam kisah nyata, pada akhirnya Aya Kitou menuliskan bahwa ia ingin tidur dengan dikelilingi bunga. Tidak lama setelah itu, ia dinyatakan meninggal pada usia 25 tahun. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, Aya telah berhasil mewujudkan mimpinya yakni dapat membantu orang lain. Buku hariannya dibaca oleh seseorang yang mengidap penyakit yang sama dan pembaca tersebut merasa termotivasi dirinya dan berhenti menyalahkan keadaan.

Sumber  Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Aya_Kit%C5%8D#/media/Berkas:Aya_Kit%C5%8D.jpg)
Sumber  Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Aya_Kit%C5%8D#/media/Berkas:Aya_Kit%C5%8D.jpg)

Pengangkatan kisah nyata ini sebagai drama, telah berhasil membuat banyak orang mengerti pesan-pesan yang hendak disampaikan. Salah satunya yakni tidak mudah menyerah pada keadaan yang begitu pahit dan memperjuangkan impian kita dengan baik. Mencoba menerima keadaan yang ada adalah salah satu penghargaan terhadap perjuangan hidup. Pada waktu-waktu tertentu, makam Aya Kitou banyak didatangi oleh peziarah sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangannya.

Aya Kitou lahir pada tanggal 19 Juli 1962 dan wafat pada tanggal 23 Mei 1988 pukul 12.55 waktu Jepang. Kisah hidup Aya Kitou telah mengajarkan makna dari perjuangan, ketabahan, dan tidak menyerah sampai akhir. Meskipun terbatas pada tempat tidur, namun dukungan dari keluarganya tetap ada sampai ia dinyatakan meninggal dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun