Dokter hewan adalah salah satu profesi dengan tanggung jawab besar dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan.  Dokter hewan  dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis yang memadai, mereka juga diharapkan memiliki empati yang tinggi untuk memahami kondisi pasien dan merangkul perasaan pemiliknya.
Banyaknya tuntutan profesional yang dihadapi, sering kali membuat kondisi kesehatan mental dokter hewan terabaikan. Berbagai studi menunjukkan bahwa dokter hewan memiliki risiko tinggi mengalami stres berkepanjangan, burnout, bahkan sampai terkena gangguan mental serius, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Oleh karena itu, artikel ini akan mengupas tuntas berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan mental dokter hewan, serta mengungkapkan solusi-solusi praktis untuk tetap menjaga keberlanjutan profesi dan kualitas hidup mereka.
Krisis Penghargaan: Apakah Profesi Dokter Hewan Dihargai Secara Layak?
Menjadi dokter hewan merupakan impian banyak orang, terutama bagi mereka yang mencintai hewan. Profesi ini memungkinkan seseorang untuk bekerja sambil berinteraksi langsung dengan hewan-hewan kesayangan, seperti anjing dan kucing. Meskipun profesi dokter hewan kerap dianggap bergengsi dan banyak diminati, apakah benar mereka yang menekuni profesi ini merasa puas dan bahagia terhadap profesinya? Data terbaru mengungkapkan realita yang cukup mengejutkan di balik layar kehidupan para dokter hewan.
Berdasarkan laporan Australian Associated Press pada peringatan Hari Dokter Hewan Dunia yang bertema World Veterinary Day pada 27 April 2024, salah satu perusahaan farmasi di Jerman, Boehringer Ingelheim, merilis hasil survei yang melibatkan 1.056 dokter hewan dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Prancis, Brasil, dan Jerman. Survei ini bertujuan untuk menggali seberapa besar rasa penghargaan yang dirasakan oleh dokter hewan dari pemilik hewan terhadap profesi mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 49% dari 1.056 dokter hewan yang merasa profesi mereka dihargai secara umum.
Selain itu, sebuah penelitian lain yang membahas kondisi kesehatan mental dokter hewan juga dilaporkan melalui artikel yang diunggah oleh website resmi Royal Canin. Artikel tersebut menyebutkan tingkat kesejahteraan kerja para dokter hewan di Amerika Serikat. Dari survei yang dilakukan di dua kongres dokter hewan, ditemukan bahwa 35% dokter hewan di Amerika Serikat memiliki kepuasan kerja yang rendah, 59% mengalami stres traumatik yang cukup parah, dan 70% dokter hewan mengalami burnout dalam 12 bulan terakhir.
Compassion Fatigue dan Burnout: Musuh dalam Selimut bagi Dokter Hewan
Compassion fatigue (kelelahan empati) dan burnout (kelelahan mental) adalah tantangan berat yang sering dialami oleh dokter hewan. Setiap hari, mereka menghadapi penderitaan pasien dan ekspektasi tinggi pemilik hewan, yang meningkatkan risiko kelelahan fisik dan mental. Faktor utama yang memicu kondisi ini meliputi:
1. Beban kerja berlebih
Jam kerja panjang, pasien terlalu banyak, dan tekanan waktu membuat dokter hewan rentan kelelahan.
2. Euthanasia
Prosedur ini membawa beban emosional yang berat karena menyaksikan penderitaan hewan dan empati terhadap pemiliknya.
3. Keluhan pemilik hewan
Komunikasi buruk atau ekspektasi tak realistis sering kali menyebabkan frustrasi.
4. Lingkungan kerja tidak sehat
Konflik internal, kurangnya dukungan, dan suasana kerja yang buruk memperburuk stres.
5. Minimnya apresiasi
 Rendahnya penghargaan, baik material maupun non-material, menurunkan motivasi dokter hewan.
Hasil wawancara di Klinik Hewan Pet’s Choice, Surabaya Timur, dengan Drh. Perina Theresia Sumaco, juga sejalan dengan faktor-faktor di atas. Beliau menegaskan bahwa konflik kerja, jam kerja panjang, dan minimnya penghargaan adalah pemicu utama burnout. Drh. Perina juga menekankan pentingnya lingkungan kerja sehat melalui manajemen konflik, jadwal teratur, dan penghargaan yang memadai. Dengan mengelola faktor pemicu burnout dan meningkatkan edukasi masyarakat tentang kontribusi dokter hewan, profesi ini dapat lebih dihargai, mendukung kesejahteraan mental, serta meningkatkan semangat dan produktivitas mereka.
Solusi Praktis: Menjaga Keseimbangan Kesehatan Mental Dokter Hewan     Â
Dokter hewan menghadapi tantangan berat yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Oleh karena itu, beberapa solusi berikut dapat diterapkan:
1. Tempat Kerja yang Sehat
Menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan misi, nilai, dan budaya organisasi akan meningkatkan kenyamanan, kinerja, serta mengurangi stres.
2. Komunikasi Efektif di Tempat Kerja
Menjalin komunikasi yang baik antar rekan kerja dapat menciptakan suasana harmonis, meningkatkan kepercayaan, dan mengurangi risiko burnout.
3. Layanan Konsultasi Kesehatan Mental
Klinik hewan perlu menyediakan layanan konsultasi dengan psikolog untuk mendukung kesejahteraan emosional stafnya.
Dengan solusi ini, dokter hewan dapat terus menjalankan tugasnya dengan optimal dan tetap menjaga kesehatan mental mereka.
Dokter hewan berperan penting menjaga kesehatan hewan dan mencegah penyakit, tetapi mereka sering menghadapi tekanan besar yang berdampak pada kesehatan mental mereka. Melihat pentingnya profesi ini, Â kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, menghargai kerja keras mereka, melakukan komunikasi yang efektif dan mendukung adanya layanan Kesehatan mental di klinik-klinik hewan. Mari hargai kerja keras dokter hewan, agar mereka terus memberikan perawatan terbaik bagi hewan dan menjaga profesinya tetap berjalan dengan optimal dan penuh kebahagiaan.
Harapan Mahasiswa Kedokteran Hewan: Masa Depan Dokter Hewan yang Lebih Baik
Sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan di Universitas Airlangga, saya percaya kesehatan mental dokter hewan adalah kunci keberhasilan profesi ini. Meskipun sering dihadapkan pada tantangan emosional, saya yakin dengan dukungan yang tepat, kami bisa memberikan yang terbaik bagi pasien dan pemiliknya. Saya berharap masa depan profesi ini menciptakan tempat kerja yang mendukung, dengan komunikasi terbuka, fasilitas konseling, dan budaya peduli kesehatan mental. Dengan perubahan ini, kami bisa menjadi dokter hewan yang tangguh, sehat, dan berdedikasi, serta memberikan perawatan terbaik dengan sepenuh hati.
Daftar Referensi
GlobeNewswire. (2024, April 25). Less than half of veterinary professionals feel their profession is appreciated. GlobeNewswire. https://www.aap.com.au/aapreleases/globenewswire1000946829/
Maessen, G. C., & Theunisse, L. T. (2023, July 11). A survey on workload and wellbeing. Royal Canin. https://vetfocus.royalcanin.com/en/practice-management/a-survey-on-workload-and-wellbeing
Rueckert, P. (n.d.). How to prevent veterinarian burnout and compassion fatigue among staff. Weave. https://www.getweave.com/preventing-veterinarian-burnout/
Drake, M. (2024, October 29). What is the real solution to fatigue and burnout in the veterinary industry? DVM360. https://www.dvm360.com/view/what-is-the-real-solution-to-fatigue-and-burnout-in-the-veterinary-industry-
(2024). Vet mental health. Animal Emergency Australia. https://animalemergencyaustralia.com.au/blog/vet-mental-health/#:~:text=By%20connecting%20with%20others%20who,when%20they%20need%20it%20most
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H