Mohon tunggu...
Khairu Syukrillah
Khairu Syukrillah Mohon Tunggu... Relawan - Aceh | khairuatjeh@gmail.com | IG @khairusyukrillah

Berbuat baiklah bukan karena surga, tapi karena tuhan sudah sangat baik kepada kita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Grinting Menuju Desa Pengemas

14 Januari 2020   12:00 Diperbarui: 14 Januari 2020   13:36 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Teh Rempah Hasil Olaha Grinting | dokpri

Desa Grinting merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan klasifikasi perkotaan. 

Secara geografis seluruh wilayah Desa Grinting terletak di dataran rendah hingga daerah pinggiran pantai dengan ketinggian rata-rata sekitar 5 meter diatas permukaan air laut (Mdpl) dengan luas +/- 1.475,981 Ha. Perbatasan desa sebelah utara adalah Laut Jawa, sebelah selatan Jalan Raya Pantura, sebelah barat Desa Kluwut dan Desa Krakahan serta sebelah timur Desa Pulogading dan Desa Bulakamba.

Sebagai salah satu desa yang berada di kawasan pesisir Pantai Utara Jawa, maka Desa Grinting memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang perikanan, baik perikanan budidaya tambak maupun perikanan non budidaya. Luas kawasan daerah pertambakan tersebut sebesar 596,340 ha atau sebesar 40,59% dari luas total wilayah desa.

Penduduk Desa Grinting sebagian besar merupakan masyarakat bersuku jawa beragama islam dan menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dilihat dari data monografi desa tahun 2017, jumlah penduduk Desa Grinting jika dirinci secara jiwa berjumlah 17.024 jiwa dengan 5618 kk yang mendiami 4480 bangunan rumah dengan rincian 1505 unit rumah tembok permanen, 690 unit semi permanen dan 50 unit sederhana.

Tingkat kesejahteraan penduduk diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, diantaranya miskin, menengah dan sejahtera. Secara angka dirinci untuk kategori miskin sejumlah 936 kk, kemudian kategori menengah sejumlah 2311kk dan kategori sejahtera sejumlah 2311 kk. 

Menurut tingkat pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat tergolong rendah yaitu sebanyak 5.796 orang belum tamat SD, tingkat pendidikan tertinggi yang paling banyak dimiliki penduduk Desa Grinting adalah lulusan SD yaitu 6.738.

Selain itu, dilihat dari jenis mata pencahariannya penduduk Desa Ginting didominasi oleh buruh tani sebanyak 4.340 orang atau sebesar 40% serta petani dan peternak sebanyak 2.930 orang atau sebesar 27%. Berdasarkan data di atas, penopang perekonomian penduduk Desa Grinting didominasi oleh buruh tani, petani, perikanan tambak, peternakan, perdagangan dan lain-lain.

Potensi Alam dan Manusia

Secara potensi alam, Desa Grinting terbagi kedalam dua dimensi utama, yaitu Pertanian dan Perikanan Darat yang dapat dikelola menjadi sumber potensi utama desa. Potensi dari segi pertanian, terlihat dari lahan subur dengan luasan total 487.650 Ha yang diperuntukan sebagai lahan persawahan dan bawang merah oleh petani.

Secara perkembangan produksinya, bisa dikatakan potensi ini dapat mensejahterakan masyarakat. Setiap tahun siklus untuk tanaman terabagi tiga, diantaranya padi satu kali panen dan bawang merah bisa dua kali panen, sisanya diselingi oleh palawija. Hasil dari potensi pertanian ini dapat menopang kehidupan sebagian masyarakat desa dari hasil penjualan. Tantangan dari potensi ini adalah kendala dari segi pengairan yang belum maksimal.

Potensi selanjutnya adalah potensi dari segi perikanan darat atau produksi perikanan tambak yang didukung oleh luas lahan tambak seluas 709.121 Ha. Historikal produksi perikanan tambak masyarakat Desa Grinting didominasi oleh komoditas budidaya yaitu ikan bandeng, dengan pencapaian produksi rata-rata sekitar 3-5 kuwintal per hektar. 

Sekitar tahun 1984-1986 masyarakat Desa Grinting diperkenalkan dengan jenis komoditas udang windu. Saat itu terjadi pencapaian produksi budidaya udang windu yang sangat pesat dan mengalami blooming dengan produksi rata-rata sebesar 1 ton per hektar melalui pola semi intensif pada tahun pertama.

Namun seiring berjalannya waktu produksi udang windu mengalami penurunan, yaitu pada tahun 1988 didapat hasil rata-rata sebesar 7,5 kuwintal per hektar dan pada tahun 1989 hanya didapat produksi rata-rata sebesar 3 kuwintal per hektar. 

Hingga akhirnya pada tahun 1990 produksi budidaya udang windu mengalami gagal panen dan dihentikan hingga sekarang dengan alasan tingginya pencemaran yang disebabkan karena pemaikaian obat-obatan dan juga kegiatan budidaya yang melupakan kaidah-kaidah daya dukung lingkungan sehingga mengakibatkan penurunan kualitas tanah pertambakan. Kini masyarakat hanya mengandalkan dari budidaya bandeng dan selebihnya berharap dari perikanan tangkap (sungai & laut).

Dok. Kondisi Hutan Mangrove | dokpri
Dok. Kondisi Hutan Mangrove | dokpri
Selain dari dua dimensi potensi alam diatas, terdapat juga potensi yang dimiliki oleh masyarakat yaitu keberadaan mangrove berjenis Rhizophora mucronata (Lamk) dari suku Rhizophoraceae, Avicennia marina (Forsk) dari suku Avicenniaceae dan Acanthus ilicifolius (Lamk) dari suku Acanthaceae yang telah dikembangkan oleh petani tambak yang tergabung di dalam Kelompok Tani Hutan binaan dari Dinas Kehutanan dengan nama Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) Desa Grinting pada tahun 2007 silam dan masih terus dikembangkan hingga saat ini dengan dibantu oleh organisasi pemuda yang ada di desa seperti Pokdarwis, Karang Taruna, Pramuka, KPPMG, Forum Paguyuban dll yang juga didukung oleh Pemerintahan Desa Grinting.

Dok. Konidisi pemandangan susur sungai menuju mangrove | dokpri
Dok. Konidisi pemandangan susur sungai menuju mangrove | dokpri
Desa ini juga memiliki potensi sumber daya manusia sebagai objek untuk memanfaatkan potensi yang ada. Potensi ini dapat dibagi menjadi dua fokus utama, yaitu potensi SDM internal dan SDM eksternal. 

Potensi SDM internal yaitu potensi yang dimiliki oleh struktural pemerintahan desa beserta lembaga yang ada didalamnya. Diantaranya BPD, LPM, PKK dan Karang Taruna. Semua organisasi ini selalu bersinergi disetiap kegiatan yang diselenggarakan oleh desa.

Selain itu ada SDM eksternal yaitu SDM yang diluar dari struktural pemerintahan. Desa Grinting memiliki organisasi masyarakat yang juga aktif dan turut serta dalam mensinergikan pembangunan di antaranya: Relawan SID, Pokdarwis Garuda Jaya, Pramuka Gugus Depan Teriorial, KPPMG (Keluarga Pemuda Pelajar Mahasiswa Grinting), Pemuda Muhhammadiyah, Pemuda NU, Fatayat NU, Aisyiah, Banser NU dan Forum Komunikasi Antar Paguyuban (FKAP) yang menaungi 22 Paguyuban di Desa Grinting, GRINJAK, Forum Penggiat Sosial Media, Forum Peduli Pendidikan / Gerakan Kembali Bersekolah dan masih banyak lainnya yang semua organisasi ini bersinergi ketika ada kegiatan apa saja yang diselenggarakan.

Dok. Pelantikan Pramuka Penegak Laksana Gugus Depan Teritorial Grinting | dokpri
Dok. Pelantikan Pramuka Penegak Laksana Gugus Depan Teritorial Grinting | dokpri
Mengubah Stigma Desa Pengemis Menuju Desa Pengemas
Dari potensi yang dimiliki Desa Grinting, berbanding terbalik dengan stigma yang melekat pada desa ini dengan brand image sebagai desa pengemis. Sejarah Desa Grinting dicap sebagai desa pengemis bermula pada awal tahun 80-an dikenal sebagai kampung pengemis karena banyaknya warga yang bermigrasi ke kota-kota besar, khususnya Jakarta, untuk menjadi pengemis. 

Namun stigma kampung pengemis seakan terus tertancap dalam hingga kini. Hal ini terus menerus diberitakan oleh media lokal maupun nasional ketika masuk bulan Ramadhan. Sehingga bisa dikatakan stigma tersebut tidak dapat begitu saja dihilangkan dari pemikiran orang luar desa untuk melabelkan Desa Grinting. 

Sehingga berawal dari stigma Desa Pengemis yang terus menerus melekat di Desa Grinting ini, kini melalui potensi yang ada, Desa Grinting terus berbenah dengan memaksimalkan baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Desa Grinting kini bangkit dengan semangat baru menuju Desa Pengemas.

Melalui dobrakan dari Pemerintah Desa Grinting yang didukung oleh Dana Desa dan Alokasi Dana Desa, APBdes, Bankeu dll, kini pembangunan insfrastruktur terus dikebut. Selain itu juga penguatan masyarakat terus dilakukan. Sinergisitas antara organisasi masyarakat terus dilakukan. Kegiatan besar juga dilaksanakan, bukan hanya event lokal tapi juga event nasional guna menguatkan stigma bahwa desa grinting  merupakan desa pengemas.

Ditangan ibu-ibu PKK, kini Desa Grinting memiliki produk olahan hasil tambak dan pertanian diantaranya Bandeng Fresto, Bandeng Isi, Telor Asin, Bawang Goreng Rasa, Stik Bandeng, Nasi Bandeng, Teh Rempah, Kripik Ranaman Obat (Kripik Taobat), Sambel Bawang dll yang semuanya dikemas apik dan dipasarkan bukan hanya pasar lokal tapi juga nasional. Semua olahan ini mensinergikan baik petani tambak, petani bawang hingga ibu-ibu yang kreatif untuk pengolahan, dan pada posisi sisi ini telah mengurangi pengangguran terutama ibu-ibu.

Dok. Teh Rempah Hasil Olaha Grinting | dokpri
Dok. Teh Rempah Hasil Olaha Grinting | dokpri
Selain itu keaktifan pemuda juga menunjang dengan "pengemasan"  kegiatan-kegiatan yang positif, diantaranya setiap tahun dilakukan pengkaderan pemuda lintas organisasi, kemudian menciptakan event-event yang bertujuan untuk terus menggali dan mempromosikan potensi yang dimiliki oleh Desa Grinting, seperti potensi alam dengan mangrove yang dibumingkan oleh teman-teman Pokdarwis Garuda Jaya dan dibantu organisasi lintas kepemudaan yang ada.

Melalui pengemasan-pengemasan secara kegiatan maupun produk, ada sebuah keyakinan bahwa stigma Desa Pengemis dapat terus dipatahkan. Sebuah perubahan akan datang apabila ada sinergisitas dan komitmen bersama. Modal inilah yang dimiliki oleh warga masyarakat Desa Grinting untuk terus berjuang menuju Desa Grinting Desa Pengemas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun