Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasi Aking Kami Pagi Ini...

17 Maret 2012   13:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi tadi, kami menerima kembali kiriman nasi aking dari tetangga sebelah. Kiriman ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, beberapa kali kami juga menerima kiriman makanan yang sama. Bapak Ibu saya ternyata menggemarinya sehingga ketika tetangga sebelah memasak nasi aking, Bapak Ibu saya kerap memperoleh hantaran.

Dulu, saya tidak pernah tahu bagaimana nasi aking. Pertama kali mendengar istilah nasi aking pas lagi ramai-ramainya seorang kandidat pemilihan Capres 2004 yang diberitakan makan nasi aking bersama kelompok masyarakat yang dikunjunginya. Rasanya itulah saat pertama kali saya mengetahui tentang keberadaan nasi aking.

13319918142083498794
13319918142083498794
Setelah menerima hantaran dari tetangga, barulah saya mengetahui bagaimana nasi aking persisnya setelah dimasak. Ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan. Nasi aking adalah makanan yang berasal dari sisa-sisa nasi yang tak termakan yang dibersihkan lalu dikeringkan di terik matahari. Ketika saya tanyakan kepada PRT di rumah mengapa nasi aking kiriman tetangga ini kok enak, dikatakannya bahwa nasi ini berasal dari beras yang baik. Ketika bersisa, langsung dijemur sehingga tidak sampai menguning dan basi. Ketika sudah masak, ditambah serutan kelapa agar terasa gurih.

Saya bertanya tentang nasi aking yang kadang-kadang saya lihat di rumah-rumah masyarakat desa yang berwarna kuning yang sering dijemur di depan rumah. Kata PRT saya, nasi aking yang sudah berwarna kuning itu seharusnya diberikan pada unggas. Tetapi karena sering kali orang tidak punya uang untuk beli beras, tidak jarang nasi untuk unggas tersebut ya dimakan juga sama orang.

[caption id="attachment_176915" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: poskota.co.id"]

1331992206682592666
1331992206682592666
[/caption]

Saya baca di Wikipedia, nasi aking biasanya memang dijual sebagai makanan unggas. Nasi aking bukanlah makanan yang layak dikonsumsi manusia karena secara fisik sudah tidak layak lantaran berwarna coklat dan dipenuhi jamur. Namun, masyarakat kelas bawah menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti nasi karena tak mampu membeli beras. Untuk menghilangkan bau, biasanya nasi aking terlebih dahulu dipisahkan dari kotoran, dicuci, dijemur, lalu diberi kunyit untuk mengurangi rasa asam akibat jamur yang tertinggal.

Mmm…

[caption id="attachment_176917" align="alignright" width="300" caption="Sumber: anneahira.com"]

13319928882016376890
13319928882016376890
[/caption] Saya tidak tahu, bagaimana kandungan gizi nasi aking. Saya juga tidak tahu mengapa makan nasi aking seolah membuat derajat orang yang memakannya menjadi terkesan kelompok orang tak sejahtera. Saya pribadi, apalagi setelah beberapa kali menikmati nasi aking pemberian tetangga, merasa tak bermasalah dengan makan nasi aking sepanjang nasi tersebut masih layak untuk dikonsumsi. Kecuali jika memang sudah berjamur dan secara fisik menunjukkan kondisi berasnya tak layak konsumsi, tentu saya tidak mungkin mengkonsumsinya. Lagi pula, dalam Islam, Nabi Muhammad SAW juga sudah mengajarkan tentang pentingnya pemanfaatan sumber daya. Beliau bahkan tidak suka melihat kulit binatang yang yang telah mati menjadi tersia-sia. Beliau mengajarkan dan mencontohkan tentang penggunaan sumber daya yang intensif dan efisien. Secara eksplisit, Nabi Muhammad SAW melarang pembuangan apa saja yang bernilai dan menekankan penggunaan maksimum sumber daya. Konsep bahwa semua sumber daya adalah nikmat pemberian dari Allah berisikan anjuran bahwa sumber daya ini harus digunakan secara hati-hati.

[caption id="attachment_176919" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: ekonomisyariat.com"]

13319931501773035475
13319931501773035475
[/caption] Diriwayatkan dari Ibnu’ Abbas: Seorang gadis mantan budak Maimunah disedekahi seekor kambing, lalu kambing itu mati. Kemudian Rasulullah SAW melewati daerah itu, lalu bersabda: “Kenapa tidak kalian ambil kulitnya? Kalian dapat memanfaatkan setelah menyamaknya.” Mereka menjawab: itu adalah bangkai. Beliau bersabda: “Yang diharamkan hanyalah memakannya.” Abu Bakar dan Abi’ Umar menceritakan hal ini dalam Hadist yang mereka riwayatkan dari Maimunah ra.

Jadi, daripada nasi bersisa terbuang percuma, rasanya tidak apa-apa deh kalo nasi tersebut dimasak kembali menjadi nasi aking. Tentu saja ini dengan catatan bahwa nasi bersisa yang dikeringkan tersebut masih dalam keadaan baik dan berpotensi tidak habis dan jika dibiarkan akan membusuk. Bagaimana menurut Kompasioners?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun