Ketika hati sedang gundah, ketika relung sukma telah meronta dan ketika pikiran terus mengikis dan berubah menjadi harapan, semuanya hanya terlampiaskan dalam perasaan.
Seketika jeritan-jeritan ilusi hanya mampu diperdengarkan oleh kalbu, seketika emosi hanya mampu terlampiaskan dengan helaan, dan seketika rasa hanya mampu terpendam tak bertuan.
Semuanya lirih menyatu dalam diam, semuanya tertata dalam khayalan dan semuanya terlampiaskan pada risalah tak bernada.
Lalu perlahan mata terpejam, nafas terhela dan pikiran terpaku pada sebuah harapan, seketika hati berkata, tuhan, kusampaikan semuanya pada doa.
Tuhan, terimakasih atas sebuah rasa, terimakasih atas sebuah risalah yang tak bernada hingga rindu yang tak berujung, bagaikan sang bulan yang tak lelah untuk membalas kerinduan pada sang pungguk.
Lalu sejenak ku terdiam tanpa kata yang terucap, namun hati berteriak, kusapa engkau dalam doa.
Khairu | KomBes, 28 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H