1.1 Ngelmu Rasa (Ilmu Rasa Sejati)
   Ngelmu rasa adalah pengetahuan batin yang mengajarkan bagaimana manusia dapat mengenali dan memahami perasaan serta dorongan batinnya. Konsep ini mengajarkan untuk menyeimbangkan akal dan perasaan, serta menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain.Â
Dalam konteks pencegahan korupsi, ngelmu rasa mendorong seseorang untuk tidak terjebak dalam godaan untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan cara yang merugikan orang lain. Dengan memiliki kesadaran batin yang tinggi, individu akan dapat menahan diri dari godaan korupsi karena mereka mampu merasakan dampak negatif dari perbuatannya terhadap masyarakat.
1.2 Urip Sak Madya (Hidup Sederhana Tetapi Cukup)
   Ajaran urip sak madya mengajarkan prinsip hidup sederhana dan tidak berlebihan. Dalam pandangan Ki Ageng Suryomentaram, hidup yang penuh kesederhanaan membawa kedamaian batin dan jauh dari hawa nafsu yang dapat mendorong perilaku korupsi.Â
Konsep ini sangat relevan untuk mengatasi kecenderungan manusia yang terobsesi dengan kekayaan, kekuasaan, dan status sosial. Dengan memahami dan menginternalisasi nilai urip sak madya, individu akan lebih mudah untuk hidup dengan rasa cukup dan tidak tergoda untuk melakukan korupsi demi mencapai ambisi pribadi.
1.3 Pengendalian Hawa Nafsu
   Salah satu ajaran utama dalam kebatinan Ki Ageng Suryomentaram adalah pentingnya pengendalian hawa nafsu. Nafsu yang tidak terkendali dapat membawa manusia pada perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, termasuk perilaku korupsi.Â
Dalam ajarannya, beliau mengajarkan bagaimana setiap individu harus mampu mengendalikan nafsu dan lebih mengutamakan kebajikan serta kepentingan orang banyak. Pengendalian diri ini tidak hanya relevan dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan politik, di mana seorang pemimpin atau pejabat publik yang memiliki pengendalian diri yang baik akan cenderung menjauhi perilaku korup.
2. Pencegahan Korupsi Melalui Pembentukan Karakter dan Kepemimpinan Diri
2.1 Pembentukan Karakter untuk Mencegah Korupsi
   Korupsi sering kali dimulai dari kelemahan moral dan karakter individu. Oleh karena itu, salah satu cara paling efektif untuk mencegah korupsi adalah dengan membangun karakter yang berintegritas sejak dini.Â
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram menekankan bahwa perubahan diri dimulai dari dalam, yaitu dengan mengenali dan memahami potensi serta kelemahan dalam diri sendiri. Melalui kebatinan, seseorang dapat belajar untuk memperbaiki dirinya, menghindari keserakahan, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.
   Dalam konteks ini, pendidikan karakter berbasis kebatinan memiliki potensi besar dalam membentuk generasi yang lebih berintegritas. Pendidikan yang hanya berfokus pada kecerdasan intelektual sering kali tidak cukup untuk membentuk individu yang memiliki moralitas tinggi. Oleh karena itu, ajaran Ki Ageng Suryomentaram, yang mengajarkan pengendalian diri dan pencarian kebahagiaan sejati, bisa menjadi bagian dari pendidikan karakter yang membangun individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki etika yang kuat.