Mohon tunggu...
Khalda Khairunnisa Fitriani
Khalda Khairunnisa Fitriani Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Universitas Muhammadiyah Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Periklanan Obat Batuk dan Pilek

25 Juni 2024   17:29 Diperbarui: 25 Juni 2024   18:52 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kelompok 8

Dosen Pengampu : Agus Hermanto, M.I.Kom

Mata Kuliah : Pengantar Advertising

Nama Anggota Kelompok :

  • Nabila Fitriani { 23010400099 }
  • Khalda Khairunnisa Fitriani { 23010400103 }
  • Humairah Azzahra { 23010400125 }

Analisis Iklan Obat Batuk & Flu

Iklan merupakan pengumuman publik atas penjualan barang atau jasa yang dimuat di media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum. Oleh karena itu, secara sederhana iklan dapat diartikan sebagai permintaan informasi atau menarik perhatian khalayak terhadap suatu pesan (Wijaya et al, 2016).

Beragam produk ditawarkan dalam iklan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan fisik sementara , antara lain: peralatan kecantikan, makanan, minuman, obat-obatan, pakaian, dan kendaraan. Melalui iklan-iklan yang kita jumpai sehari-hari, tidak hanya pemilihan obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan, mengobati, dan memelihara kesehatan saja, namun pola perilaku dalam memilih kebutuhan masyarakat juga dapat terpengaruh (Rachmawati, 2011).

Sesuai Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 8 Tahun 2017,  Iklan yang dipasang harus memenuhi syarat objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan. Studi yang dilakukan oleh Titani di Kota Batu pada tahun 2019 menemukan bahwa ketiga indikator yang diteliti dalam survei tersebut terarah, lengkap, dan tidak menyesatkan (Tani et al, 2019). Penayangan iklan obat di media elektronik yang tidak mematuhi peraturan periklanan dapat menimbulkan kesalahpahaman masyarakat mengenai penggunaan obat untuk pengobatan sendiri.

Terdapat kekhawatiran bahwa penayangan iklan farmasi di media elektronik tanpa adanya penyaringan lebih lanjut berpotensi menimbulkan kesalahan dalam perilaku pengobatan mandiri masyarakat. Berdasarkan data Riset Dasar Kesehatan Nasional (2013), sebanyak 103. 860 rumah tangga atau 35,2% rumah tangga di Indonesia menyimpan obat-obatan untuk pengobatan mandiri, sehingga masyarakat lebih cenderung melakukan pengobatan mandiri karena obat-obatan tersedia di rumah.

Salah satu obat yang banyak beredar tanpa resep dokter atau dikenal dengan obat bebas adalah obat batuk. Iklan di media elektronik mempengaruhi pilihan obat masyarakat. Iklan di media elektronik mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk persepsi masyarakat dibandingkan media lainnya, karena iklan sering dilakukan oleh produsen melalui media elektronik seperti televisi, radio, dan internet (Kartika & Arif, 2020). Kesalahan dalam pemilihan obat akibat pengaruh iklan dapat menimbulkan dampak yang luas, mulai dari kegagalan dalam menyembuhkan gejala penyakit hingga berkembangnya efek samping obat yang tidak diinginkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kami menyelidiki pengaruh iklan obat batuk di media elektronik terhadap pemilihan obat untuk pengobatan sendiri. Survei dilakukan berada di dekat toko serba ada dan apotek. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak iklan obat batuk di media elektronik terhadap pemilihan obat pengobatan mandiri di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun