Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ali Mudhori, Yang Fenomenal Setelah Nazaruddin dari Dapil Lumajang-Jember

10 September 2011   01:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:05 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134022" align="alignleft" width="378" caption="Sumber: www.poskota.co.id"][/caption] Eitssss… Jangan prasangka bahwa saya latah menulis artikel ini karena Ali Mudhori bermasalah dengan hukum. Saya tidak mengenal beliau. Saya hanya mengenali wajahnya melalui baliho-baliho mulai kurun 2007 hingga beberapa pekan terakhir ini yang menghiasi sudut-sudut strategis di Kabupaten Lumajang. Saya menulis ini karena seharian kemarin rasanya seluruh orang membahas Ali Mudhori. Tidak hanya pemberitaan di media massa saja, tetapi kawan-kawan di jejaring Fesbuk maupun yang mengirim SMS, tidak jauh-jauh bahasannya dari Ali Mudhori. Bahkan orang serumah juga ngobrolnya tidak jauh-jauh dari Ali Mudhori, termasuk 'asisten' yang setiap hari datang ke rumah untuk bersih-bersih. Ya, kami kan orang Lumajang sehingga masalah Ali Mudhori seolah juga menjadi masalah bagi warga Lumajang. Maklum, Lumajang itu kota kecil. Sehingga ketika ada seseorang yang merepresentasikan warga Lumajang menjadi masalah nasional, maka boleh dikata seluruh masyarakat di sini jadi ikutan buka mata buka telinga dan memiliki profesi baru, yaitu menjadi “pengamat politik” atau “ahli hukum” … ^_^

[caption id="attachment_134016" align="alignright" width="272" caption="Ali Mudhori Memberi Bantuan Laptop (Sumber: www.ampera.wordpress)"][/caption] Ya, sepekan terakhir ini Lumajang heboh dengan Ali Mudhori. Setelah sebelumnya heboh dengan Nazaruddin, kali ini kasus Ali Mudhori tampaknya lebih menggema sekaligus down to earth ke masyarakat daripada Nazaruddin. Maklum, tahun 2008, Ali Mudhori termasuk salah satu Calon Bupati Lumajang. Dan saat ini Ali Mudhori menjabat sebagai Ketua DPC PKB Kabupaten Lumajang…

Ya, Ali Mudhori adalah orang ke-2 yang fenomenal setelah Nazaruddin dari Dapil Lumajang-Jember. Lho… Ali Mudhori kan bukan Anggota DPR-RI 2009-2014 ini? Yupppp, bener banget. Ali Mudhori menjadi Anggota DPR-RI pada tahun 2004-2009. Tetapi, istri beliau, Mashita (atau Masita ya?) terpilih menjadi Anggota DPR-RI 2009-2014 mewakili Lumajang-Jember dari PKB. Masita inilah yang pada postingan saya sebelumnya (“Nazaruddin, 2-3 Tahun Lalu…”) yang saya ceritakan bersama Nazaruddin adalah 2 dari 3 orang Caleg yang saya ketahui memiliki baliho raksasa ketika Pileg lalu.

Please, jangan mengira saya senang karena Ali Mudhori dan Nazaruddin memperoleh masalah hukum ya! Saya justru ‘terkesima’ dan ‘ternganga-nganga’ mengetahui betapa kuatnya posisi orang-orang yang pernah bersama saya menjadi Caleg untuk wilayah Dapil ini. Makin ciut saja nyali saya mengetahui ketokohan mereka yang ternyata memang berskala nasional. Nazaruddin yang belakangan saya ketahui ternyata menjadi Bendahara DPP Partai Demokrat dan Masita yang istri seorang kepercayaan Muhaimin Iskandar, pantaslah mereka memenangkan Pileg tahun 2009 lalu. Ditambah lagi, mmm… saya lupa namanya, yang kemudian menjadi suami dari Yenny Wahid. Aaaaahhhhh…. Mereka ternyata memang dari kelas elite… Pertarungan kami bak David VS Goliath atau bak Pasar Tradisional VS Pasar Ritel Modern. Ah, jangan-jangan saya malah hanya pelanduk yang berada di tengah-tengah gajah yang sedang bertarung…

Btw, jujur saja, masalah yang dialami Ali Mudhori dan Nazaruddin semakin membuat saya bersyukur dengan ketidakberhasilan saya dalam Pileg 2009. Mereka saja yang sudah makan asam garam perpolitikan bisa tersandung, apalagi saya yang masih bau kencur dan hanya seorang Ibu Rumah Tangga yang ‘dipaksa oleh keadaan’ untuk menerima amanah menjadi Caleg. *Hikkkssss, kalau saya jadi Anggota DPR-RI beneran, saya bisa apa ya…?*

Btw, kemarin, seorang jurnalis mengirimkan SMS pada saya tentang Ali Mudhori dan Lumajang yang menjadi pemberitaan nasional. Saya kemudian iseng bertanya tentang rumah Ali Mudhori. Saya diberi alamat (belakangan saya tahu kalau alamat rumah Ali Mudhori ternyata bertebaran di media massa). Wah, ternyata memang rumahnya berada di wilayah kelas orang berpunya. Salah satu yang dulu menempati wilayah tersebut juga kabarnya pernah menjadi Bendahara PKB Pusat masa Gus Dur. Ckkk… ckkk… ternyata banyak orang Lumajang yang menjadi tokoh politik nasional ya… *Kemanaaaaaa aja saya ini kok tidak mengetahui hal-hal demikian sih…*

Ya, semalam saya merencanakan untuk melakukan ‘wisata’ ke wilayah perumahan Ali Mudhori. Hehehe, saya penasaran. Kata Bapak, berita di televisi mengatakan bahwa rumah Ali Mudhori senilai Rp 4,5 M itu termegah se-Lumajang. Masak sih? Ah, televisi kan sering juga lebay. Makanya saya ingin melihat sendiri. Lagian, tanah di wilayah tersebut memang sudah jelas mahal. Jadi kalau nominal mahalnya mungkin lebih karena harga tanahnya.

Tereeeeeeeng…. Tereeeeeeng….

[caption id="attachment_134013" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: Media Indonesia/Bagus Suryo/pj"][/caption] Acara ‘wisata’nya tidak jadi. Hiks. Si Abi yang sedang berkunjung ke Lumajang, melarang saya ‘berwisata’. Saya disuruh menggarap riset studi. Iiiiiiih, kan saya penasaran. Ya sudah deh, saya ‘berwisata’ di internet saja. Ternyata saya nemu rumahnya Ali Mudhori. Hehehe, ternyata yang punya pikiran ‘berwisata’ ke rumah Ali Mudhori bukan saya saja. Ternyata masyarakat Lumajang lainnya juga banyak yang ingin melihat langsung rumah seluas 3.000 meter persegi yang bernilai miliaran tersebut.

Lihat: http://regional.kompas.com/read/2011/09/09/20492921/Rumah.Ali.Mudhori.Jadi.Tontotan.Warga

Ya, kasus Ali Mudhori memang seminggu ini menyita publik Lumajang. Sejak namanya tersangkut dan disebut-sebut menjadi makelar dalam kasus suap proyek infrastruktur daerah transmigrasi (ada juga yang menyebut program percepatan pembangunan daerah transmigrasi di 19 kabupaten seluruh Indonesia). Terlebih sejak Lily Wahid terang-terangan menyebut Ali Mudhori adalah calo anggaran dan orang dekat Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Lihat: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/09/lr8qis-lily-wahid-sebut-ali-mudhori-calo-anggaran

Lihat: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/257870/284/1/Lily-Wahid-Tuding-Ali-Mudhori-Calo-Anggaran

Lihat: http://www.tribunnews.com/2011/09/09/lily-wahid-sebut-ali-mudhori-calo-di-badan-anggaran-dpr

Mmm, saya berpikir, antara Cak Imin dan Ali Mudhori tentu salah satunya ada yang berdusta. Tega banget Cak Imin tidak mengakui keberadaan Ali Mudhori sebagai staf khususnya. Saya yakin sekali pernah membaca di baliho Ali Mudhori yang banyak bertebaran di sepanjang jalan di Lumajang bertuliskan statusnya sebagai “Staf Khusus Kemenakertrans”. Tapi seorang kawan jurnalis mengatakan baliho yang ia temui bertuliskan “Asisten Kemenakertrans”. Entahlah, sepertinya memang ada beberapa versi baliho Ali Mudhori, yang sendirian dan yang bersama keluarga. Sayang, baliho-baliho tersebut seperti dalam 2-3 hari ini sudah mulai menghilang. Saya pun tidak menemukan kembali baliho yang biasa terpasang di Jalan Lintas Timur, salah satu jalan masuk menuju rumah saya.

Lihat baliho:

http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=bb45c3e6111bafcee8607ae22a8e9ac9201197313

Pagi ini, saya kembali menemukan beberapa judul berita terkait Ali Mudhori di media massa, termasuk media online dengan judul yang seolah membenarkan bahwa Ali Mudhori selama ini berlaku tidak benar. Salah satunya, “Ali Mudhori Politikus PKB Miliarder Anyar”, “Orang Dekat Muhaimin Bangun Rumah Mewah di Lumajang”, “Dikira Bangun Supermarket, Eh Ternyata Rumah Mewah Mudhori”, “Gaya Hidup Mudhori Berubah Total”, “Mudhori Dinilai Alami Proses Kualat”, dan sebagainya.

Lihat:

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/258072/289/101/_Ali_Mudhori_Politikus_PKB_Miliarder_Anyar

Lihat: http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/09/07/brk,20110907-355019,id.html

Lihat:

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/258084/289/101/-Dikira-Bangun-Supermarket-Eh-Ternyata-Rumah-Mewah-Mudhori

Lihat:

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/258088/289/101/-Gaya-Hidup-Mudhori-Berubah-Total

Lihat:

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/258089/289/101/_Mudhori_Dinilai_Alami_Proses_Kualat

Wah, saya tidak mau terlibat lebih jauh dengan polemik tentang Ali Mudhori dan PKB. Meski Lily Wahid mengatakan penguasa PKB sekarang ini terlibat politik transaksional dan kabar pelantikan Ali Mudhori sebagai Ketua DPC PKB Lumajang sempat kisruh, saya tidak berkompeten untuk mendiskusikannya. Yang saya ketahui, polemik dualisme kepemimpinan PKB di Lumajang memang sudah berlangsung lama seiring dengan kisruh PKB Pusat ketika Gus Dur masih hidup.

Lihat:

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/258087/289/101/_Mudhori_Ditolak_Banyak_Kader_di_Lumajang

Lihat:

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/257865/284/1/Lily-Wahid-Nilai-Penguasa-PKB-Terbawa-Politik-Transaksional

Tentang Ali Mudhori, saya juga tidak mengetahui banyak. Justru di media massa (termasuk media online) saya menemukan banyak kisah tentang rekam jejak Ali Mudhori. Ia ternyata memiliki catatan buruk pada zaman Gus Dur. Ali Mudhori pernah dipecat dari jabatan Wakil Bendahara Umum DPP PKB karena praktek manipulasi keuangan partai. 

Lihat: http://ampera.wordpress.com/about/

Lihat: http://yayasancahayahati.wordpress.com/

Lihat:

http://m.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=ab4d26945fff4a21a200e491cb115107&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Finally, buat saya, apa yang terjadi dengan Ali Mudhori tak berbeda jauh dengan yang terjadi pada Nazaruddin. Mereka layak memperoleh hukuman jika memang melakukan tindak tanduk korupsi, penyuapan atau apapun yang menyalahi amanah yang diberikan masyarakat. Tapi, saya yakin mereka tidak sendirian. Sistem atau kekolektifan dalam melakukan kegiatan tersebut seharusnya tidak boleh menjadikan mereka sendirian menanggung hukuman. Di sinilah kita bisa melihat siapa pemimpin yang lempar batu sembunyi tangan dan mengorbankan orang lain untuk menanggung ketidakbenaran yang dilakukannya. Kita juga bisa melihat, perpecahan para elite di pusat dengan sendirinya akan terbawa ke daerah. Kaum grassroots-lah yang paling merasakan kesakitan melihat perjuangan dan loyalitas mereka ternyata dikhianati oleh para pemimpinnya sendiri. Wallahu a’lam bish showab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun