Mohon tunggu...
Khairunnisa
Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Saya suka membaca buku dan saya juga suka nonton konser

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja Menyambut Janji

28 November 2024   00:21 Diperbarui: 28 November 2024   00:37 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan dan langit yang biru, hiduplah seorang gadis bernama Nisa. Dia adalah remaja berusia dua puluh dua tahun yang ceria dan penuh semangat. Setiap sore, dia menghabiskan waktu di teras rumahnya sambil menikmati senja yang indah dan mendengarkan musik favoritnya. Namun, meskipun hidup dikelilingi oleh keindahan, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya ialah kesepian. Nisa menemukan teman baru melalui media sosial, seorang pemuda yang bernama Putra. Putra tinggal di kota lain, jauh dari tempat tinggal Nisa, tetapi mereka terhubung seperti dua bintang yang bersinar di malam gelap. Mereka mulai berbincang setiap hari, berbagi cerita, mimpi, dan tawa. Setiap pesan yang mereka tukar semakin mendekatkan mereka, seolah-olah jarak itu hanyalah angka yang tak berarti.

Suatu malam, ketika bintang-bintang bertaburan di langit, Nisa memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Putra.

 "Kamu tahu, kadang aku merasa aneh mencintai seseorang yang belum pernah kutemui," tulisnya dengan cepat. 

Hatinya berdebar-debar menunggu balasan. Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar. 

"Saya juga merasakan hal yang sama, Nisa. Namun, rasanya sangat nyaman. Seolah-olah kita sudah saling mengenal sejak lama," balas Putra. 

Nisa tersenyum lebar. Sejak saat itu, mereka mulai suka sama satu sama lain. Hari-hari berlalu dan dan keduanya semakin sering menghabiskan waktu bersama meski hanya melalui layar ponsel. Mereka saling berbagi impian dan rencana masa depan. Putra berkeinginan membuka usaha kafe, sementara Nisa bercita-cita menjadi pengusaha di bidang wedding organizer. Keduanya berharap dapat bertemu suatu saat nanti, namun kenyataan akan jarak yang memisahkan mereka tak bisa diabaikan.

Suatu sore, saat senja mulai memerah, Putra mengirimkan pesan berbahasa Jawa. Isinya kurang lebih seperti ini 

"Nisa, Piye yen Minggu ngarep aku teko menyang kuthamu? Aku pengin ndeleng pasuryan sampeyan lan ngrungokake crita sampeyan kanthi langsung." 

Sayangnya, Nisa tidak begitu memahami maksud pesan tersebut. Merasa bingung setelah menerima pesan itu, Nisa bertanya-tanya mengenai maksud pesan tersebut. Kemudian, Nisa menanyakan kepada Putra tentang makna pesan itu. 

Putra menjawab, "Nisa, bagaimana jika aku mengunjungi kotamu minggu depan? Aku ingin melihat wajahmu secara langsung dan mendengarkan cerita darimu." 

Hati Nisa berdebar kencang setelah membaca pesan tersebut. Mimpi mereka untuk bertemu akhirnya akan terwujud. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun