Mohon tunggu...
Khairunnisa
Khairunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - 1706974044

Mahasiswi Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Biota Laut: Gurita Si Cerdas Berdarah Biru dari Laut

2 Desember 2020   22:18 Diperbarui: 2 Desember 2020   22:23 1696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebaran dan Habitat

Gurita (Octopus spp.) merupakan hewan laut berkaki delapan yang hidup hampir di seluruh laut, mulai dari laut tropis sampai laut kutub utara dan selatan. Daerah sebarannya mencakup Indo-Pasifik, India, Jepang, China, Philipina, dan sampai Australia. Hewan laut yang bernapas dengan insang ini merupakan hewan bentik dan perairan dangkal. Octopus umumnya merupakan hewan soliter yang biasa sembunyi di bawah karang pada siang hari dan keluar pada malam hari untuk mencari makan.

Morfologi

Morfologi Gurita [Sumber: uas.alaska.edu]
Morfologi Gurita [Sumber: uas.alaska.edu]
Hewan Ini termasuk ke dalam kelas Chepalopoda (kepala berkaki). Gurita memiliki tubuh yang terbagi menjadi lima bagian yaitu badan, mata, selaput renang, kantung penghisap dan tangan. Bentuk kepala gurita membulat dengan sepasang mata besar yang kompleks. 

Mata gurita yang kompleks layaknya manusia membuat gurita memiliki pengelihatan yang sempurna dibandingkan dengan invertebrata lainnya. 

Matanya mampu menjangkau 360 dengan struktur yang mirip dengan hewan vertebrata sehingga memungkinkannya untuk memfokuskan obyek dan mendeteksi mangsa dan juga musuh. 

Lengan gurita berjumlah delapan yang dilengkapi dengan selaput renang. Pada masing-masing lengan terdapat kantung penghisap dari pangkal lengan sampai ujung lengan. Bagian bawah tubuh gurita terdapat siphon yang berguna untuk mengeluarkan air dari dalam tubuhnya

3 Jantung dan Darah Biru

Gurita memiliki 3 jantung dengan fungsi yang berbeda-beda. Terdapat 2 jantung yang berfungsi untuk memompa darah ke insang (mengatur pernapasan), sedangkan 1 jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Tiga jantung tersebut membantu gurita untuk memompa darah dengan tekanan tinggi. 

Darah pada gurita berwarna biru, sebutan darah biru ini bukan berarti gurita termasuk keturunan bangsawan, namun karena darah nya memiliki banyak hemocyanin yang mengandung banyak tembaga sehingga darah gurita berwarna biru. 

Hemocyanin memiliki fungsi yang sama seperti hemoglobin, yaitu mengangkut oksigen. Protein hemocyanin mampu meningkatkan kemampuan gurita dalam mengangkut oksigen di laut yang dingin dengan kadar oksigen yang rendah.

Otak Yang Cerdas

Octopus cyanea  Melakukan Kamuflase[Sumber: worldwildlife.org]
Octopus cyanea  Melakukan Kamuflase[Sumber: worldwildlife.org]

Gurita dikenal sebagai hewan laut yang cerdas karena memiliki jaringan otak local (local brain) yaitu kelompok sel saraf yang terletak di berbagai bagian tubuh termasuk disetiap tentakelnya. 

Beberapa otak local (local brain) yang terpisah menyatu menjadi satu otak besar berfungsi untuk mengordinasikan dan menyimpan informasi yang diterima dari lingkungan. 

Perilaku gurita dikendalikan oleh daerah tertentu di otak yang hampir sama seperti manusia. Terdapat 300-500 juta serabut sel saraf di otak beberapa gurita, jumlahnya sebanding dengan yang dimiliki pada otak kucing. 

Jumlah serabut sel saraf di beberapa bagian otak akan meningkat seiring bertambahnya ukuran gurita. Bahkan terdapat serabut sel saraf tambahan yang terkonsentrasi di lengan dan mata, ini menunjukkan kontrol otak yang tak terbatas untuk penggunaan lengan pada gurita.  

Lengan gurita dapat bekerja sendiri-sendiri maupun Bersama-sama. Serabut sel saraf gurita yang cepat menghantarkan impuls memungkinkannya untuk menangkap mangsa atau melarikan diri dengan kecepatan yang luar biasa menggunakan lengan-lengannya. Kecerdasan gurita ini pernah digunakan untuk meramalkan juara piala dunia pada tahun 2010.

Reproduksi

Octopus bersifat dioceous atau kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Reproduksinya terjadi sepanjang tahun. Gurita betina biasa bermigrasi dari terumbu karang dangkal menuju perairan yang lebih dalam untuk pemijahan. Jantan menyalurkan sperma melalui hectocotylus pada ujung lengan ketiga bagian kanan.

Setelah fertilisasi, telur menempel ke substrat yang keras sampai menetas. Setelah menetas, Octopus cyanea muda (paralarva) bersifat planktonik/pelagis, kemudian berkembang hingga dewasa.

 Selama tahap awal  perkembangan, mereka memakan zooplankton. Spesies tersebut akan tumbuh lebih besar dan hidup sebagai gurita dewasa. Octopus cyanea tumbuh dengan cepat, mereka dapat tumbuh hingga 200g dalam 15 hari dengan berat sampai 12 kg. 

Octopus cyanea memiliki umur pendek (usia maksimum yang tercatat di Hawaii adalah 400 hari, kawin sekali setelah mencapai kematangan dan kemudian mati. Spesies jantan dan betina dewasa biasanya mati setelah memijah dan mengerami telur.

Peran Ekologis dan Ekonomis

Gurita memiliki peran ekologis yang penting dalam rantai makanan baik sebagai predator maupun pemangsa. Gurita juga dapat digunakan sebagai bioindikator tingkat keragaman jenis hewan di lautan. 

Selain berperan secara ekologis, gurita memiliki peran ekonomis yang penting untuk maanusia. Semua jenis gurita dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi. 

Beberapa penelitian ilmiah membuktikan bahwa Cephalopoda merupakan hewan laut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang bergizi karena mengandung protein dengan kadar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan zat-zat lain yang terdapat didalam hewan tersebut. Selain itu daging Cephalopoda juga mengandung lemak, kalsium, fosfor dan zat organik lain. 

Di beberapa negara seperti Jepang, Spanyol, Italia dan Filipina, gurita telah benar-benar dikenal sebagai makanan. Penduduk Indonesia yang bermukim di sekitar pantai yang mayoritas nelayan telah memanfaatkan gurita sebagai bahan pangan.Nilai ekspor gurita yang sangat tinggi mampu menambah devisa negara.

Ancaman

Waktu hidup octopus terbilang cepat, selain itu tubuhnya yang lunak membuatnya rentan dimangsa predator. Predator gurita yaitu termasuk anjing laut, belut laut, ikan besar, hiu dan lumba-lumba. Carcharhinus melanopterus merupakan salah satu jenis hiu yang menjadi predator

Cara Bertahan Hidup

Gambar Gurita Menyemprotkan Tinta Ketika Sedang Terancam [Sumber: nfw.org]
Gambar Gurita Menyemprotkan Tinta Ketika Sedang Terancam [Sumber: nfw.org]
Untuk mempertahankan hidupnya, gurita memiliki mekanisme penyamaran diri (kamuflase) yaitu dengan merubah warna tubuhnya dengan cepat sesuai dengan warna daerah sekitar ketika dirinya terancam. 

Kulit gurita mengandung khromatofor yaitu pigmen warna yang beragam yang diatur oleh system saraf dan hormomonnya, dinding otot yang dimilikinya mampu meregang dan berkontraksi untuk menyebarkan pigmen warna. 

Selain itu, untuk mempertahankan diri dari musuh nya gurita memiliki "senjata" berupa tinta beracun yang dikeluarkan ketika merasa terancam. Tinta dikeluarkan oleh kelenjar tinta yang berada di dalam perutnya, sedangkan dapat terbuka melalui bagian atas kepalanya lalu tinta pun keluar. 

Selain tinta, "senjata" lain yang digunakan beberapa gurita sebagai bentuk pertahanan diri yaitu paruh pada mulu yang menyerupai tanduk seperti paruh burung kakatua. 

Gurita tidak dilindungi oleh organ khusus pada bagian luar tubuhnya, tetapi gurita memiliki badan yang lentur sehingga dapat masuk ke dalam lubang-lubang yang kecil untuk menyelamatkan diri dari musuh.

Daftar Acuan:

Adam, S.S & S. Burbeck. 2012. Beyond the octopus: from general inteligence toward a human-like mind. Atlantis, 23(10): 49--65.

Budiyanto, A & H. Sugiarto. 1997. Catatan mengenai si tangan delapan (gurita/ Octopus spp.). Oseana 22(3):25---33.

Castro, P & M. E. Huber. 2013. Marine biology. 10th Ed. McGraw Hill, New York: 447 hlm

Gleadall, I.G.,  N. A. Moltschaniwskyj,. & E. A. G. Vidal. 2018. Preface: Recent advances in knowledge of the life of cephalopods. Hydrobiologia 808: 1--4

Oellermann, M., J.M. Strungell, B. Lieb & F. C. Mark. 2015. Positive selection in octopus haemocyanin indicates functional links to temperature adaptation. BioMed Central Evolutionary Biology 15: 2---18.

Peng,L., X. Guo, M. Shen, X. Zeng, F. Zhang. 2019. The octopus on a heart. European Heart Journal 40(7): 563--566.

Mather, J.A., R.C. Anderson & J.B. Wood. 2010. Octopus The Ocean's Intelligent Invertebrate. Timber Press, Portland London: 201 hlm.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun