Pagi tadi, kami menerima kembali kiriman nasi aking dari tetangga sebelah. Kiriman ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, beberapa kali kami juga menerima kiriman makanan yang sama. Bapak Ibu saya ternyata menggemarinya sehingga ketika tetangga sebelah memasak nasi aking, Bapak Ibu saya kerap memperoleh hantaran.
Dulu, saya tidak pernah tahu bagaimana nasi aking. Pertama kali mendengar istilah nasi aking pas lagi ramai-ramainya seorang kandidat pemilihan Capres 2004 yang diberitakan makan nasi aking bersama kelompok masyarakat yang dikunjunginya. Rasanya itulah saat pertama kali saya mengetahui tentang keberadaan nasi aking.
Saya bertanya tentang nasi aking yang kadang-kadang saya lihat di rumah-rumah masyarakat desa yang berwarna kuning yang sering dijemur di depan rumah. Kata PRT saya, nasi aking yang sudah berwarna kuning itu seharusnya diberikan pada unggas. Tetapi karena sering kali orang tidak punya uang untuk beli beras, tidak jarang nasi untuk unggas tersebut ya dimakan juga sama orang.
[caption id="attachment_176915" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: poskota.co.id"]
Saya baca di Wikipedia, nasi aking biasanya memang dijual sebagai makanan unggas. Nasi aking bukanlah makanan yang layak dikonsumsi manusia karena secara fisik sudah tidak layak lantaran berwarna coklat dan dipenuhi jamur. Namun, masyarakat kelas bawah menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti nasi karena tak mampu membeli beras. Untuk menghilangkan bau, biasanya nasi aking terlebih dahulu dipisahkan dari kotoran, dicuci, dijemur, lalu diberi kunyit untuk mengurangi rasa asam akibat jamur yang tertinggal.
Mmm…
[caption id="attachment_176917" align="alignright" width="300" caption="Sumber: anneahira.com"]
[caption id="attachment_176919" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: ekonomisyariat.com"]
Jadi, daripada nasi bersisa terbuang percuma, rasanya tidak apa-apa deh kalo nasi tersebut dimasak kembali menjadi nasi aking. Tentu saja ini dengan catatan bahwa nasi bersisa yang dikeringkan tersebut masih dalam keadaan baik dan berpotensi tidak habis dan jika dibiarkan akan membusuk. Bagaimana menurut Kompasioners?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI