Mohon tunggu...
Zaenal Khalid
Zaenal Khalid Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Al-Azhar Mesir Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir.\r\n\r\nchange the world with the words, immortalize the science with writing and familiarize myself to write, because there is no talent but a habit.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berkontribusi dan Mengabadikan Diri

11 Desember 2011   09:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya menurutku hidup itu bukan pilihan, tapi ada pilihan dalam kehidupan. Awalnya semua bermula dari ketidak tahuan, siapa tahu bakal hidup seorang manusia yang diberi nama Zaenal Khalid ini, manusia yang lemah, yang lebih banyak salahnya timbang benernya, yang minim dalam berkontribsi pada kehidupan ini.

Suatu malam, saya dibuat malu sekaligus sadar oleh seseorang yang super menurut saya. Cik gu, kuanggap beliau adalah seorang guru buatku, orang bijak yang aku kenal ini berperangai sopan, bertutur halus, berbudi tinggi dan berpengetahuan luas, kiranya tak berlebihan sanjungan itu untuk kelebihan yang ia miliki. Bukan hanya satu kali aku menemukan pelajaran darinya, selama kenal dengannya dan kurang lebih setengah tahun hidup seatap dengannya, banyak pelajaran yang aku dapati untuk memaknai hidup dan menjalaninya.

Di malam itu kami sedang makan bareng, dinner dengan menu tom yam dalam satu wadah besar, makan malam berjama'ah dengan delapan tangan  yang bersendok, bersaing dalam rangka memenuhi perut. rame bukan main dan indah luar biasa.

biasanya ketika hidangan sudah mulai habis, satu persatu mulai pergi membasuh sendok atau tangan agar terhindar dati tugas memcuci wajan besar bekas makan itu, siapa yang terakhir maka tugas cuci adalah bagiannya.

Sebelumnya ketika makan seperti itu, aku selalu pergi meninggalkan kumpulan up date perut lebih dulu, atau setidaknya tidak menjadi orang terakhir yang terkena hukumam mencuci wajan, tapi ketika itu, karna perut masih belum penuh dan lidah mesih merasakan nikmatnya tom yam, malam itu aku dan beliau _the cik gu yang kuceritakan tadi_  adalah peserta terakhir yang mampu bertahan, akhirnya ketika makanan sudah habis dilahap, akupun menganbil wajan itu untuk dicuci karna malu jika beliau yang mencucinya. tatkala wajan itu ku ambil, sang cik gu pun merebutnya, "Biar aku  yang cuci, malu aku belum memberikan kontribusi apapun." Subhannalah gumamku dalam hati, kau memang cik gu. "Jika semua orang mempunyai pikiran seperti itu, pasti kita akan maju" timpalku menjawab kata-kata beliau.

Sehari dua hari setelah makan malam itu, aku menanyakan pada diriku sendiri, "Kontribusi apa yang telah aku berikan  pada kehidupan ini?". Setelah ku cari ternyata tidak ada. mungkin saja ada, tapi kontribusiku paling seberapa, dan itupun habis untuk membayar kesalahanku yang bisa menghancurkan kehidupan ini.

MENULIS, ya menulis menurutku adalah kontribusi besar meskipun kelihatannya kecil, bukan hal asing bagi kita dalam sejarah bahwa goresan pena telah memberikan sumbangsih yang begitu besar untuk kemajuan hidup ini baik fiksi maupun non fiksi, tak terbayang jika tidak ada tulisan di kehidupan ini, mungkin pengetahuan akan terkebiri pada satu masa, tak akan ada continuitas untuk masa selanjutnya, bagaimana karya-karya besar dari orang besar terdahulu telah memberikan kontribusi bagi generasi selanjutnya hingga sekarang, berapa banyak ilmu yang kita ambil dari karya-karya beliau itu. Ilmu diabadikannya dengan pena dan sipemegang pena pun terabadikan oleh karyanya.

Sebagai contoh, sebut saja Herodotus yang dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat dengan “The Histories”nya, yang berarti "penyelidikan" dalam bahasa Yunani. Buku ini dianggap karya pertama sejarah dalam sastra Barat atau plato sang bapak filsafat yang telah menyelamatkan filsafat socrates dan terkenang abadi bersama karyanya atau kahlil gibran bagaimana berkat karyanya beliau bisa dikenang hingga sekarang. Masih banyak lagi yang tak kalah kontribusinya seperti imam Bukhari, imam Muslim bagai mana sumbangsihnya yang begitu besar terhadap Islam serta ulama-lama lainnya yang semoga Allah membalas kebaikannya dengan berlipat ganda. Amiin....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun