Mohon tunggu...
KHALIDA LUBABA SUFA
KHALIDA LUBABA SUFA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga

Aku suka membaca. Mostly bacaan fantasi, lil bit romance would be great! Aku juga suka membaca tentang kebiasaan hewan-hewan di bumi. Kalian tahu lumba-lumba? Mereka tidur dengan satu mata terbuka! Keren bukan?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah dalam Kepingan Salju

15 Januari 2025   11:23 Diperbarui: 15 Januari 2025   11:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku buka dan aku baca kembali surat tersebut. Tertera di sana tentang kehidupannya di tanah tropis. Aneh, semua yang dideskripsikan si Beruang Madu itu sama persis dengan apa yang aku alami dalam mimpiku tadi. Aku terkejut tidak percaya dan hanya dapat membaca apa yang ditulisnya berulang kali. Sampai  mataku bergulir pada sebuah pesan di pucuk surat dengan warna tinta berbeda. "Hmm? Apakah sebelumnya ada tulisan ini?", aku mengernyit. Aku abaikan rasa penasaranku dan segera membacanya sampai selesai. 

"Saudaraku, si Beruang Kutub, kamu tahu dunia ini besar dengan keindahan yang bermacam, bukan? Aku tahu dirimu selalu membayangkan untuk dapat hidup di sini, bersamaku. Pun sama denganku. Aku juga ingin melihat hamparan permadani putih dan merasakan dinginnya salju di tempatmu. Namun, Tuhan menciptakan kita dengan segala perbedaannya sesuai dengan habitat yang kita tinggali sekarang. Buluku mungkin tak setebal milikmu, namun ini membuatku cocok hidup di sini. Begitu juga dengan kamu, kamu memiliki bulu yang lebat yang dapat melindungi dirimu dari dinginnya suhu di kutub. Aku tak bisa membayangkan jika diriku benar-benar hidup di sana dengan buluku yang tipis ini. Mungkin aku akan langsung terkena hipotermia. Aku harap kamu tak berangsur-angsur memendam iri terhadapku, Saudaraku. Karena rumah yang terbaik adalah tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri."

Aku tertegun membaca setiap kata yang ditulis oleh saudaraku."Ya, ini rumahku", ucapku tersenyum sembari memandangi badai salju yang tak kunjung usai. Entah apa yang ingin Tuhan tunjukkan kepadaku melalui mimpi yang anehnya sangat nyata itu. Namun, dari mimpi itu aku belajar untuk selalu bersyukur atas apa yang telah aku miliki. Aku belajar untuk lebih mencintai setiap kepingan salju yang turun, setiap angin dingin yang berhembus dan setiap kenangan yang telah aku lalui di rumah ini. Aku memahami bahwa pada akhirnya, rumah bukan hanya tentang seberapa indah tempat itu, namun tentang dimana hatimu merasa tenang dan bahagia. Oh, aku lupa membersihkan pecahan cangkir!

Biodata singkat: Saya Lubaba. Saya suka menulis fakta-fakta menarik tentang flora dan fauna dengan balutan imajinasi fiksi. Tujuannya agar dapat dipahami dengan mudah oleh khalayak ramai. Kalian tahu lebah? Mereka berkomunikasi dengan menari! Menarik Bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun