Mohon tunggu...
Khakim Mutorik
Khakim Mutorik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis. Konten favorit menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Peserta Didik

2 Juli 2024   21:23 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:56 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan peserta didik merupakan proses perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman[1]. Perkembangan ini mencakup aspek fisik, kognitif, emosional, sosial, dan moral. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal

a. Genetik

Faktor genetik memainkan peran penting dalam perkembangan peserta didik. Gen yang diwarisi dari orang tua dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan, termasuk kecerdasan, kepribadian, dan bahkan kecenderungan terhadap penyakit tertentu[2]. Meskipun gen bukan satu-satunya penentu, namun memberikan dasar bagi potensi perkembangan individu.

b. Kematangan Biologis

Kematangan biologis mengacu pada perkembangan fisik dan neurologis yang terjadi seiring bertambahnya usia. Proses ini mempengaruhi kemampuan anak untuk melakukan berbagai tugas dan keterampilan. Misalnya, kematangan otak memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan berpikir abstrak[3].

c. Temperamen

Temperamen adalah karakteristik perilaku bawaan yang muncul sejak awal kehidupan. Ini mencakup tingkat aktivitas, reaktivitas emosional, dan kemampuan beradaptasi dengan situasi baru. Temperamen dapat mempengaruhi bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana mereka merespons pengalaman belajar[4].

d. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah dorongan internal untuk belajar dan berkembang. Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik yang kuat cenderung lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih baik[5]. Motivasi ini dapat dipengaruhi oleh minat, rasa ingin tahu, dan keinginan untuk menguasai keterampilan tertentu.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama dan paling berpengaruh dalam perkembangan anak. Faktor-faktor seperti gaya pengasuhan, hubungan antar anggota keluarga, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak[6]. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang suportif dan stimulatif cenderung memiliki perkembangan yang lebih optimal[7].

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah memainkan peran penting dalam perkembangan akademik, sosial, dan emosional peserta didik. Faktor-faktor seperti kualitas pengajaran, kurikulum, iklim sekolah, dan interaksi dengan guru dan teman sebaya dapat mempengaruhi motivasi belajar, prestasi akademik, dan perkembangan keterampilan sosial[8]. Sekolah yang menyediakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif cenderung mendukung perkembangan peserta didik secara lebih komprehensif.

c. Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya menjadi semakin penting seiring bertambahnya usia anak, terutama selama masa remaja. Interaksi dengan teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan bahkan akademik. Teman sebaya dapat menjadi sumber dukungan, namun juga dapat memberikan pengaruh negatif jika terjadi tekanan kelompok yang tidak sehat[9].

d. Teknologi dan Media

Di era digital ini, teknologi dan media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan peserta didik. Akses terhadap informasi, penggunaan perangkat digital, dan paparan terhadap berbagai konten media dapat mempengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi anak[10]. Meskipun teknologi dapat menyediakan peluang pembelajaran yang baru, penggunaan yang berlebihan atau tidak terkontrol dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial dan emosional.

e. Budaya dan Masyarakat

Konteks budaya dan masyarakat tempat anak tumbuh dapat mempengaruhi nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku mereka. Norma-norma budaya, harapan sosial, dan sistem kepercayaan dapat membentuk identitas dan cara pandang anak terhadap dunia[11]. Perbedaan budaya juga dapat mempengaruhi gaya belajar dan cara anak berinteraksi dengan orang lain.

f. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Faktor-faktor seperti pendapatan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, dan akses terhadap sumber daya dapat mempengaruhi nutrisi, perawatan kesehatan, kualitas pendidikan, dan peluang pengembangan diri yang tersedia bagi anak[12]. Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya pendidikan dan pengalaman yang memperkaya.

g. Peristiwa Hidup dan Pengalaman

Peristiwa hidup yang signifikan, baik positif maupun negatif, dapat mempengaruhi perkembangan anak. Pengalaman seperti pindah rumah, perceraian orang tua, kehilangan orang yang dicintai, atau trauma dapat berdampak pada perkembangan emosional dan sosial anak[13]. Di sisi lain, pengalaman positif seperti keberhasilan dalam bidang tertentu atau hubungan yang suportif dapat meningkatkan kepercayaan diri dan resiliensi.

h. Nutrisi dan Kesehatan

Nutrisi yang adekuat dan kesehatan yang baik sangat penting untuk perkembangan optimal anak. Kekurangan gizi atau masalah kesehatan kronis dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif[14]. Sebaliknya, diet yang seimbang dan gaya hidup sehat mendukung pertumbuhan fisik, fungsi otak, dan kemampuan belajar.

Kesimpulan

Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal. Meskipun beberapa faktor seperti genetik tidak dapat diubah, banyak faktor eksternal yang dapat dimodifikasi untuk mendukung perkembangan optimal. Pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan perlu memahami berbagai faktor ini untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan holistik peserta didik. Penting untuk diingat bahwa setiap anak adalah unik dan mungkin merespons faktor-faktor ini secara berbeda. Pendekatan yang individualisasi dan mempertimbangkan kebutuhan spesifik setiap anak sangat penting dalam mendukung perkembangan mereka[15].

Footnotes Refrensi:

[1] Santrock, J. W. (2011). Life-span development (13th ed.). McGraw-Hill.

[2] Plomin, R., DeFries, J. C., Knopik, V. S., & Neiderhiser, J. M. (2016). Top 10 replicated findings from behavioral genetics. Perspectives on Psychological Science, 11(1), 3-23.

[3] Berger, K. S. (2018). The developing person through childhood and adolescence (11th ed.). Worth Publishers.

[4] Rothbart, M. K., & Bates, J. E. (2006). Temperament. In N. Eisenberg (Ed.), Handbook of child psychology: Vol. 3. Social, emotional, and personality development (6th ed., pp. 99-166). Wiley.

[5] Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist, 55(1), 68-78.

[6] Bronfenbrenner, U., & Morris, P. A. (2006). The bioecological model of human development. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology: Theoretical models of human development (pp. 793-828). Wiley.

[7] Bradley, R. H., & Corwyn, R. F. (2002). Socioeconomic status and child development. Annual Review of Psychology, 53(1), 371-399.

[8] Eccles, J. S., & Roeser, R. W. (2011). Schools as developmental contexts during adolescence. Journal of Research on Adolescence, 21(1), 225-241.

[9] Brown, B. B., & Larson, J. (2009). Peer relationships in adolescence. In R. M. Lerner & L. Steinberg (Eds.), Handbook of adolescent psychology (3rd ed., pp. 74-103). Wiley.

[10] Subrahmanyam, K., & Smahel, D. (2011). Digital youth: The role of media in development. Springer.

[11] Rogoff, B. (2003). The cultural nature of human development. Oxford University Press.

[12] Duncan, G. J., & Murnane, R. J. (Eds.). (2011). Whither opportunity?: Rising inequality, schools, and children's life chances. Russell Sage Foundation.

[13] Masten, A. S., & Narayan, A. J. (2012). Child development in the context of disaster, war, and terrorism: Pathways of risk and resilience. Annual Review of Psychology, 63, 227-257.

[14] Prado, E. L., & Dewey, K. G. (2014). Nutrition and brain development in early life. Nutrition Reviews, 72(4), 267-284.

[15] Tomlinson, C. A. (2014). The differentiated classroom: Responding to the needs of all learners (2nd ed.). ASCD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun