Kalian pasti sering mendengar kata konflik bukan? Sebelum memasuki pembahasan mengenai cara empati menyelesaikan konflik, hendaknya kita mengetahui pengertian dari konflik itu sendiri. Konflik diartikan sebagai pertentangan dan perselisihan. Hal itu tentunya sangat dihindari karena dianggap sebagai gangguan. Mesikupun begitu, konflik adalah sesuatu yang tidak akan terpisahkan dari kehidupan manusia. Konflik dapat terjadi kapanpun, di manapun, dan oleh siapapun. Konflik tidak hanya disebabkan oleh pihak lain, konflik juga sering kali disebabkan karena adanya kesalahpahaman atau kegagalan dalam berkomunikasi. Selain karena kegagalan berkomunikasi, konflik juga dapat terjadi karena adanya perbedaan identitas yang dibawa masing-masing individu dalam interaksi sosial seperti perbedaan pendapat, perbedaan sikap, dan bahkan perbedaan keyakinan. Konflik merupakan sesuatu yang umum  ditemukan di masyarakat. Namun, tidak semua konflik harus berakhir dengan perpecahan. Empati merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik. Dengan empati, akan tercipta solusi yang tepat dan tercipta kedamaian. Dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana empati dapat membantu menyelesaikan konflik.
- Pengertian Empati
Setelah mengetahui apa itu konflik, selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian empati. Empati adalah tindakan emosional yang dihasilkan Ketika kita memahami keadaan, perasaan, dan emosi orang lain. Menurut Daniel Goleman, empati adalah salah satu komponen utama dari kecerdasan emosional yang memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain secara lebih efektif. Empati berperan penting dalam mengembangkan pemahaman sosial dan perilaku sosial yang positif dan lebih baik. Seseorang dengan tingkat empati yang tinggi lebih memungkin untuk dapat merasakan apa  yang dirasakan orang lain. Sebaliknya, jika seseorang mempunyai empati yang rendah  maka ia akan kesulitan membangun hubungan dengan orang lain, tidak mampu memahami emosi orang lain, dan  tidak mampu memahami kondisi orang lain.
- Aspek-aspek empati
Menurut Baron-Cohen dan Wheelwright (2004) empati dibagi menjadi dua aspek pendekatan, yaitu pendekatan afektif dan pendekatan kognitif. Pendekatan afektif ditunjukkan ketika respon perasaan seseorang lebih dominan saat menghadapi perasaan dan emosi orang lain, sedangkan dalam pendekatan kognitif pemahaman individu lebih menonjol dalam menanggapi atau memahami perasaan orang lain. Singkatnya, pendekatan afektif lebih menyentuh perasaan dan pendekatan kognitif berdasarkan pemahaman perasaan orang lain. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pendekatan afektif dan kognitif.
- Empati Afektif:
Orang-orang yang memiliki empati afektif biasanya lebih mampu memahami dan merespons dengan tepat terhadap perasaan orang lain ketika berada dalam situasi mental tertentunya. Saat individu dengan empati afektif menghadapi kondisi mental orang lain seperti korban kejadian malang, mereka akan merasa dan turut bersimpati atas emosi dan kesedihan yang dirasakan oleh korban tersebut. Contoh kecilnya ketika kita melihat teman kita menangis karena kehilangan bukunya, kita ikut merasakan kehilangan dan sedih, lalu kita merangkul teman kita dengan penuh kasih sayang.
- Empati Kognitif:
Empati kognitif mengarah kepada kemampuan untuk mengerti sudut pandang orang lain dan mengenali perasaan dan emosi orang lain. (Gordon, dkk., 2014) menyampaikan bahwa empati kognitif merupakan kemampuan untuk memahami serta menonjolkan toleransi terhadap sudut pandang orang lain. Empati kognitif berkembang sesuai dengan pertambahan usia individu. Contoh kecilnya yaitu saat teman kita merasa sedih dan kecewa karena tidak paham materi yang disampaikan oleh guru, kita membantu teman kita untuk menyampaikan materi dengan pelan-pelan agar teman kita paham. Tindakan tersebut termasuk empati kognitif karena bersifat rasional dan solutif.
- Peran empati dalam menyelesaikan konflik
Lalu, bagaimana peran empati dalam menyelesaikan konflik? (Jolliffe & Farrington, 2011) menyatakan bahwa empati dapat membantu membangun interaksi sosial yang positif dan mendukung di antara siswa, sehingga dapat menghasilkan lingkungan sekolah yang lebih aman serta menurunnya tingkat perundungan secara signifikan. Van Noorden et al. (2015) juga berpendapat bahwa empati merupakan salah satu bagian yang penting dari keterampilan sosial. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai peran empati dalam menyelesaikan konflik.
- Empati dapat menguatkan hubungan
Mengapa empati dapat menguatkan hubungan? karena empati membantu kita berkomunikasi lebih dalam antara satu sama lain. Ketika komunikasi mulai dalam dan lawan bicara merasa didengar, adanya konflik dapat dicegah dan diatasi. Kepercayaan pada lawan bicara biasa muncul ketika seseorang merasa benar-benar dipahami. Empati meningkatkan kepercayaan dalam hubungan dengan memberi mereka tempat untuk berbicara tanpa khawatir tentang pendapat orang lain. Dengan memahami perasaan dan pengalaman satu sama lain, kita dapat membangun tempat perlindungan di mana kita dapat menjadi lebih tenang.
Empati juga membantu mencegah kesalahpahaman saat berbicara. Dengan mengetahui sudut pandang dan perasaan satu sama lain, situasi ini dapat diatasi dengan lebih baik dan risiko konflik dapat dikurangi. Walaupun konflik adalah bagian yang tak terhindarkan dalam setiap interaksi sosial, rasa empati dapat mengubah hal itu menjadi kesempatan untuk saling berkembang dan memahami satu sama lain. Saat kita menunjukkan empati, secara tidak langsung kita telah menciptakan hubungan yang lebih erat dengan orang lain. Selain itu, empati memiliki peran penting dalam memperkuat hubungan memperbaiki hubungan.
- Empati dapat mengurangi ketegangan emosional
Konflik sering kali muncul dengan perasaan yang kuat seperti marah, kesulitan atau kesedihan. Dengan menunjukkan empati kepada orang lain, kita dapat membantu meredakan perasaan negatif tersebut, sebab ketika seseorang merasa dihargai dan dipedulikan, mereka akan menjadi lebih tenang dan terbuka dalam berkomunikasi. Jika kita memiliki empati dan mampu melihat kebaikan orang lain, akan tercipta situasi yang positif yang membantu mengurangi konflik. Ini juga bisa memperkuat rasa saling menghargai satu sama lain. Ketika situasi positif sudah terbentuk, ketegangan akan berkurang dan konflik dapat tercegah lebih awal.
- Empati dapat membangun komunikasi yang efektif
Komunikasi dikatakan baik apabila dilakukan secara efektif. Komunikasi yang efektif terjadi ketika pesan kita berhasil diterima  oleh lawan bicara. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang atau kelompok lain, komunikasi memegang peranan penting dalam membangun hubungan. Kita harus memiliki empati dan peka terhadap perasaan lawan bicara, terutama ketika lawan bicara sedang dalam situasi yang buruk seperti marah, kecewa, atau dalam berbagai situasi lainnya. Sebelum menjalin komunikasi atau mengirimkan pesan, harus ada pengertian dan empati dari pihak penerima pesan  agar pesan sampai ke penerima tanpa ada hambatan atau hambatan psikologis.
- Kesimpulan
Konflik adalah pertentangan dan perselisihan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dapat terjadi kapanpun, di manapun, oleh siapapun. Konflik biasa tercipta karena kesalahpahaman, kegagalan dalam berkomunikasi, dan perbedaan identitas individu dalam interaksi sosial. Empati merupakan kunci yang dapat membantu menyelesaikan konflik, Â karena empati adalah respons emosional yang didapat dengan memahami perasaan orang lain.